Memperingati Hari Perkebunan Nasional 10 Desember 2020, tokoh perkebunan Arum Sabil mengingatkan potensi ancaman krisis energi dan pangan 30 tahun mendatang. 

Pada siaran pers yang diterima di Surabaya, Jumat, Arum Sabil mengatakan jika populasi manusia terus tumbuh dan berkembang, sementara luas daratan yang ada hanya 30 persen dari total luas permukaan bumi, yang akan muncul adalah persoalan pangan dan energi.

"Tentu ini akan menjadi persoalan serius di masa akan datang," ujarnya.

Abah Arum, sapaan akrabnya, menyarankan lahan yang ada saat ini harus benar-benar dimaksimalkan. 

"Tentu kita harus mempersiapkan diri untuk energi yang selama ini kita dapatkan dari perut bumi. Kita harus sudah mulai berinovasi," ucapnya.

"Mulai saat ini tidak ada waktu lagi. Maka menyiapkan diri menggunakan energi terbarukan, yaitu energi terbarukan yang kita hasilkan dari hasil pertanian dan perkebunan," tambahnya. 

Energi terbarukan tersebut antara lain seperti biodiesel dan bioethanol yang bersumber dari hasil perkebunan seperti kelapa sawit maupun pohon kelapa yang tumbuh di sekitar masyarakat. 

"Itu bisa dikembangkan menjadi bio diesel, dan semua adalah komoditi perkebunan," katanya.

Sistem pengalihan sumber bahan bakar seperti ini juga sedang digalakkan di beberapa negara, mulai menggunakan bioethanol berbahan baku tebu. 

"Karena tebu di samping diproses menjadi gula, di situ ada produk samping namanya molasis, dan itu bisa diproses menjadi ethanol yang merupakan sumber dari energi terbarukan yang ramah lingkungan," tuturnya.

Selain tebu, bioethanol juga bisa dihasilkan dari hasil pertanian. Mulai jagung hingga cassava (singkong). 

Sementara itu, pada Hari Perkebunan Indonesia, Arum Sabil mengajak lintas sektor bersama-sama meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan. 

Selain itu, pelaku pertanian dan perkebunan terus berinovasi melakukan sinergi dengan pihak-pihak terkait. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020