Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel-933 menerapkan protokol kesehatan ketat sebagai kapal pemetaan dalam operasi pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu.
Puluhan awak kapal dan jurnalis melaksanakan tes cepat COVID-19 di KRI Rigel-933, Kamis. Uji cepat itu pun berlaku untuk siapa saja, yang baru menaiki kapal perang milik pusat hidrografi dan oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) itu.
"Penerapan protokol kesehatan sangat penting untuk memantau kesehatan awak kapal," kata Komandan KRI Rigel-933, Letnan Kolonel Laut (P) Jaenal Mutakim.
KRI Rigel-933 berlabuh di antara perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Minggu (10/1) dini hari. Kapal itu mendukung operasi SAR Sriwijaya Air dengan menyediakan alat riset dan pemetaan untuk mencari kotak hitam pesawat.
Selain itu, KRI Rigel-933 menjadi tempat awak media untuk mendapatkan perkembangan terbaru dari operasi kemanusiaan itu.
Baca juga: SAR SJ-182 perluas area pencarian udara dan permukaan di hari keenam
KRI Rigel-933 pernah sukses membantu evakuasi pencarian kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang pada 2018.
Selasa (12/1) petang, salah satu bagian dari kotak hitam yakni Flight Data Recorder (FDR) atau rekaman data penerbangan telah ditemukan tim penyelam dari TNI Angkatan Laut (AL).
Tersisa rekaman pembicaraan pilot (cockpit voice recorder/CVR) yang masih belum ditemukan.
Pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 mil laut (nautical mile/nm) di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri enam kru aktif dan enam kru ekstra. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021