Melihat judul di atas, teringat update-update status teman-teman kita di berbagai media sosial. Masuk medio awal November, tidak sedikit yang statusnya "November Rain".

Mungkin terinspirasi dari lagu yang dibawakan Guns N' Roses, kelompok musik hard rock dari Amerika Serikat yang berdiri pada tahun 80-an. Judul lagunya yang terkenal seantero jagad ini, salah satunya "November Rain".

Kalau dilihat dari kata "November Rain', berarti diterjemahkan ke Bahasa Indonesia adalah "Musim Hujan di Bulan November". Meski di lagu tersebut sejatinya berkisah tentang cinta yang tak terbalas atau bertepuk sebelah tangan.

Tapi, di Indonesia, warganetnya yang dikenal gemar menghubung-hubungkan, meski "nyambung". Kalau di Jawa istilahnya pakai ilmu gathuk, yaitu otak-atik gathuk yang tak hanya sekadar ilmu ngawur, tapi kadang ada hubungannya.

Sudah menjadi ilmu pasti dan pelajaran sejak duduk di bangku sekolah dasar, bahwa pada November di Indonesia itu musim hujan, bahkan memasuki saat masa puncak.

Hampir setiap hari di bulan November hujan turun. BMKG juga kerap mengingatkan masyarakat waspada saat periode November, karena hujan cukup deras yang efeknya bisa mengakibatkan bencana, seperti banjir dan tanah longsor.

Di daerah-daerah yang dikelilingi gunung dan perbukitan, ancaman tanah longsor menghantui. Di kota-kota padat penduduk, bahaya banjir membayangi.

Dan, memang terjadi sungguhan. Awal-awal November, selalu setiap tahunnya berita tentang bencana menjadi headline media massa.

Di Jawa Timur (saja), di hari pertama bulan N0vember sudah "disapa" dengan genangan di sejumlah daerah, antara lain di Kabupaten Pasuruan, Madiun, Ngawi, termasuk Mojokerto.

Peristiwa tahunan memang, tetapi apapun itu, setiap November seringnya intensitas dan tingginya curah hujan, ditambah tidak siapnya infrastruktur setempat membuat banjir datang secara rutin.

Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), akibat hujan 1 November 2020 pada malam harinya, membuat 6 ribu lebih kepala keluarga di Pasuruan terdampak banjir. Pemerintah maupun lembaga kemanusiaan lainnya berdatangan, membangun posko, dapur umum dan mengirim bantuan untuk mereka.

Pemandangan sama juga terjadi tahun lalu di beberapa daerah di Jatim. Daerah-daerah itu sudah menjadi langganan. Memang sudah ada aktivitas atau upaya untuk mencegahnya, tetapi tetap bencana tak terelakkan.

BNPB juga telah mengingatkan masyarakat Jawa Timur untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor saat musim hujan. Termasuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah memberikan peringatan dini cuaca buruk di sejumlah daerah.

Bukannya tanpa usaha, sebab Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah meminta warganya waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi menjelang puncak musim hujan pada November 2020 hingga Maret 2021.

Apalagi terdapat 22 kabupaten/kota yang berstatus rawan bencana hidrometeorologi.

Khofifah telah menginstruksikan instansi bidang kebencanaan, yakni BMKG, BPBD, Dishub, PU Cipta Karya, Bina Marga, dan Dinas Sosial untuk mendetailkan mitigasi menyusul adanya potensi bencana akibat La Nina.

Selain itu juga mendetailkan koordinasi secara operasional akan bagus dalam menangani kesiapsiagaan bencana, sebab tidak ingin terlambat merespons fenomena La Nina.

Hal yang perlu digarisbawahi, sebesar apapun upaya pemerintah atau pihak terkait melakukan pencegahan dan penanganan, namun jika masyarakatnya tak mendukung, maka sama dengan bohong. Artinya, peran warga sangat diperlukan, mulai dari hal terkecil, yaitu menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing.

Semoga usaha yang telah dilakukan berimbas baik bagi seluruh daerah yang selama ini terdampak bencana, baik banjir maupun tanah longsor. Korban materi mampu terminimalisasi dan tak ada korban jiwa yang diakibatkan dari bencana yang melanda. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020