Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan pembuatan jalur evakuasi bagi warga dan hewan ternak sebagai mitigasi adanya ancaman guguran lahar panas dari aktivitas Gunung Semeru harus segera dibangun di sekitar Gunung Semeru.
"Kami dari BNPB sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)," kata Doni Monardo saat melakukan peninjauan di lokasi terdampak guguran lahar Gunung Semeru di Dusun Curah Koboan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis.
Baca juga: Gubernur Jatim dan BNPB pantau aktivitas Gunung Semeru
Menurut Doni, pihaknya sudah meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendukung pembangunan jalur evakuasi di Gunung Semeru sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana alam.
Selain jalur evakuasi, BNPB juga mendorong jalur aliran lahar panas dan lahar dingin Gunung Semeru dapat dibangun kembali sehingga apabila terjadi guguran lahar tidak berdampak terhadap permukiman penduduk.
"Membangun sebuah jalur evakuasi yang bisa memudahkan masyarakat untuk menuju ke tempat yang aman, termasuk juga membangun kembali aliran lahar agar tidak mengarah ke permukiman penduduk," katanya.
Baca juga: BNPB prioritaskan keselamatan warga terdampak erupsi Gunung Semeru
Ia menilai jalur evakuasi tersebut menjadi penting karena sejauh ini sudah ada rambu evakuasi, akan tetapi jalur evakuasi belum memadai.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga melaporkan bahwa selain jalur evakuasi, pengerukan jalur aliran lahar juga harus menjadi prioritas.
"Berdasarkan data yang dihimpun, ketebalan sedimentasi dari jalur aliran lahar sudah mencapai 15 meter, sehingga kami tidak ingin kemudian muncul permasalahan baru, apabila terjadi aktivitas erupsi Gunung Semeru," katanya.
Baca juga: PVMBG: Aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif
Menurutnya, jalur evakuasinya harus dipastikan dan masyarakat harus terkonfirmasi, selanjutnya tanda-tanda evakuasi harus dipasang di banyak titik.
"Jalur aliran lahar, sedimentasinya sudah sekitar 15 meter, jadi harus dikeruk sehingga kalau ada material gunung yang meluber, maka kami tidak berharap itu kemudian meluber ke permukiman penduduk," ujarnya.
Khofifah juga meminta agar layanan komunikasi terkait perkembangan informasi aktivitas Gunung Semeru dapat dilakukan dengan baik, agar kemudian tidak muncul adanya kabar tidak benar yang dapat meresahkan warga.
“Ada komunikasi yang harus dipastikan sampai dengan benar dan cepat kepada masyarakat,” kata Khofifah.
Gunung Semeru mengeluarkan guguran lahar panas dari aktivitas vulkanik pada Sabtu (28/11) dini hari dan peristiwa tersebut telah berdampak pada 1.298 warga yang tinggal di lima desa yang tersebar di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo, di Kabupaten Lumajang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Kami dari BNPB sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)," kata Doni Monardo saat melakukan peninjauan di lokasi terdampak guguran lahar Gunung Semeru di Dusun Curah Koboan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis.
Baca juga: Gubernur Jatim dan BNPB pantau aktivitas Gunung Semeru
Menurut Doni, pihaknya sudah meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendukung pembangunan jalur evakuasi di Gunung Semeru sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana alam.
Selain jalur evakuasi, BNPB juga mendorong jalur aliran lahar panas dan lahar dingin Gunung Semeru dapat dibangun kembali sehingga apabila terjadi guguran lahar tidak berdampak terhadap permukiman penduduk.
"Membangun sebuah jalur evakuasi yang bisa memudahkan masyarakat untuk menuju ke tempat yang aman, termasuk juga membangun kembali aliran lahar agar tidak mengarah ke permukiman penduduk," katanya.
Baca juga: BNPB prioritaskan keselamatan warga terdampak erupsi Gunung Semeru
Ia menilai jalur evakuasi tersebut menjadi penting karena sejauh ini sudah ada rambu evakuasi, akan tetapi jalur evakuasi belum memadai.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga melaporkan bahwa selain jalur evakuasi, pengerukan jalur aliran lahar juga harus menjadi prioritas.
"Berdasarkan data yang dihimpun, ketebalan sedimentasi dari jalur aliran lahar sudah mencapai 15 meter, sehingga kami tidak ingin kemudian muncul permasalahan baru, apabila terjadi aktivitas erupsi Gunung Semeru," katanya.
Baca juga: PVMBG: Aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif
Menurutnya, jalur evakuasinya harus dipastikan dan masyarakat harus terkonfirmasi, selanjutnya tanda-tanda evakuasi harus dipasang di banyak titik.
"Jalur aliran lahar, sedimentasinya sudah sekitar 15 meter, jadi harus dikeruk sehingga kalau ada material gunung yang meluber, maka kami tidak berharap itu kemudian meluber ke permukiman penduduk," ujarnya.
Khofifah juga meminta agar layanan komunikasi terkait perkembangan informasi aktivitas Gunung Semeru dapat dilakukan dengan baik, agar kemudian tidak muncul adanya kabar tidak benar yang dapat meresahkan warga.
“Ada komunikasi yang harus dipastikan sampai dengan benar dan cepat kepada masyarakat,” kata Khofifah.
Gunung Semeru mengeluarkan guguran lahar panas dari aktivitas vulkanik pada Sabtu (28/11) dini hari dan peristiwa tersebut telah berdampak pada 1.298 warga yang tinggal di lima desa yang tersebar di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo, di Kabupaten Lumajang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020