Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada tahun 2021 mulai menerima mahasiswa baru melalui tiga jalur pendaftaran, yakni Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), serta Seleksi Kemitraan dan Mandiri (SKM).
"Adapun kuotanya untuk jalur SNMPTN sebanyak 20 persen, SBMPTN 30 persen, dan sisanya untuk SKM," kata Direktur Pendidikan ITS Dr. Siti Machmudah ST, M.Eng di Surabaya, Selasa.
Pada tahun 2021, total daya tampung mahasiswa/mahasiswi untuk Fakultas Vokasi ITS jalur SNMPTN sebanyak 176 orang, jalur SBMPTN 264 orang, dan jalur SKM 440 orang.
Sementara itu, Dekan Fakultas Vokasi ITS Prof. Ir. Muhammad Sigit Darmawan, Ph.D menyambut adanya perubahan kebijakan mekanisme seleksi mahasiswa ini.
Menurutnya, Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) sudah lama sekali memperjuangkan perubahan ini.
"Usulan tersebut baru disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2021 ini bersamaan dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi," katanya.
Kebijakan tersebut, menurut Sigit, sebagai bentuk kesetaraan antara pendidikan akademik dan vokasi. Selama ini seleksi masuk pendidikan vokasi pada umumnya dilakukan terpisah setelah seleksi pendidikan akademik.
Hal tersebut memungkinkan mayoritas peserta memilih vokasi dengan alasan terpaksa dan menjadi pilihan terakhirnya, bukan karena kesadaran sejak awal.
"Maka, penyelenggaraan seleksi secara bersamaan ini menjadikan para peserta harus sudah memutuskan pilihan sesuai passion-nya dan bukan karena keterpaksaan," ujarnya.
Oleh karena itu, Guru Besar Teknik Infrastruktur Sipil ITS tersebut menilai bahwa secara tidak langsung, dengan sistem yang baru ini, kualitas calon mahasiswa vokasi juga akan lebih baik dibandingkan bila seleksinya dilakukan paling akhir.
"Di samping itu, skema SNMPTN dan SBMPTN tersebut memberikan kemungkinan bagi Fakultas Vokasi ITS untuk mendapatkan calon mahasiswa dari seluruh Indonesia, mengingat sebelumnya agak sulit dilakukan bila memakai skema lama," ungkapnya.
Meminimalisasi kebingungan akan perubahan mekanisme seleksi ini, Sigit menyampaikan, sebenarnya kriteria penerimaan dengan skema SNMPTN, SBMPTN, dan SKM ini tidak akan berbeda jauh dengan kriteria yang digunakan melalui sistem penerimaan program Vokasi pada tahun 2020 lalu.
Untuk jalur SNMPTN kriterianya hampir sama dengan kriteria jalur prestasi yang dilakukan pada seleksi Vokasi pada tahun 2020, yaitu memakai nilai rapor dan prestasi yang dimiliki para peserta.
Kemudian, Sigit menambahkan, kriteria untuk jalur SBMPTN hampir sama dengan kriteria jalur reguler yang ada pada seleksi program Vokasi pada tahun sebelumnya, yaitu memakai nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebagai kriteria utama.
"Demikian pula halnya dengan jalur SKM yang kriterianya hampir sama dengan jalur mandiri pada tahun lalu, yaitu memakai nilai UTBK sebagai kriteria utama," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Adapun kuotanya untuk jalur SNMPTN sebanyak 20 persen, SBMPTN 30 persen, dan sisanya untuk SKM," kata Direktur Pendidikan ITS Dr. Siti Machmudah ST, M.Eng di Surabaya, Selasa.
Pada tahun 2021, total daya tampung mahasiswa/mahasiswi untuk Fakultas Vokasi ITS jalur SNMPTN sebanyak 176 orang, jalur SBMPTN 264 orang, dan jalur SKM 440 orang.
Sementara itu, Dekan Fakultas Vokasi ITS Prof. Ir. Muhammad Sigit Darmawan, Ph.D menyambut adanya perubahan kebijakan mekanisme seleksi mahasiswa ini.
Menurutnya, Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) sudah lama sekali memperjuangkan perubahan ini.
"Usulan tersebut baru disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2021 ini bersamaan dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi," katanya.
Kebijakan tersebut, menurut Sigit, sebagai bentuk kesetaraan antara pendidikan akademik dan vokasi. Selama ini seleksi masuk pendidikan vokasi pada umumnya dilakukan terpisah setelah seleksi pendidikan akademik.
Hal tersebut memungkinkan mayoritas peserta memilih vokasi dengan alasan terpaksa dan menjadi pilihan terakhirnya, bukan karena kesadaran sejak awal.
"Maka, penyelenggaraan seleksi secara bersamaan ini menjadikan para peserta harus sudah memutuskan pilihan sesuai passion-nya dan bukan karena keterpaksaan," ujarnya.
Oleh karena itu, Guru Besar Teknik Infrastruktur Sipil ITS tersebut menilai bahwa secara tidak langsung, dengan sistem yang baru ini, kualitas calon mahasiswa vokasi juga akan lebih baik dibandingkan bila seleksinya dilakukan paling akhir.
"Di samping itu, skema SNMPTN dan SBMPTN tersebut memberikan kemungkinan bagi Fakultas Vokasi ITS untuk mendapatkan calon mahasiswa dari seluruh Indonesia, mengingat sebelumnya agak sulit dilakukan bila memakai skema lama," ungkapnya.
Meminimalisasi kebingungan akan perubahan mekanisme seleksi ini, Sigit menyampaikan, sebenarnya kriteria penerimaan dengan skema SNMPTN, SBMPTN, dan SKM ini tidak akan berbeda jauh dengan kriteria yang digunakan melalui sistem penerimaan program Vokasi pada tahun 2020 lalu.
Untuk jalur SNMPTN kriterianya hampir sama dengan kriteria jalur prestasi yang dilakukan pada seleksi Vokasi pada tahun 2020, yaitu memakai nilai rapor dan prestasi yang dimiliki para peserta.
Kemudian, Sigit menambahkan, kriteria untuk jalur SBMPTN hampir sama dengan kriteria jalur reguler yang ada pada seleksi program Vokasi pada tahun sebelumnya, yaitu memakai nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebagai kriteria utama.
"Demikian pula halnya dengan jalur SKM yang kriterianya hampir sama dengan jalur mandiri pada tahun lalu, yaitu memakai nilai UTBK sebagai kriteria utama," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021