Mbah Karinah (80), seorang penjual kacang di Dusun Bolowono, Desa Wonokerto, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengalami kelumpuhan setelah kecelakaan yang pernah dialaminya. Kini, nenek sebatang kara ini tinggal di sebuah gubuk yang terbuat dari anyaman bambu.

Rohmah, tetangga Mbah Karinah, mengatakan perempuan renta tersebut sudah lama tinggal sendirian tanpa keluarga. Bahkan, rumah yang ditempatinya juga bukan tanah sendiri, melainkan lahan warga. 

"Mbah Karinah dulu berjualan kacang di pasar. Ya, di rumah ini biasa memasak kacang, tetapi karena usia dan sakit, saat ini di rumah saja," kata Rohmah ditemui di rumah Mbah Karinah di Kediri, Kamis. 

Ia menceritakan Mbah Karinah sehari-hari hanya berbaring di tempat tidur. Setelah keluarga tidak ada yang mengurusnya, akhirnya para tetangga yang membantu kehidupan sehari-hari.

Selama ini, Mbah Karinah hanya bisa mengandalkan bantuan dari para tetangga, termasuk untuk cuci baju hingga makan sehari-hari. 

Rohmah sempat mengajak Mbah Karinah tinggal di rumahnya, tetapi hanya sebentar dan setelah itu Mbah Karinah pulang ke rumahnya. Ia tidak betah, bahkan rela dalam kondisi sakit pulang ke rumah.

"Dulu kan saya rawat, berharapnya mudah memantaunya. Tapi, mbah tidak betah dan nekat pulang ke rumah," kata dia.

Ia juga menambahkan Mbah Karinah juga enggan dibawa ke rumah sakit. Ia sempat terjatuh hingga kini lumpuh, kondisi kesehatannya juga semakin memburuk.

"Tidak mau dibawa ke rumah sakit. Jadi, sekarang batuk. Mbah minta dibuatkan jeruk nipis dan kecap, jadi saya buatkan. Sekarang maunya mbah apa, dicarikan. Kemarin minta cendol, tapi saya bilang tidak boleh minum es, batuk," katanya.

Selama ini warga gotong royong membantu untuk kebutuhan sehari-hari Mbah Karinah. Ada beberapa warga yang ikut membantu, misalnya membelikan popok dan makan. 

Ia berharap pemerintah juga memperhatikan Mbah Karinah dengan memberikan tempat tinggal yang lebih layak.

Mbah Karinah tinggal di rumah bambu dengan ukuran sekitar 3x4 meter. Rumah itu hanya terdiri dari dapur dan tempat tidur tanpa fentilasi yang memadahi.

Di rumahnya juga tidak ada benda berharga. Terdapat satu almari terbuat dari plastik yang di dalamnya berisi sejumlah bahan makanan bantuan dari warga, seperti mi instan, minyak goreng, serta beras. 

Gubuk nenek tersebut juga sudah reot, di sisi kanan kiri sudah berlubang. Hanya terdapat satu tempat tidur terbuat dari bambu. Untuk baju, hanya ada sekadarnya yang menempel di tubuh serta sejumlah baju ganti. Ia juga hanya mengenakan selimut dari kain jarik. 

Untuk penerangan, terdapat satu bola lampu yang disalurkan dari rumah tetangga. Siang hari, lampu itu juga tetap nyala, khawatir jika malam kelupaan untuk menyalakan. 

Sementara itu, Mbah Karinah juga masih bisa diajak komunikasi. Ia bahkan masih memahami saat diajak dialog, termasuk mengeluhkan batuk yang hingga kini belum sembuh.

"Batuk. Mau nyuwun digawekno jeruk nipis lan kecap (tadi minta dibuatkan jeruk nipis dicampur kecap)," kata Mbah Karinah dengan nafas tersengal-sengal.
 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020