Sebanyak 85 rumah tak layak huni (RTLH) di Kota Kediri mendapat bantuan perbaikan dari program padat karya oleh pemkot setempat sehingga menjadi rumah yang lebih layak untuk ditinggali.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri Hadi Wahjono di Kediri, Jumat, mengemukakan dalam pengerjaan proyek itu sinergi dengan sejumlah instansi lainnya yakni Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan dan Permukiman, DLHKP (Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan) dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Kediri.
Konsep proyek padat karya adalah pekerjaan yang bisa menyerap banyak tenaga kerja.
"Di Perkim (Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri), proyek padat karya ada empat yaitu pengedukan walet, perumahan tidak layak huni, pavingisasi jalan yang masih tanah, dan renovasi pagar makam. Total dana Rp4,5 miliar," kata Hadi Wahjono.
Kepala Seksi Infrastruktur Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri Ahmad Qusairi dari 85 rumah tidak layak huni sebelumnya telah melalui pendataan yang ketat yang proses pendataannya melalui RT/RW ke lurah masing-masing.
"Kami harus memprioritaskan yang paling membutuhkan dan harus segera dibangun mengingat dananya terbatas. Maka bagi warga yang belum mendapat giliran meski sudah terdata, diharap bisa menunggu," kata Qusairi.
Adapun sumber dana RTLH tersebut ada dua yaitu dari APBD dan dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus). Masing-masing kepala keluarga (KK) mendapatkan Rp20 juta, namun mensyaratkan harus ada modal dulu dari pemilik rumah, baik modal uang maupun bahan bangunan. Untuk itu, DAK sifatnya hanya membantu sebagian dari keperluan pembangunan rumah.
Pada 2020, Pemkot Kediri mendapatkan DAK Perkim sebanyak 42 titik. Namun karena pertimbangan masyarakat sulit untuk punya modal dana ini dialihkan pada tahun 2021, dengan rencana jumlah yang dibangun lebih banyak.
"Pak Wali memasukkan RTLH dalam proyek padat karya ini, jadilah ada 85 titik rumah yang dibangun," kata Qusairi.
Proyek padat karya ini, kata dia tidak mensyaratkan pemilik rumah memiliki modal. Dengan program tersebut warga juga diperbolehkan gotong royong untuk merealisasikan rumah tetangganya yang membutuhkan.
Proyek tersebut juga dirasakan manfaatnya bagi para penerima. Salah satunya Ika Sumaryani (36), warga Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri yang rumahnya dibangun dengan program ini.
"Sekarang kalau ada angin, saya tidak khawatir lagi rumah saya akan roboh. Saya berterima kasih kepada Pemko Kediri yang sudah membangunkan rumah untuk kami," kata Ika.
Ika mengungkapkan, awalnya tembok rumahnya sudah sangat rapuh. Ia tinggal di gang sempit bersama suaminya yang bekerja sebagai kuli dan tiga orang anaknya. Bila ada angin terlebih lagi saat malam hari selalu khawatir rumah akan roboh.
Keluarganya merasa kesulitan memperbaiki rumah. Terlebih lagi saat pandemi COVID-19. Penghasilan keluarga sebagai pedagang aneka jajanan di dekat Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri menurun drastis. Dengan itu, rencana memperbaiki rumah juga semakin dirasa sulit. Kini, keluarganya sudah merasa lega, karena terbantu dengan proyek pembangunan ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri Hadi Wahjono di Kediri, Jumat, mengemukakan dalam pengerjaan proyek itu sinergi dengan sejumlah instansi lainnya yakni Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan dan Permukiman, DLHKP (Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan) dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Kediri.
Konsep proyek padat karya adalah pekerjaan yang bisa menyerap banyak tenaga kerja.
"Di Perkim (Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri), proyek padat karya ada empat yaitu pengedukan walet, perumahan tidak layak huni, pavingisasi jalan yang masih tanah, dan renovasi pagar makam. Total dana Rp4,5 miliar," kata Hadi Wahjono.
Kepala Seksi Infrastruktur Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri Ahmad Qusairi dari 85 rumah tidak layak huni sebelumnya telah melalui pendataan yang ketat yang proses pendataannya melalui RT/RW ke lurah masing-masing.
"Kami harus memprioritaskan yang paling membutuhkan dan harus segera dibangun mengingat dananya terbatas. Maka bagi warga yang belum mendapat giliran meski sudah terdata, diharap bisa menunggu," kata Qusairi.
Adapun sumber dana RTLH tersebut ada dua yaitu dari APBD dan dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus). Masing-masing kepala keluarga (KK) mendapatkan Rp20 juta, namun mensyaratkan harus ada modal dulu dari pemilik rumah, baik modal uang maupun bahan bangunan. Untuk itu, DAK sifatnya hanya membantu sebagian dari keperluan pembangunan rumah.
Pada 2020, Pemkot Kediri mendapatkan DAK Perkim sebanyak 42 titik. Namun karena pertimbangan masyarakat sulit untuk punya modal dana ini dialihkan pada tahun 2021, dengan rencana jumlah yang dibangun lebih banyak.
"Pak Wali memasukkan RTLH dalam proyek padat karya ini, jadilah ada 85 titik rumah yang dibangun," kata Qusairi.
Proyek padat karya ini, kata dia tidak mensyaratkan pemilik rumah memiliki modal. Dengan program tersebut warga juga diperbolehkan gotong royong untuk merealisasikan rumah tetangganya yang membutuhkan.
Proyek tersebut juga dirasakan manfaatnya bagi para penerima. Salah satunya Ika Sumaryani (36), warga Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri yang rumahnya dibangun dengan program ini.
"Sekarang kalau ada angin, saya tidak khawatir lagi rumah saya akan roboh. Saya berterima kasih kepada Pemko Kediri yang sudah membangunkan rumah untuk kami," kata Ika.
Ika mengungkapkan, awalnya tembok rumahnya sudah sangat rapuh. Ia tinggal di gang sempit bersama suaminya yang bekerja sebagai kuli dan tiga orang anaknya. Bila ada angin terlebih lagi saat malam hari selalu khawatir rumah akan roboh.
Keluarganya merasa kesulitan memperbaiki rumah. Terlebih lagi saat pandemi COVID-19. Penghasilan keluarga sebagai pedagang aneka jajanan di dekat Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri menurun drastis. Dengan itu, rencana memperbaiki rumah juga semakin dirasa sulit. Kini, keluarganya sudah merasa lega, karena terbantu dengan proyek pembangunan ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020