SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) menggelar Program In House Training (IHS) bekerja sama dengan Direktorat Sistem Informasi YPTA untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran daring.

"Dalam pelatihan ini, sebanyak 50 guru mengasah kompetensi untuk membuat konten pembelajaran yang bisa menjadi peluang bagi siswa," kata Kepala SMATAG, Prehantoro di Surabaya, Rabu.

Prehantoro menuturkan melalui kegiatan in house training, para guru difokuskan pada bagaimana melaksanakan sistem digital untuk pembelajaran SMA.

Sebab, lanjutnya, selama masa pandemi, SMATAG harus menyuguhkan pembelajaran yang berkualitas melalui penguatan kompetensi sistem digital (IT).

"Jadi nanti, para guru akan membuat konten lebih positif untuk pembelajaran sehingga siswa bisa kreatif dalam pemanfataan konten-konten agar bisa lebih produktif selama pembelajaran jarak jauh," ujar dia.

SMATAG juga menyisipkan materi pengembangan kreatifitas dalam mata pelajaran IT, seperti pengembangan kewirausahaan.

"Misalnya guru sejarah, dalam kontennya mengusung pembuatan topeng ini kan seni,  siswa bisa membuatnya dan bisa jadi peluang usaha. Begitupun guru mapel wirausaha membuat konten seputar pengolahan bahan-bahan makanan. Seperti keripik, atau olahan lele dan belut," katanya. 

Rencananya, kurikulum tersebut akan diterapkan di semester depan, sehingga ada inovasi dari sekolah melalui guru untuk pengembangan life skill. 

"Kita sudah koordinasi dengan yayasan dan komite akan mengikuti aturan dari pemerintah. Akhir Desember kita tetapkan akhir pjj (pembelajaran jarak jauh). Januari kita mulai uji coba pembelajaran tatap muka. Namun tetap mengikuti aturan dari pemerintah," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Direktorat Sistem Informasi (DSI) YPTA Supangat, menambahkan dalam pelatihan in house training di SMATAG, pihaknya menekankan pada penggunaan platform learning intelligent untuk mempermudah guru dalam membuat konten kreatif. Guru cukup mengakses platform di elearning.

"Dalam platform ini guru akan lebih leluasa dalam menyiapkan konten pembelajaran. Yang semula guru hanya terbatas satu bab materi saja, melalui platform learning intelligent mereka bebas menyampaikan berbagai materi," ujarnya. 

Perbedaan lainnya, partisipasi siswa kurang tampak dalam platform yang sudah ada. Sementara di platform learning intelligent, siswa bisa mengabsen kehadirannya secara mandiri, bukan guru. 

"Jadi guru hanya menyampaikan materi, nanti sistem yang mengelompokkan tingkat pemahaman siswa dari yang kurang, sedang dan respons cepat dalam menerima pembelajaran. Jadi nanti guru akan fokus ke yang kurang," tuturnya. 

Kendati begitu, platform learning ini, menurut Supangat masih jarang digunakan oleh sekolah. Karena kebutuhan rekrutmen manajemen sekolah belum memisahkan antara unsur pendukung, teknologi dan human resource. 

"Jadi tadi diarahkan untuk tenaganya dipisahkan. Sehingga guru bisa lebih fokus dalam pembuatan konten pembelajaran. Jadi guru tidak repot masalah administrasi," ujarnya. 

Sebelum menerapkan platform tersebut,  Supangat menekankan jika pihaknya ingin menyamakan persepsi tentang platform yang mengarah ke learning intelligent. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020