Dokter spesialis neurologi dr. Gilbert Tangkudung Sp.S(K) FINS, menjelaskan bahwa penyakit stroke terbagi menjadi dua tipe, yaitu stroke penyumbatan dan perdarahan otak.
"Stroke penyumbatan sering terjadi penyumbatan bekuan darah yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak yang permanen (Infark)," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Kemudian, kata dia, perdarahan otak, yaitu pecah atau robeknya pembuluh darah sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan menekan jaringan otak.
"Adapun jenis stroke yang paling sering terjadi adalah stroke iskemik (sumbatan) yang disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat karena bekuan aliran darah. Lalu, jenis stroke memoragik (berdarah) yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah," ucapnya.
Dokter asal Siloam Hospital Manado tersebut juga menerangkan bahwa stroke berdasarkan faktor risikonya terbagi dua bagian.
Rinciannya, pertama adalah yang tidak dapat diubah, yaitu karena usia (di atas 55 tahun), jenis kelamin (terutama pria), ras tertentu dan genetik dari riwayat keluarga.
Sedangkan, kedua adalah yang dapat diubah, yaitu hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, pasca-stroke, kurangnya aktivitas fisik, penyalahgunaan obat, migrain dan rokok.
Selain itu, semua faktor penyebab stroke mengalami gejala, antara lain salah satu sisi mulut dan wajah penderita terlihat turun, lengan atau kaki mengalami kelumpuhan atau sakit saat diangkat, kesemutan tubuh sesisi, bicara jadi kacau dan tidak jelas.
"Lalu, kesulitan memahami orang berbicara, hilang keseimbangan atau koordinasi tubuh, pandangan ganda dan menjadi kabur serta peningkatan tekanan darah yang mendadak," katanya.
Stroke perdarahan, lanjut dr Gilbert, dapat diobati dengan cara operasi dan konservatif.
"Dan, untuk jenis stroke penyumbatan dapat diobati dengan memberikan Trombolisis Intravena (<4,5 jam), yaitu alat yang melarutkan bekuan darah Trombektomi Mekanikal (<24 jam), yaitu alat untuk menarik keluar bekuan darah," tuturnya.
"Yang harus diperhatikan, jaga pola hidup sehat, aktivitas cukup dan mencukupi nutrisi seimbang," kata dia menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Stroke penyumbatan sering terjadi penyumbatan bekuan darah yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak yang permanen (Infark)," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Kemudian, kata dia, perdarahan otak, yaitu pecah atau robeknya pembuluh darah sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan menekan jaringan otak.
"Adapun jenis stroke yang paling sering terjadi adalah stroke iskemik (sumbatan) yang disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat karena bekuan aliran darah. Lalu, jenis stroke memoragik (berdarah) yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah," ucapnya.
Dokter asal Siloam Hospital Manado tersebut juga menerangkan bahwa stroke berdasarkan faktor risikonya terbagi dua bagian.
Rinciannya, pertama adalah yang tidak dapat diubah, yaitu karena usia (di atas 55 tahun), jenis kelamin (terutama pria), ras tertentu dan genetik dari riwayat keluarga.
Sedangkan, kedua adalah yang dapat diubah, yaitu hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, pasca-stroke, kurangnya aktivitas fisik, penyalahgunaan obat, migrain dan rokok.
Selain itu, semua faktor penyebab stroke mengalami gejala, antara lain salah satu sisi mulut dan wajah penderita terlihat turun, lengan atau kaki mengalami kelumpuhan atau sakit saat diangkat, kesemutan tubuh sesisi, bicara jadi kacau dan tidak jelas.
"Lalu, kesulitan memahami orang berbicara, hilang keseimbangan atau koordinasi tubuh, pandangan ganda dan menjadi kabur serta peningkatan tekanan darah yang mendadak," katanya.
Stroke perdarahan, lanjut dr Gilbert, dapat diobati dengan cara operasi dan konservatif.
"Dan, untuk jenis stroke penyumbatan dapat diobati dengan memberikan Trombolisis Intravena (<4,5 jam), yaitu alat yang melarutkan bekuan darah Trombektomi Mekanikal (<24 jam), yaitu alat untuk menarik keluar bekuan darah," tuturnya.
"Yang harus diperhatikan, jaga pola hidup sehat, aktivitas cukup dan mencukupi nutrisi seimbang," kata dia menambahkan. (*)
Editor : Chandra Hamdani Noer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021