Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Mohammad Nasih mengukuhkan lima guru besar baru melalui sebuah sidang terbuka di kampus setempat, Rabu.

Kelima guru besar yang dikukuhkan masing-masing Prof Dr Purnawan Basundoro dalam bidang Ilmu Sejarah Perkotaan, Prof Dr Kusnanto, S.Kp., M.Kes (Ilmu Keperawatan), Prof Dr Irwanto, dr, Sp.AK (Ilmu Kesehatan Anak), Prof Dr Widya Paramita Lokapirnasari, MP (Ilmu Makanan Ternak), dan  Prof Muchammad Yunus, drh, M.Kes, Ph.D (Ilmu Entomologi dan Protozologi pada Fakultas Kedokteran Hewan).

Rektor Unair Prof Nasih menuturkan bahwa dengan pengukuhan lima guru besar ini, Unair kini memiliki lebih dari 200 guru besar aktif yang membuat kampusnya semakin diakui oleh masyarakat. Sebab jabatan guru besar menunjukkan pengakuan akan kompetensi di bidang akademik. 

"Dengan demikian, semakin banyak guru besar menunjukkan bahwa semakin banyak pakar yang kita miliki," katanya.

Tidak hanya itu, Prof Nasih juga berharap para guru besar bisa semakin kuat untuk memberikan kontribusi. Terlebih dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang ditekuni. 

Guru besar, kata Nasih, ke depan harus lebih semangat menulis, mengajar, meneliti dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.

"Jangan sampai, sudah menyandang guru besar malah kendur, tapi justru harus ditingkatkan untuk memberi kemaslahatan yang lebih besar. Kemaslahatan untuk diri sendiri, keluarga, Unair masyarakat, dan bangsa ini," ungkapnya.

Lima guru besar baru yang menyampaikan beragam orasi, beberapa ada yang mengulas tentang kondisi pandemi. Pertama, Prof Dr Purnawan Basundoro menyampaikan orasi ilmiah Mengelola Ruang pada Masa Pandemi: Sebuah Perspektif Sejarah Perkotaan, dan menawarkan suatu konsep penataan kota dengan struktur ruang yang friendly terhadap penanganan wabah seperti COVID-19. 

Selanjutnya, Prof Widya Paramita Lokapirnasari dalam orasi ilmiahnya menawarkan alternative pengganti antibiotic growth promoter (AGP) berupa probiotik. 

Penggunaan AGP, menurutnya, dalam waktu relatif lama dan tidak terkontrol, menimbulkan dampak negatif, baik pada ternak maupun manusia yang mengkonsumsi produk ternak tersebut. 

Sementara itu, Prof Dr Kusnanto, S.Kp, M.Kes, yang menyampaikan orasi Paradigma Baru: Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Berbasis Resiliensi.  Paradigma baru pengelolaan penyakit kencing manis sangat penting. Sebab, DM ini membuat banyak penderitanya stress. Apalagi di tengah kondisi pandemi COVID-19. 

Orasi dilanjutkan oleh Prof Muchamad Yunus yang menyampaikan orasi Perkembangan dan Pengembangan Vaksin Koksidiosis dalam Mendukung Peningkatan Sustainability dan Profitability Industri Perunggasan Indonesia mencoba mengembangkan vaksin koksidiosis untuk meningkatkan profitabilitas industry unggas.

Penelitian tersebut yakni penggunaan attenuated coccidoisis polyvalent live vaccine yang terbukti sangat signifikan mengurangi penggunaan koksidiostat (menekan resistensi dan residu). 

Pada akhir, Prof Irwanto menyampaikan orasi Kesehatan Anak di Masa Pandemi COVID-19. Anak harus mendapat perhatian di tengah pandemic, karena di Indonesia angkanya mencapai 8,3 persen kasus dengan angka mortalitas 1,9 persen. 

Meski di dunia sebenarnya hanya 1,7 persen. Tanda dan gejala COVID-19 pada anak sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan lainnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020