Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong peningkatan produktivitas dan kualitas garam di tiga wilayah produsen di Jawa Timur, yaitu Pasuruan, Gresik dan Sampang melalui program bantuan mesin pengolahan bagi petambak garam.
Direktur Jasa Kelautan KKP Miftahul Huda dalam acara diskusi di Surabaya, Rabu, mengatakan bantuan mesin itu dijadwalkan datang pada Desember 2020. Tujuannya meningkatkan kualitas produksi garam rakyat sehingga harga garam rakyat bisa terangkat dan bisa diserap pasar dengan optimal.
"Dibutuhkan intervensi, salah satunya pemberian mesin pengolahan, sebab selama ini garam diolah tanpa mesin harga hanya Rp250/kg, setelah diolah dengan mesin yang menghasilkan garam kualitas industri dengan Hcl tertentu, harganya bisa dibeli sampai Rp2.500/kg," kata Huda kepada wartawan.
Ia menjelaskan bantuan ini adalah bagian dari hilirisasi produk dari masyarakat, sehingga hasil garam yang diolah mesin bisa menaikkan harga garam rakyat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim, M Gunawan Saleh yang juga hadir dalam acara itu mengakui bahwa petambak garam di Jatim kerap merugi karena harga garam selalu anjlok. Bahkan banyak petambak enggan untuk memproduksi garam lantaran masih banyak pasokan di ladang yang menumpuk dan tidak terserap.
Ia mengatakan tahun ini produksi garam rakyat yang seharusnya ditargetkan mencapai 1,3 juta ton, hingga Oktober 2020 terealisasi hanya 152.000 ton. Namun, di ladang/gudang petani garam yang saat ini masih belum terserap mencapai 288.000 ton.
“Seharusnya target produksi tahun ini bisa tercapai karena kemarin sedang musim kemarau. Karena tidak terserap, mereka jadi malas untuk produksi,” ungkapnya.
Data DKP Jatim, total petambak garam mencapai 7.328 orang, dengan total kelompok petani sebanyak 738 kelompok. Sedangkan total luas lahan garam sekitar 5.954 hektare yang tersebar di 13 kabupaten.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Direktur Jasa Kelautan KKP Miftahul Huda dalam acara diskusi di Surabaya, Rabu, mengatakan bantuan mesin itu dijadwalkan datang pada Desember 2020. Tujuannya meningkatkan kualitas produksi garam rakyat sehingga harga garam rakyat bisa terangkat dan bisa diserap pasar dengan optimal.
"Dibutuhkan intervensi, salah satunya pemberian mesin pengolahan, sebab selama ini garam diolah tanpa mesin harga hanya Rp250/kg, setelah diolah dengan mesin yang menghasilkan garam kualitas industri dengan Hcl tertentu, harganya bisa dibeli sampai Rp2.500/kg," kata Huda kepada wartawan.
Ia menjelaskan bantuan ini adalah bagian dari hilirisasi produk dari masyarakat, sehingga hasil garam yang diolah mesin bisa menaikkan harga garam rakyat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim, M Gunawan Saleh yang juga hadir dalam acara itu mengakui bahwa petambak garam di Jatim kerap merugi karena harga garam selalu anjlok. Bahkan banyak petambak enggan untuk memproduksi garam lantaran masih banyak pasokan di ladang yang menumpuk dan tidak terserap.
Ia mengatakan tahun ini produksi garam rakyat yang seharusnya ditargetkan mencapai 1,3 juta ton, hingga Oktober 2020 terealisasi hanya 152.000 ton. Namun, di ladang/gudang petani garam yang saat ini masih belum terserap mencapai 288.000 ton.
“Seharusnya target produksi tahun ini bisa tercapai karena kemarin sedang musim kemarau. Karena tidak terserap, mereka jadi malas untuk produksi,” ungkapnya.
Data DKP Jatim, total petambak garam mencapai 7.328 orang, dengan total kelompok petani sebanyak 738 kelompok. Sedangkan total luas lahan garam sekitar 5.954 hektare yang tersebar di 13 kabupaten.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020