Mahasiswa Universitas Budi Luhur turut memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2021 melalui teatrikal bertema menolak peradaban galon sekali pakai.
Dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Selasa, teatrikal dilakukan di Kampus Universitas Budi Luhur menggunakan replika Tugu Monas menggunakan sampah plastik, termasuk botol bekas galon sekali pakai serta dua orang berpakaian pocong pada akhir pekan lalu.
Menurut salah seorang peserta aksi, sampah plastik berbentuk Tugu Monas menyimbolkan semakin banyaknya sampah plastik di masyarakat yang jika tidak dikelola dengan baik maka menumpuk hingga setinggi Monas.
Co-Coordinator Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), Abdul Ghofar, menyampaikan galon sekali pakai membuat kecewa sebagian besar masyarakat.
Baca juga: KLHK bantah dukung kemasan galon sekali pakai
Baca juga: Petisi tolak galon sekali pakai tembus 27 ribu dukungan
"Kami di 'Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik' bersama dua anak muda telah membuat petisi di change.org mengajak masyarakat menolak kehadiran galon sekali pakai ini," tutur-nya.
Hingga kini, kata dia, sudah lebih dari 44 ribu penanda tangan yang menjadi representasi bahwa sebagian masyarakat berkeberatan dengan produk galon sekali pakai.
Ia mengatakan galon sekali pakai mungkin bisa didaur ulang, tapi yang menjadi kendala adalah pengumpulannya.
Karena itu, lanjut dia, terlalu kecil jumlahnya kalau hanya mengandalkan pemulung yang mengumpulkan semua sampah plastik sekali pakai ini.
"Yang dibutuhkan adalah adanya tanggung jawab perusahaan. Seharusnya mereka mau mendirikan fasilitas untuk pengumpulan sampahnya," ujarnya.
Sementara itu, AZWI mendorong pemerintah serius merespons polemik galon sekali pakai demi merealisasikan peta jalan pengurangan sampah plastik oleh produsen sesuai Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019.
"Kami juga berharap kesadaran konsumen untuk mulai meminimalisasi penggunaan kemasan plastik sekali pakai dapat terus berlanjut, dan tetap kritis merespons pihak-pihak yang kontra produktif pada inisiatif industri ramah lingkungan," kata Ghofar.
Ia menegaskan selain AZWI, aktivis lain seperti Greenpeace Indonesia dan Ecoton juga telah menyuarakan penentangan terhadap kemasan galon plastik sekali pakai. (*)
Baca juga: Greenpeace: Klaim ramah lingkungan galon sekali pakai hanya "gimmick"
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Selasa, teatrikal dilakukan di Kampus Universitas Budi Luhur menggunakan replika Tugu Monas menggunakan sampah plastik, termasuk botol bekas galon sekali pakai serta dua orang berpakaian pocong pada akhir pekan lalu.
Menurut salah seorang peserta aksi, sampah plastik berbentuk Tugu Monas menyimbolkan semakin banyaknya sampah plastik di masyarakat yang jika tidak dikelola dengan baik maka menumpuk hingga setinggi Monas.
Co-Coordinator Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), Abdul Ghofar, menyampaikan galon sekali pakai membuat kecewa sebagian besar masyarakat.
Baca juga: KLHK bantah dukung kemasan galon sekali pakai
Baca juga: Petisi tolak galon sekali pakai tembus 27 ribu dukungan
"Kami di 'Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik' bersama dua anak muda telah membuat petisi di change.org mengajak masyarakat menolak kehadiran galon sekali pakai ini," tutur-nya.
Hingga kini, kata dia, sudah lebih dari 44 ribu penanda tangan yang menjadi representasi bahwa sebagian masyarakat berkeberatan dengan produk galon sekali pakai.
Ia mengatakan galon sekali pakai mungkin bisa didaur ulang, tapi yang menjadi kendala adalah pengumpulannya.
Karena itu, lanjut dia, terlalu kecil jumlahnya kalau hanya mengandalkan pemulung yang mengumpulkan semua sampah plastik sekali pakai ini.
"Yang dibutuhkan adalah adanya tanggung jawab perusahaan. Seharusnya mereka mau mendirikan fasilitas untuk pengumpulan sampahnya," ujarnya.
Sementara itu, AZWI mendorong pemerintah serius merespons polemik galon sekali pakai demi merealisasikan peta jalan pengurangan sampah plastik oleh produsen sesuai Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019.
"Kami juga berharap kesadaran konsumen untuk mulai meminimalisasi penggunaan kemasan plastik sekali pakai dapat terus berlanjut, dan tetap kritis merespons pihak-pihak yang kontra produktif pada inisiatif industri ramah lingkungan," kata Ghofar.
Ia menegaskan selain AZWI, aktivis lain seperti Greenpeace Indonesia dan Ecoton juga telah menyuarakan penentangan terhadap kemasan galon plastik sekali pakai. (*)
Baca juga: Greenpeace: Klaim ramah lingkungan galon sekali pakai hanya "gimmick"
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021