Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Mochamad Ashari optimistis Indonesia akan panen lompatan inovasi usai diluncurkannya program Kebijakan Merdeka Belajar episode ke-6 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa (3/11).

Rektor yang akrab disapa Ashari itu di Surabaya, Rabu, mengatakan optimisme tersebut didasari tiga transformasi baru dana pemerintah yang akan membawa perguruan tinggi lebih cepat bergerak karena dinilai sesuai dengan kebutuhan selama ini.

"Indonesia akan panen inovasi karena adanya matching fund. Matching fund adalah metode yang benar-benar kami tunggu karena perguruan tinggi tidak dapat berjalan sendirian (dalam berinovasi)," katanya.

Guru Besar Teknik Elektro ITS ini menceritakan salah satu pengalaman ITS terkait hilirisasi produk inovasi yang membutuhkan skema pendanaan tersebut adalah saat peluncuran Garansindo Electric Scooter ITS (GESITS) pada tahun 2016 lalu.

"Karena inovasi ini adalah produk motor listrik lokal pertama, kami merasakan kesulitan dalam beberapa hal. Perlu dedikasi tinggi yang sepenuh hati dari pihak terkait agar tetap bisa diproduksi," ujar Ashari.

Berkenaan dengan permasalahan tersebut pada kala itu, ITS harus mampu membuat purwarupa produk yang komersial dengan sertifikasi sesuai standar.

"Selain itu, produk tersebut belum serta merta dapat digunakan di masyarakat karena belum ada regulasi yang mengatur terkait dengan kendaraan komersil bertenaga listrik," ujarnya.

Ashari menyampaikan bahwa masalah ini kembali terjadi saat ITS mengembangkan ITS Autonomous Boat (i-Boat). Padahal, kapal pintar tanpa awak tersebut sudah diuji ketahanannya untuk keperluan logistik ke pulau-pulau saat badai gelombang laut menerjang.

"Walaupun sudah mendapatkan mitra, produk masih belum dapat dioperasikan karena adanya regulasi yang menekankan bahwa kapal harus dikendarai pengemudinya," katanya.

Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA) yang dalam produksinya pun mengalami beberapa kendala terkait pendanaan, apalagi dalam situasi pandemi saat ini.

"Beberapa contoh ini memberikan gambaran bahwa perguruan tinggi sangat membutuhkan adanya program matching fund agar dapat bekerja sama dengan mitra menyelesaikan problema di masyarakat dan membawa produk inovasi sampai ke hilir," tutur Ashari.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa perguruan tinggi harus lebih responsif terhadap tantangan dengan mengubah pendekatan teoritis menjadi pendekatan pemecahan masalah hingga mampu menciptakan dampak positif.

Presiden mengatakan perguruan tinggi harus bertransformasi lebih dinamis dan menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing.

Perguruan tinggi juga harus bersinergi dan berkolaborasi dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan industri untuk mendorong prestasi lebih baik.

Ashari berharap dengan adanya tiga kebijakan tersebut dapat menghapuskan segala hambatan yang telah dihadapi selama ini,sehingga konsep pembangunan triple helix hingga penta helix pun dapat benar-benar terjadi.

"Artinya, ketika perguruan tinggi sudah menyiapkan riset hingga produk jadi, pemerintah pun telah menyiapkan regulasi terkait dan dunia usaha telah menyiapkan kebutuhan manufakturnya agar produk tersebut dapat langsung diaplikasikan di masyarakat," katanya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020