Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin mendapat dukungan dari salah satu tokoh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Mat Mochtar di Pilkada Surabaya 2020.
Mat Mochtar kepada wartawan di Surabaya, Senin, mengakui jika dirinya tidak mendukung calon yang direkomendasi PDIP pada Pilkada Surabaya 2020 kali ini karena merasa tidak ada dari pihak pengurus PDIP yang menemuinya.
"Tidak ada yang datang ke rumah setelah saya tunggu-tunggu," katanya.
Diketahui Pilkada Surabaya 2020 diikuti pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji. Paslon nomor urut 1 tersebut diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Selain itu mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik non parlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.
Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dengan nomor urut 2 diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.
Mat Mochtar bercerita ketika mengalami musibah saat adiknya meninggal yang datang takziah ke rumahnya adalah Machfud Arifin yang merupakan calon yang diusung partai lain. "Sekarang kalau mau datang masak tidak boleh," katanya.
Meski mendukung calon lain Mat Mochtar tetap menyatakan tidak akan keluar dari partai yang sudah sejak lama menaunginya yakni PDIP.
Hanya saja, Mat Mochtar kecewa pada putusan rekomendasi PDIP karena yang diusung sebagai cawali bukan kader partai. Diketahui Cawali Eri Cahyadi merupakan sosok birokrat dari Pemkot Surabaya yang merupakan anak mas dari Wali Kota Risma.
Mat Mochtar pun kemudian menyinggung nama Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana yang dianggap telah disingkirkan di Pilkada Surabaya. Padahal Whisnu merupakan seorang kader PDIP tulen.
"Dia anak dari pak Tjip (Almarhum Soetjipto Soedjono, Sekjen PDIP), PDI Promega waktu itu yang membesarkan partai," lanjutnya.
Untuk itu, Mat Mochtar kemudian mengajak barisan sakit hati untuk berani melawan dan kemudian bergabung dengan dia.
Mat Mochtar juga menyinggung soal Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dianggap kacang lupa pada kulitnya. "Bu Risma jadi wali kota dua periode, siapa yang mendukung dulu? Padahal waktu awal bu Risma ini ya tidak didukung PAC PDIP, melainkan PAC mendukung Shaleh Mukaddar," katanya.
Ditanya perkenalanya dengan Machfud Arifin, Mat Mochtar menjawab melalui sosok Kiai Ali Badri yang merupakan penasihat di Ikatan Keluarga Madura (Ikamra). "Lah saya di Ikamra ini sebagai wakil ketua. Sedangkan Ikamra sudah bulat menyatakan dukungan kepada Machfud Arifin," katanya.
Mat Mochtar juga menambahkan soal visi dan misi calon dari PDIP yang dianggap kurang kreatif saat ini. "Buat program sendiri. Jangan hanya meneruskan kebaikan. Bung Karno aja kutitipkan bangsa ini, bukan kuteruskan bahasanya," katanya.
Mat Mochtar sebelumnya diketahui dekat dengan sejumlah pentolan PDIP seperti halnya Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Bahkan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyerahkan bantuan hewan kurban 10 ekor sapi dan 20 ekor kambing kepada Mat Mochtar yang saat itu sebagai Ketua Gerakan Rakyat Surabaya di Posko Gotong Royong PDI Perjuangan di Jalan Bulak Banteng Kidul, Surabaya Senin (12/9/2016).
Selain itu, Mat Moctar juga sebelumnya dekat dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Bahkan sejumlah kegiatan Mat Moctar sering dihadiri Wali Kota Risma. Namun belum diketahui alasan yang jelas hubungan mereka saat ini menjadi renggang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Mat Mochtar kepada wartawan di Surabaya, Senin, mengakui jika dirinya tidak mendukung calon yang direkomendasi PDIP pada Pilkada Surabaya 2020 kali ini karena merasa tidak ada dari pihak pengurus PDIP yang menemuinya.
"Tidak ada yang datang ke rumah setelah saya tunggu-tunggu," katanya.
Diketahui Pilkada Surabaya 2020 diikuti pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji. Paslon nomor urut 1 tersebut diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Selain itu mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik non parlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.
Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dengan nomor urut 2 diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.
Mat Mochtar bercerita ketika mengalami musibah saat adiknya meninggal yang datang takziah ke rumahnya adalah Machfud Arifin yang merupakan calon yang diusung partai lain. "Sekarang kalau mau datang masak tidak boleh," katanya.
Meski mendukung calon lain Mat Mochtar tetap menyatakan tidak akan keluar dari partai yang sudah sejak lama menaunginya yakni PDIP.
Hanya saja, Mat Mochtar kecewa pada putusan rekomendasi PDIP karena yang diusung sebagai cawali bukan kader partai. Diketahui Cawali Eri Cahyadi merupakan sosok birokrat dari Pemkot Surabaya yang merupakan anak mas dari Wali Kota Risma.
Mat Mochtar pun kemudian menyinggung nama Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana yang dianggap telah disingkirkan di Pilkada Surabaya. Padahal Whisnu merupakan seorang kader PDIP tulen.
"Dia anak dari pak Tjip (Almarhum Soetjipto Soedjono, Sekjen PDIP), PDI Promega waktu itu yang membesarkan partai," lanjutnya.
Untuk itu, Mat Mochtar kemudian mengajak barisan sakit hati untuk berani melawan dan kemudian bergabung dengan dia.
Mat Mochtar juga menyinggung soal Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dianggap kacang lupa pada kulitnya. "Bu Risma jadi wali kota dua periode, siapa yang mendukung dulu? Padahal waktu awal bu Risma ini ya tidak didukung PAC PDIP, melainkan PAC mendukung Shaleh Mukaddar," katanya.
Ditanya perkenalanya dengan Machfud Arifin, Mat Mochtar menjawab melalui sosok Kiai Ali Badri yang merupakan penasihat di Ikatan Keluarga Madura (Ikamra). "Lah saya di Ikamra ini sebagai wakil ketua. Sedangkan Ikamra sudah bulat menyatakan dukungan kepada Machfud Arifin," katanya.
Mat Mochtar juga menambahkan soal visi dan misi calon dari PDIP yang dianggap kurang kreatif saat ini. "Buat program sendiri. Jangan hanya meneruskan kebaikan. Bung Karno aja kutitipkan bangsa ini, bukan kuteruskan bahasanya," katanya.
Mat Mochtar sebelumnya diketahui dekat dengan sejumlah pentolan PDIP seperti halnya Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Bahkan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyerahkan bantuan hewan kurban 10 ekor sapi dan 20 ekor kambing kepada Mat Mochtar yang saat itu sebagai Ketua Gerakan Rakyat Surabaya di Posko Gotong Royong PDI Perjuangan di Jalan Bulak Banteng Kidul, Surabaya Senin (12/9/2016).
Selain itu, Mat Moctar juga sebelumnya dekat dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Bahkan sejumlah kegiatan Mat Moctar sering dihadiri Wali Kota Risma. Namun belum diketahui alasan yang jelas hubungan mereka saat ini menjadi renggang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020