Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginginkan Taman Hutan Raya (Tahura) Lempung seluas 1,9 hektare di Jalan Lempung Perdana IV, Lontar, Sambikerep, Kota Surabaya, Jatim, menjadi tempat pelestarian alam, tumbuhan dan ternak.
"Beberapa tahun lalu saya pergi ke sini mendapat keluhan warga yang kena banjir di kawasan ini sehingga saya putuskan membuat waduk kecil untuk menampung air," kata Wali Kota Risma saat meresmikan Tahura Lempung, Kamis.
Selain dibangun mini bozem atau waduk kecil, di Tahura Lempung juga ditanami berbagai jenis tanaman toga serta produktif, seperti ginseng, gondosuli, kejibeling hingga temu ireng untuk jenis tanaman toga. Sementara tanaman produktif, di antaranya sorgum, sukun, terong hingga mangga.
Wali Kota Risma mengungkapkan alasan membangun Tahura Lempung di kawasan ini. Ia mengaku, jika beberapa tahun lalu saat mengunjungi lokasi ini mendapat keluhan warga terkait banjir.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membuat Tahura beserta mini boezem sebagai tempat resapan dan penampungan air.
"Beberapa tahun lalu saya pergi ke sini mendapat keluhan warga yang kena banjir di kawasan ini. Sehingga saya putuskan membuat waduk kecil untuk menampung air," ujarnya.
Menurut dia, secara teori kawasan ini terletak lebih tinggi dari wilayah utara sehingga secara logika kawasan ini mestinya tidak tergenang. Namun, lanjut dia, karena ada masalah terkait koneksi saluran, sehingga kawasan ini menjadi tergenang.
"Dulu di sini kondisinya juga masih gundul. Namun, alhamdulillah sekarang jadi indah," ujarnya.
Selain meresmikan Tahura, secara simbolis Wali Kota Risma juga menyerahkan bantuan ayam petelur kepada Ketua RT setempat. Selain itu, ia bersama jajarannya juga memanen tanaman sorgum. Menurutnya, tanaman serbaguna ini dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, hingga pendamping beras.
"Kenapa sorgum? Ketika kita tidak mendapatkan beras, maka kita bisa menggunakan sorgum sebagai pendamping beras, jadi bukan (makanan) pengganti. Berdasarkan penelitian, sorgum mengandung zat untuk menambah daya tubuh kita menjadi kuat, sehingga tidak mudah terkena penyakit," ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Yuniarto Herlambang menjelaskan, Tahura Lempung dibangun sejak tahun 2019 dengan luas sekitar 1,9 hektare. Yang menjadi spesial, Tahura di kawasan ini ditanami ribuan tanaman herbal, produktif dan lindung.
"Tanaman produktif dan pelindung ada sekitar 30 jenis. Sedangkan tanaman herbal ada 31 jenis. Total tanaman herbal ada 2.100 lebih jumlahnya. Untuk yang produktifnya ada 1.200-an," kata Herlambang.
Tak hanya ribuan tanaman herbal dan produktif yang ditanam di Tahura ini, kata dia, DKPP Surabaya juga membudidayakan ayam petelur. Setidaknya ada sekitar 1.000 ekor ayam petelur dewasa yang diternakkan pada dua kandang.
"Jadi ada ayam petelur, tadi pertama kali bu wali kota memberikan itu secara simbolis. Karena kita membesarkan dari kecil. Jadi kalau sudah besar diberikan ke warga. Yang besar ada 1.000-an," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Beberapa tahun lalu saya pergi ke sini mendapat keluhan warga yang kena banjir di kawasan ini sehingga saya putuskan membuat waduk kecil untuk menampung air," kata Wali Kota Risma saat meresmikan Tahura Lempung, Kamis.
Selain dibangun mini bozem atau waduk kecil, di Tahura Lempung juga ditanami berbagai jenis tanaman toga serta produktif, seperti ginseng, gondosuli, kejibeling hingga temu ireng untuk jenis tanaman toga. Sementara tanaman produktif, di antaranya sorgum, sukun, terong hingga mangga.
Wali Kota Risma mengungkapkan alasan membangun Tahura Lempung di kawasan ini. Ia mengaku, jika beberapa tahun lalu saat mengunjungi lokasi ini mendapat keluhan warga terkait banjir.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membuat Tahura beserta mini boezem sebagai tempat resapan dan penampungan air.
"Beberapa tahun lalu saya pergi ke sini mendapat keluhan warga yang kena banjir di kawasan ini. Sehingga saya putuskan membuat waduk kecil untuk menampung air," ujarnya.
Menurut dia, secara teori kawasan ini terletak lebih tinggi dari wilayah utara sehingga secara logika kawasan ini mestinya tidak tergenang. Namun, lanjut dia, karena ada masalah terkait koneksi saluran, sehingga kawasan ini menjadi tergenang.
"Dulu di sini kondisinya juga masih gundul. Namun, alhamdulillah sekarang jadi indah," ujarnya.
Selain meresmikan Tahura, secara simbolis Wali Kota Risma juga menyerahkan bantuan ayam petelur kepada Ketua RT setempat. Selain itu, ia bersama jajarannya juga memanen tanaman sorgum. Menurutnya, tanaman serbaguna ini dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, hingga pendamping beras.
"Kenapa sorgum? Ketika kita tidak mendapatkan beras, maka kita bisa menggunakan sorgum sebagai pendamping beras, jadi bukan (makanan) pengganti. Berdasarkan penelitian, sorgum mengandung zat untuk menambah daya tubuh kita menjadi kuat, sehingga tidak mudah terkena penyakit," ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Yuniarto Herlambang menjelaskan, Tahura Lempung dibangun sejak tahun 2019 dengan luas sekitar 1,9 hektare. Yang menjadi spesial, Tahura di kawasan ini ditanami ribuan tanaman herbal, produktif dan lindung.
"Tanaman produktif dan pelindung ada sekitar 30 jenis. Sedangkan tanaman herbal ada 31 jenis. Total tanaman herbal ada 2.100 lebih jumlahnya. Untuk yang produktifnya ada 1.200-an," kata Herlambang.
Tak hanya ribuan tanaman herbal dan produktif yang ditanam di Tahura ini, kata dia, DKPP Surabaya juga membudidayakan ayam petelur. Setidaknya ada sekitar 1.000 ekor ayam petelur dewasa yang diternakkan pada dua kandang.
"Jadi ada ayam petelur, tadi pertama kali bu wali kota memberikan itu secara simbolis. Karena kita membesarkan dari kecil. Jadi kalau sudah besar diberikan ke warga. Yang besar ada 1.000-an," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020