Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) siap melawan munculnya strategi politik pecah belah yang disuarakan kubu lawan dengan tujuan melemahkan dukungan terhadap pasangan Cawali dan Cawawali Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji.    

"Debat publik kedua tadi malam (18/11) menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armuji berhadapan dengan Machfud-Mujiaman yang lebih mengedepankan retorika, namun tidak memahami persoalan tata kota, investasi dan juga manajemen pemerintahan yang baik," ujar politikus senior PDIP sekaligus mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat kepada wartawan di Surabaya, Kamis.

Menurut ia, Machfud Arifin kurang begitu paham pemerintahan yang baik sehingga strategi yang dipakai adalah memecah belah, termasuk mendekati putra sulung mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan Ir. Soetjipto (Pak Tjip), Jagad Hariseno.
 
"Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu. Jadi, rasanya kurang elok kalau tim Machfud-Mujiaman menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya," katanya. 

Djarot mengatakan DPP PDIP telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak terpuji.

"Eri Cahyadi-Armuji adalah calon yang diusung PDI Perjuangan. Saya tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan kontemplasi," katanya. 

Bahkan, saat itu, lanjut Djarot, agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan sebelum Eri-Armuji diumumkan, Ketua Umum DPP PDIP Megawati tidak mau terima tamu, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. 

"Dengan demikian, keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota Surabaya. Eri Cahyadi diputuskan sebagai calon karena kepemimpinannya. Eri adalah sosok muda, berprestasi di Surabaya. Sebagai seorang insinyur, mampu membuat perencanaan dan desain kemajuan bagi Surabaya untuk Indonesia dan dunia," ujarnya. 

Atas dasar itu, Djarot meyakini bahwa justru ketika Eri-Armuji dikepung dan pihak lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana, maka warga Surabaya justru akan bersatu. 

"Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman,  dan visioner. Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika sekutu mengepung Surabaya, perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat," katanya.

Pilkada Surabaya 2020 diikuti pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji yang diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik nonparlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.

Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dengan nomor urut 2 diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020