Yayasan Peradaban Bumi Mataram (YPBM) memberikan masukan kepada pemerintah agar memperhatikan persebaran situs-situs kecil yang ada di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Pemerintah harus memperhatikan situs yang ada, bukan hanya situs besar seperti Candi Borobudur, tapi yang situs kecil-kecil juga diperhatikan," kata salah satu penggagas berdirinya YPBM, Dr. Andi Budi Sulistijanto kepada wartawan di Surabaya, Minggu.

Menurut Andi, YPBM yang merupakan lembaga nonprofit ini bertujuan untuk melestarikan sejarah, budaya, dan adat istiadat nusantara. Lembaga ini digagas hampir setahun lalu atau tepatnya sejak pandemi COVID-19. 

Wakil Ketua Lakpesdam PBNU ini menjelaskan, meski tergolong baru dan lahir di tengah pandemi, beberapa kegiatan YPBM sudah berjalan sebagai upaya melestarikan sejarah, budaya, dan adat istiadat nusantara.

Ia menyebut pada Desember 2020, pihaknya mengadakan acara Bakti Budaya ke lima situs seperti Prabu Handayaningrat Pengging, makam Ki Ageng Henis Laweyan, Sendang Pangurian Pajang, makam Kiai Sala dalem Keraton Surakarta Hadiningrat, makam Sjech Sulukhi Nganjuk. Selain napak tilas budaya, juga diselenggarakan pemberian tali asih ke juru kunci.

Selain itu, kata dia, YPBM menggelar webinar sebanyak lima kali, dengan tema "Peradan Mataram : Konstruksi Sosial, Birokrasi Indonesia, Mataram untuk NKRI", "Peradaban Mataram: Eksistensi Keraton dalam Dimensi Politik, Hukum, Seni dan Budaya", "Struktur Ekonomi Keratan dan Komunikasi Budaya", "Struktur Ekonomi dan Keraton, Sistem Monarki, Nama dan Peradaban Era Pajang dan Mataram", dan "Pengaruh Mataram di Wilayah Nusantara".

Seminar ini menghadirkan pembicara Prof. Burhan Bungin, Prof. Ravik Karsidi, Prof. Gunawan Sumodiningrat, Prof. Sahid Teguh W, Prof.AgusSukristyanto, Prof. Pawito, Prof.Sri Rochana W,  Prof.A.Sihabuddin, Dr. Marlinda Irawati, Dr. Emrus Sihombing, Dr. Dedi Kurnia S, Dr. Ayub Muktiono, Dr.Hudi Asrori, KGPAA Dipokusumo, Dr.Arry Basuseno, dan Dr. H.Andi Budi. Sebagai moderator adalah Dr. Arief Akhyat, Novyan Isnaeni, dan Eryana Setyarti,MM.

"Animo masyarakat luar biasa, dari UGM, Ciputra dan seluruh Indonesia narasumber yang ngisi, seminar ini kita kerja sama dengan IQRA. Peserta dari akademisi kampus se Indonesia, perwakilan kementerian dan lembaga-lembaga budaya," katanya. 

Menurut dia, seminar ini bertujuan untuk mengakomodir pendapat para tokoh tentang bagaimana budaya nusantara dikembangkan. Berbagai pendapat ini dirumuskan agar bisa menjadi referensi oleh pemerintah. 

"Seminar ini dapat apresiasi dari KH. Said Aqil Sirodj (Ketua PBNU), sebagai tokoh ulama, NU dan budaya itu menyatu, satu bagian tak terpisahkan, untuk memperkokoh NKRI budaya harus diperhatikan," kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Peradaban Bumi Mataram ini. 

Aktifis kelahiran Kota Surabaya ini mengaku ke depan akan terus bekoordinasi dengan banyak pihak untuk mensupport warisan budaya nusantara tetap eksis dan banyak diminati oleh generasi muda. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021