Sub-Koordinator Bidang Penyelarasan PTVP Direktorat Mitras DUDI, Suhadi Lili, menyampaikan bahwa konsep Program Asesmen Kurikulum yang diinisiasi sebagai salah satu bentuk penyelarasan pendidikan tinggi vokasi dengan kebutuhan di Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI)
"Mekanisme pelaksanaan program ini di Perguruan Tinggi Vokasi dilakukan melalui survei antara alumni dan dunia industri sebagai pemberi kerja yaitu dengan melakukan uji kompetensi setinggi-tingginya," ujarnya.
Hal ini dilakukan guna mencari perbaikan kompetensi baik dari pembelajaran, dosen maupun keahlian mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
Sehingga, kata dia, target Program Asesmen Kurikulum dapat tercapai di antaranya knowledge, dan dapat pelahan dapat mempersempit gap dalam masyarakat bahwa vokasi masih kurang bergengsi dibanding perguruan tinggi lain.
Baca juga: Kemendikbud: Kurikulum syarat utama dalam "pernikahan massal" dengan industri
Menurut Direktur Eksekutif APINDO, Danang Girindrawardana, bahwa mahasiswa-mahasiswa vokasi telah banyak membantu DUDI karena mereka lebih siap bekerja dibanding mahasiswa di luar vokasi.
"Di mana kurikulum di vokasi sendiri 50:50 antara pembelajaran dan practicing, dan mereka benar-benar disiapkan untuk dunia kerja, yang saat ini lulusannya sudah memiliki pembelajaran dan praktik dunia kerja, juga soft skill yang meliputi sikap mental sehingga lulusannya profesional dan tangguh," tutur-nya.
Sementara itu, Praktisi Pendidikan, Rini Amidjono, menemukan kesenjangan (gap) kompetensi yang paling banyak dikeluhkan, salah satunya bahwa untuk bisa bekerja itu harus ada orang dalam atau koneksi.
Setelah dilakukan konfirmasi kepada pemberi kerja, bahwa dalam rekrutmen ada hal-hal yang diperlukan yang terkadang tidak ditemukan oleh para pelajar atau mahasiswa yaitu soft skill atau kemampuan.
"Seperti komunikasi, manajemen waktu, konsep memecahkan masalah, kerja sama tim dan pengelolaan keuangan yang ada pada vokasi,” ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Mekanisme pelaksanaan program ini di Perguruan Tinggi Vokasi dilakukan melalui survei antara alumni dan dunia industri sebagai pemberi kerja yaitu dengan melakukan uji kompetensi setinggi-tingginya," ujarnya.
Hal ini dilakukan guna mencari perbaikan kompetensi baik dari pembelajaran, dosen maupun keahlian mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
Sehingga, kata dia, target Program Asesmen Kurikulum dapat tercapai di antaranya knowledge, dan dapat pelahan dapat mempersempit gap dalam masyarakat bahwa vokasi masih kurang bergengsi dibanding perguruan tinggi lain.
Baca juga: Kemendikbud: Kurikulum syarat utama dalam "pernikahan massal" dengan industri
Menurut Direktur Eksekutif APINDO, Danang Girindrawardana, bahwa mahasiswa-mahasiswa vokasi telah banyak membantu DUDI karena mereka lebih siap bekerja dibanding mahasiswa di luar vokasi.
"Di mana kurikulum di vokasi sendiri 50:50 antara pembelajaran dan practicing, dan mereka benar-benar disiapkan untuk dunia kerja, yang saat ini lulusannya sudah memiliki pembelajaran dan praktik dunia kerja, juga soft skill yang meliputi sikap mental sehingga lulusannya profesional dan tangguh," tutur-nya.
Sementara itu, Praktisi Pendidikan, Rini Amidjono, menemukan kesenjangan (gap) kompetensi yang paling banyak dikeluhkan, salah satunya bahwa untuk bisa bekerja itu harus ada orang dalam atau koneksi.
Setelah dilakukan konfirmasi kepada pemberi kerja, bahwa dalam rekrutmen ada hal-hal yang diperlukan yang terkadang tidak ditemukan oleh para pelajar atau mahasiswa yaitu soft skill atau kemampuan.
"Seperti komunikasi, manajemen waktu, konsep memecahkan masalah, kerja sama tim dan pengelolaan keuangan yang ada pada vokasi,” ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020