Nutrition officer UNICEF, dr. Karina Widowati, M.P.H. mengatakan ibu hamil dan bayi harus tetap mendapat asupan gizi seimbang dan air susu ibu (ASI) di tengah pandemi COVID-19.
"Asupan gizi yang berimbang dan beragam diperlukan untuk menjaga metabolism daya tahan ibu sekaligus menjaga perkembangan optimalisasi bayinya," kata Karina saat menyampaikan materi dalam Webinar Series Geliat Airlangga Seri 13 : Gizi Ibu Hamil & Ibu Menyusui, di Surabaya, Rabu.
Hal ini, lanjut dia, juga untuk meningkatkan imunitas tubuh juga sebagai upaya menekan angka kematian ibu hamil dan melahirkan, serta kematian bayi yang masih terbilang tinggi di Indonesia.
"Ya dengan tambahan kalori tadi. Artinya, asupan makanannya ibu hamil dan menyusui ini bukan dari satu kali porsi lalu menjadi dua kali porsi, tetapi porsi makanan tersebut ditambahkan kudapan agak berat lain. Seperti kentang rebus, satu gelas susu dengan tiga keping biscuit," ujarnya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Geliat Airlangga bekerja sama dengan S3 Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR dan didukung UNICEF tersebut, Karina menekankan pada masa menyusui kebutuhan energi akan meningkat sebesar 500 kalori per hari dibanding kebutuhan biasanya. Sementara saat hamil kebutuhan energi meningkat sekitar 300 kalori per hari.
Selama ini, kata dia, keberagaman makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui seringkali terbatas. "Mau pandemi atau tidak, itu harus dikerjakan. Mumpung pandemi itu harus dipenuhi agar imun lebih baik untuk menangkal," kata Karina.
Hal sama diungkapkan person in charge (PIC) Geliat Airlangga Dr. drg. Nyoman Anita Damayanti, M.S. Menurut dia, pendekatan dan pendampingan langsung yang dilakukan Geliat Airlangga kepada ibu hamil, melahirkan dan menyusui selama ini, terbukti mampu menekan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan serta kematian bayi.
"Ini bagian dari menjaga 1.000 hari pertama kehidupan. Ketika kita menjaga ibu hamil dengan baik, sampai bayinya lahir dengan baik, maka itu akan sama artinya kita bisa menyelamatkan keduanya," kata Anita Damayanti.
Dari hasil survei, diperoleh informasi bahwa yang berpengaruh besar terhadap pemberian ASI eksklusuf menurut Anita Damayanti adalah suami. Sehingga penyuluhan tidak cukup hanya diberikan kepada para ibu hamil dan ibu menyusui saja, melainkan juga harus diberikan kepada keluarga si ibu hamil tersebut.
Selain kebutuhan asupan makanan yang beragam dan bergizi, menurut pakar kesehatan anak Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya, Dr. dr. Alpha Fardah A, SP.A(K), pemberian ASI kepada bayi di masa pandemi juga penting dan tetap harus terus dilakukan.
"ASI adalah asupan paling murah, bergizi, dan paling mudah yang bisa diberikan kepada bayi hingga usia 6 bulan, dibandingkan dengan memberi asupan susu formula. Di ASI ada serat yang nantinya akan menjadi probiotik dan prebiotik yang berfungsi sebagai pembentuk kekebalan dalam tubuh," katanya.
Dari sisi psikologis, situasi pandemi ini memang harus diperhatikan bagi ibu hamil karena menurut Dosen Fakultas Psikologi Unair, Endang Retno Surjaningrum, S.Psi., M.APPPSYCH., PH.d, pandemi COVID-19 ini dapat menyebabkan kondisi tekanan psikologis yang berlebihan.
"Situasi ini menambah tinggi risiko kesehatan mental di masa kehamilan. Ini kerap tidak menjadi perhatian dan dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Pergantian suasana perasaan dan emosi, bagi beberapa masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang biasa atau bawaan bayi. Tidak semua ibu -ibu mampu mengenali bahwa itu sebenarnya adalah perubahan kondisi psikologis," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Asupan gizi yang berimbang dan beragam diperlukan untuk menjaga metabolism daya tahan ibu sekaligus menjaga perkembangan optimalisasi bayinya," kata Karina saat menyampaikan materi dalam Webinar Series Geliat Airlangga Seri 13 : Gizi Ibu Hamil & Ibu Menyusui, di Surabaya, Rabu.
Hal ini, lanjut dia, juga untuk meningkatkan imunitas tubuh juga sebagai upaya menekan angka kematian ibu hamil dan melahirkan, serta kematian bayi yang masih terbilang tinggi di Indonesia.
"Ya dengan tambahan kalori tadi. Artinya, asupan makanannya ibu hamil dan menyusui ini bukan dari satu kali porsi lalu menjadi dua kali porsi, tetapi porsi makanan tersebut ditambahkan kudapan agak berat lain. Seperti kentang rebus, satu gelas susu dengan tiga keping biscuit," ujarnya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Geliat Airlangga bekerja sama dengan S3 Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR dan didukung UNICEF tersebut, Karina menekankan pada masa menyusui kebutuhan energi akan meningkat sebesar 500 kalori per hari dibanding kebutuhan biasanya. Sementara saat hamil kebutuhan energi meningkat sekitar 300 kalori per hari.
Selama ini, kata dia, keberagaman makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui seringkali terbatas. "Mau pandemi atau tidak, itu harus dikerjakan. Mumpung pandemi itu harus dipenuhi agar imun lebih baik untuk menangkal," kata Karina.
Hal sama diungkapkan person in charge (PIC) Geliat Airlangga Dr. drg. Nyoman Anita Damayanti, M.S. Menurut dia, pendekatan dan pendampingan langsung yang dilakukan Geliat Airlangga kepada ibu hamil, melahirkan dan menyusui selama ini, terbukti mampu menekan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan serta kematian bayi.
"Ini bagian dari menjaga 1.000 hari pertama kehidupan. Ketika kita menjaga ibu hamil dengan baik, sampai bayinya lahir dengan baik, maka itu akan sama artinya kita bisa menyelamatkan keduanya," kata Anita Damayanti.
Dari hasil survei, diperoleh informasi bahwa yang berpengaruh besar terhadap pemberian ASI eksklusuf menurut Anita Damayanti adalah suami. Sehingga penyuluhan tidak cukup hanya diberikan kepada para ibu hamil dan ibu menyusui saja, melainkan juga harus diberikan kepada keluarga si ibu hamil tersebut.
Selain kebutuhan asupan makanan yang beragam dan bergizi, menurut pakar kesehatan anak Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya, Dr. dr. Alpha Fardah A, SP.A(K), pemberian ASI kepada bayi di masa pandemi juga penting dan tetap harus terus dilakukan.
"ASI adalah asupan paling murah, bergizi, dan paling mudah yang bisa diberikan kepada bayi hingga usia 6 bulan, dibandingkan dengan memberi asupan susu formula. Di ASI ada serat yang nantinya akan menjadi probiotik dan prebiotik yang berfungsi sebagai pembentuk kekebalan dalam tubuh," katanya.
Dari sisi psikologis, situasi pandemi ini memang harus diperhatikan bagi ibu hamil karena menurut Dosen Fakultas Psikologi Unair, Endang Retno Surjaningrum, S.Psi., M.APPPSYCH., PH.d, pandemi COVID-19 ini dapat menyebabkan kondisi tekanan psikologis yang berlebihan.
"Situasi ini menambah tinggi risiko kesehatan mental di masa kehamilan. Ini kerap tidak menjadi perhatian dan dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Pergantian suasana perasaan dan emosi, bagi beberapa masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang biasa atau bawaan bayi. Tidak semua ibu -ibu mampu mengenali bahwa itu sebenarnya adalah perubahan kondisi psikologis," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020