Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Sofwan Kurnia menilai kondisi perekonomian yang ada di Kota Madiun, Jawa Timur selama masa pandemi masih berjalan dengan baik atau "on the track" seiring upaya pencegahan penyebaran COVID-19 dan pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah kota setempat.

"Sudah on the track, tinggal menunggu momentum yang tepat untuk ekonomi semakin baik," ujar Sofwan Kurnia saat kegiatan High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Madiun dalam Evaluasi dan Review Perkembangan Inflasi Kota Madiun di Hotel Aston Madiun, Kamis (15/10/2020).

Menurut dia, pihaknya mengapresiasi upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang dilakukan oleh Pemkot Madiun. Meski menyebabkan terjadi deflasi selama tiga bulan berturut-turut sejak bulan Juli, Agustus, dan September, namun secara umum masih terkendali.

"Saat ini sedang di tengah pandemi COVID-19. Sebagian besar daerah mengalami deflasi. Untuk Kota Madiun, harusnya deflasi yang terjadi lebih tajam, tapi justru angka deflasi di kota lebih baik dari pada sewaktu belum ada COVID-19," kata dia. 

Artinya, lanjut  Sofwan Kurnia, ekonomi bergerak di Kota Madiun. Semua stimulus ekonomi bisa dijalankan asalkan tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19. 

Maka dari itu, Ia menyampaikan capaian yang diraih Kota Madiun tersebut patut dijadikan percontohan dari segi penanganan rem kasus COVID-19 dan gas ekonomi. 
Wali Kota Madiun Maidi bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Madiun dalam kegiatan High Level Meeting TPID Kota Madiun dalam Evaluasi dan Review Perkembangan Inflasi Kota Madiun di Hotel Aston Madiun, Kamis (15/10/2020). (Antara Jatim/Diskominfo Kota Madiun/ Lr)

Sesuai data BPS Kota Madiun, pada bulan Juli 2020 Kota Madiun mengalami deflasi sebesar 0,04 persen; sedangkan Agustus dan September masing-masing terjadi deflasi sebesar 0,02 persen.

Sementara itu, data periode yang sama tiga tahun terakhir Juli-September, siklus di Kota Madiun mengalami deflasi. Bahkan tahun 2018 dan 2019 lalu deflasinya menembus 0,07 persen. Sedangkan Juli-September tahun ini, deflasinya lebih baik atau hanya 0,02 persen dibanding saat tidak ada pandemi.

Ia menyatakan deflasi Kota Madiun di antaranya disebabkan karena upaya pemkot melalui dana APBD untuk membantu mencukupi kebutuhan masyarakat, sehingga memangkas permintaan akan komoditas yang selama ini dibutuhkan. Namun ia menyarankan pemberian subsidi pangan tidak dikucurkan secara terus menerus agar tidak mematikan kondisi pasar. Dengan begitu, kondisi pasar tidak lagi lesu.

Wali Kota Madiun Maidi mengatakan deflasi di Kota Madiun terjadi karena adanya kegiatan menekan penyebaran COVID-19. Hal itu menyebabkan aktivitas masyarakat di luar rumah berkurang. 

Kondisi itu secara otomatis membuat perputaran uang dan daya beli masyarakat tak seperti biasanya, sebelum adanya pandemi. 

Meski begitu, kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat perlahan akan kembali dibuka, agar peredaran dan perputaran uang meningkat. Dengan begitu, daya beli masyarakat terhadap komoditas di Kota Madiun kembali tinggi.

"Karena masyarakat sudah taat protokol kesehatan, aktivitas kita perbolehkan lagi. Dengan kondisi ini transaksi akan lebih lama dan berpengaruh ke peredaran uang. Salah satu langkah yang kita ambil dengan membolehkan PKL buka sampai jam 24.00 WIB. Sebelumnya dibatasi hingga jam 22.00 WIB," kata Wali Kota Maidi.

Dibukanya kembali aktivitas masyarakat dengan mengedepankannya protokol kesehatan di masa normal baru, diharapkan dapat memulihkan pergerakan ekonomi masyarakat. Selain itu, juga bertujuan agar transaksi dan perputaran uang di Madiun dapat kembali normal. (*)
 

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020