Kue brownies adalah salah satu cemilan yang digemari masyarakat. Dikukus maupun dipanggang, rasanya sama-sama enaknya. Lezat, legit dan nendang.
Beragam modif kue brownies dibuat, namun tidak menghilangkan ciri khasnya dari bahan baku cokelat. Tekstur kue ini juga lembut dan tebal.
Di tangan Dwi Astuti, kue brownies dibuat lebih menarik. Jika biasanya topingnya adalah keju, kacang almond, kini brownies buatannya diubah dengan motif batik dan ternyata lebih disukai konsumen.
Dwi Astuti, yang merupakan warga Desa Besuk, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, itu sudah mempunyai usaha kue sebelumnya. Ia kemudian ikut pelatihan membuat kue yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kediri, membuat kue brownies.
Salah satu pelatihannya adalah motif kue. Batik menjadi salah satu motif yang diajarkan dan kemudian diimplementasikan ke kue jualannya. Hasilnya, banyak peminatnya.
"Di Kediri belum ada brownies batik, jadi saya mencoba. Menurut saya di Kediri ini belum tren, jadi saya mencobanya membuat. Alhamdulillah bisa diterima masyarakat umum," katanya di Kediri, Kamis.
Kue buatannya banyak dipesan. Selain untuk ulang tahun, kue ini juga banyak dipesan untuk hantaran pengantin termasuk untuk cemilan. Kue ini mampu tahan di suhu ruang hingga tiga hari, sedangkan di almari pendingin hingga satu pekan, bahkan lebih.
Cara membuat kue ini, kata Dwi, sama seperti membuat kue brownies pada umumnya. Bahannya tepung, gula pasir, cokelat, telur ayam yang semuanya diaduk hingga mengembang. Sebelum diberi cokelat, campuran gula pasir, tepung dan telur itu diberi pewarna suka-suka untuk membuat motif batik dan setelahnya dikukus sekitar 10 menit.
"Setelah sekitar 10 menit, baru yang adonan kue warna cokelat dimasukkan dan dikukus lagi hingga matang," kata dia.
Menurut Dwi, pelanggannya banyak yang berminat dikukus, karena teksturnya lebih lembut ketimbang yang dioven. Namun, jika ada pelanggan yang minta untuk oven, ia tetap membuatnya sesuai pesanan.
Soal rasa, Dwi mengatakan banyak konsumennya yang ketagihan sehingga pesan kembali. Pelangganya juga dari berbagai daerah, misalnya Trenggalek, Surabaya, dan termasuk sejumlah kota lainnya di Jawa Timur.
Harga jual kue buatannya juga relatif terjangkau, mulai Rp35 ribu untuk ukuran 20x10 sentimeter hingga ratusan ribu rupiah untuk ukuran 26x26 centimeter.
Ia juga mengaku kue yang dibuatnya sejak 2019 ini juga selalu diminati. Sehari biasanya membuat antara 4-5 kue brownies dari pesanan.
Penjualannya juga lebih banyak memanfaatkan daring, sehingga menjangkau ke berbagai daerah.
Selain brownies, ia juga membuat beragam kue kering, hingga cemilan kuping gajah.
Una, salah seorang penikmat kue brownies mengaku rasa kue yang dibuat Dwi ini enak dan legit.
"Rasanya lembut sekali. Enak, saya suka," kata Una. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Beragam modif kue brownies dibuat, namun tidak menghilangkan ciri khasnya dari bahan baku cokelat. Tekstur kue ini juga lembut dan tebal.
Di tangan Dwi Astuti, kue brownies dibuat lebih menarik. Jika biasanya topingnya adalah keju, kacang almond, kini brownies buatannya diubah dengan motif batik dan ternyata lebih disukai konsumen.
Dwi Astuti, yang merupakan warga Desa Besuk, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, itu sudah mempunyai usaha kue sebelumnya. Ia kemudian ikut pelatihan membuat kue yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kediri, membuat kue brownies.
Salah satu pelatihannya adalah motif kue. Batik menjadi salah satu motif yang diajarkan dan kemudian diimplementasikan ke kue jualannya. Hasilnya, banyak peminatnya.
"Di Kediri belum ada brownies batik, jadi saya mencoba. Menurut saya di Kediri ini belum tren, jadi saya mencobanya membuat. Alhamdulillah bisa diterima masyarakat umum," katanya di Kediri, Kamis.
Kue buatannya banyak dipesan. Selain untuk ulang tahun, kue ini juga banyak dipesan untuk hantaran pengantin termasuk untuk cemilan. Kue ini mampu tahan di suhu ruang hingga tiga hari, sedangkan di almari pendingin hingga satu pekan, bahkan lebih.
Cara membuat kue ini, kata Dwi, sama seperti membuat kue brownies pada umumnya. Bahannya tepung, gula pasir, cokelat, telur ayam yang semuanya diaduk hingga mengembang. Sebelum diberi cokelat, campuran gula pasir, tepung dan telur itu diberi pewarna suka-suka untuk membuat motif batik dan setelahnya dikukus sekitar 10 menit.
"Setelah sekitar 10 menit, baru yang adonan kue warna cokelat dimasukkan dan dikukus lagi hingga matang," kata dia.
Menurut Dwi, pelanggannya banyak yang berminat dikukus, karena teksturnya lebih lembut ketimbang yang dioven. Namun, jika ada pelanggan yang minta untuk oven, ia tetap membuatnya sesuai pesanan.
Soal rasa, Dwi mengatakan banyak konsumennya yang ketagihan sehingga pesan kembali. Pelangganya juga dari berbagai daerah, misalnya Trenggalek, Surabaya, dan termasuk sejumlah kota lainnya di Jawa Timur.
Harga jual kue buatannya juga relatif terjangkau, mulai Rp35 ribu untuk ukuran 20x10 sentimeter hingga ratusan ribu rupiah untuk ukuran 26x26 centimeter.
Ia juga mengaku kue yang dibuatnya sejak 2019 ini juga selalu diminati. Sehari biasanya membuat antara 4-5 kue brownies dari pesanan.
Penjualannya juga lebih banyak memanfaatkan daring, sehingga menjangkau ke berbagai daerah.
Selain brownies, ia juga membuat beragam kue kering, hingga cemilan kuping gajah.
Una, salah seorang penikmat kue brownies mengaku rasa kue yang dibuat Dwi ini enak dan legit.
"Rasanya lembut sekali. Enak, saya suka," kata Una. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021