Kota Surabaya, Jawa Timur, kian mendunia setelah dipercaya menjadi pusat perayaan Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) 2020.
Acara internasional yang digelar secara daring dan luring itu dibuka di Balai Kota Surabaya pada Senin (5/10/2020) malam. Delegasi atau undangan yang mengikuti langsung acara itu diwajibkan jaga jarak dan pihak panitia sudah menata meja serta kursi dengan jarak sekitar 2,5 meter. Selain itu, para tamu juga diwajibkan pakai masker dan sebelumnya telah menjalani tes swab dengan hasil negatif.
Saat pembukaan itu, puluhan ribu sorot mata dari belahan dunia tertuju ke panggung yang telah disiapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Panggung itu menjadi tempat penyerahan piagam penghargaan pemenang Scroll of Honour 2020 dan sekaligus menjadi tempat pagelaran seni budaya.
Pada kesempatan itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan via virtual. Ia mengucapkan selamat datang kepada seluruh delegasi yang menghadiri acara tersebut secara langsung di Surabaya. Menurutnya, sebuah kehormatan bagi rakyat Indonesia bahwa Kota Surabaya dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara The Global Observance of The World Habitat Day tahun 2020.
"Kita bertemu di Kota Surabaya ini untuk meyakinkan kepada dunia bahwa Agenda Baru Perkotaan, New Urban Agenda, tahun 2036 tidak bisa ditunda-tunda lagi. Saat ini 55 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Di tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 68 persen. Laju peningkatan tertinggi terjadi di Benua Asia dan Afrika," katanya.
Melalui acara Peringatan Global Hari Habitat Dunia 2020 ini, Presiden Joko Widodo berharap agar para delegasi dari seluruh negara dapat saling berbagi gagasan, bertukar pengetahuan, keahlian, dan pengalaman. Selain itu pula, dapat menjalin kerja sama dan memperkuat kolaborasi untuk meningkatkan ketangguhan kota menghadapi pandemi dan juga bencana lainnya.
Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres menyerukan tindakan segera untuk menyediakan perumahan yang terjangkau dengan jaminan kepemilikan dan akses air, sanitasi, transportasi dan layanan dasar lainnya yang mudah bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Kebutuhan tersebut dinilai semakin mendesak mengingat adanya pandemi COVID-19. "Akses ke air bersih dan sanitasi, bersama dengan jarak sosial, adalah respons utama terhadap pandemi. Namun, di daerah kumuh terbukti sulit untuk menerapkan langkah-langkah ini," kata Guterres.
Menurutnya, peningkatan risiko terinfeksi tidak hanya berada di permukiman kumuh, tetapi juga di seluruh kota yang sebagian besar dilayani oleh pekerja sektor informal berpenghasilan rendah, dan mereka tinggal di permukiman informal. Ia pun mendesak kemitraan yang lebih besar, kebijakan pro-kaum miskin, dan peraturan yang diperlukan untuk meningkatkan perumahan di kota.
"Saat ini kami berupaya untuk mengatasi pandemi, mengatasi kerapuhan dan ketidaksetaraan yang telah diekspos, dan memerangi perubahan iklim, sekaranglah waktunya untuk memanfaatkan potensi transformatif urbanisasi untuk kepentingan manusia dan bumi," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan menjadi tuan rumah Hari Habitat Dunia 2020 merupakan kesempatan yang patut dibanggakan. Makanya, ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Surabaya sebagai tuan rumah acara global ini.
"Namun, karena pandemi, kami harus menggelar acara ini secara hybrid. Pertemuan dilakukan secara virtual dan acara fisik di Surabaya," kata Wali Kota Risma.
Menurutnya, sepanjang tahun ini, hampir semua negara teruji dengan merebaknya pandemi COVID-19. Salah satu dampak pandemi ini adalah berpengaruhnya daya beli masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak.
Sedangkan Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki tantangan sama dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Khususnya dalam menangani wabah COVID-19.
"Sebelum pandemi, Surabaya menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat di atas angka provinsi dan nasional. Namun, kami juga mengalami penurunan sepanjang tahun ini akibat COVID-19. Sekarang, Alhamdulillah kami sudah bisa mengendalikan pandemi ini dan perekonomian mulai berangsur pulih," katanya.
Setelah pembukaan, keesokan harinya acara internasional itu digelar diskusi panel via virtual. Saat itu, ada tiga topik pembahasan, mulai dari Peluncuran Platform Urban Agenda, Menanggapi Pemulihan Ekonomi yang Tangguh, Inklusif di Pemukiman Informal, dan yang terakhir membahas tentang Pemukiman di Tengah Pandemi COVID-19.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma mengatakan permukiman di perkampungan menjadi salah satu kunci penyelesaian penanganan Covid-19 di Kota Surabaya. Dengan tidak mengubah budaya perkampungan di tengah kota, masyarakat lebih bisa bertanggung jawab untuk penanganan COVID-19 di lingkungan terdekatnya masing-masing.
"Kami merealisasikan ini dengan program yang namanya Kampung Tangguh. Jadi, bagaimana permukiman bisa dimanfaatkan juga sebagai sarana penanganan COVID-19," ujarnya.
Direktur Eksekutif UN Habitat Maimunah Mohd Sharif berterima kasih kepada semua negara dan kota yang tergabung dalam forum World Habitat Day ini, terutama Kota Surabaya yang telah menjadi tuan rumah yang baik. Kini, sudah banyak kota, pemerintah daerah, kelompok akar rumput serta berbagai sektor yang ingin bekerja dalam kemitraan.
"Ini penting untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG)," uajrnya.
Meskipun acara internasional itu sudah selesai, tapi beberapa delegasi masih bertahan di Surabaya. Pemkot pun terus memanjakan mereka dengan mengajak ke berbagai tempat wisata dan sejumlah kampung di Kota Pahlawan. Mereka pun senang dan nyaman berada di Surabaya. (ADV)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Acara internasional yang digelar secara daring dan luring itu dibuka di Balai Kota Surabaya pada Senin (5/10/2020) malam. Delegasi atau undangan yang mengikuti langsung acara itu diwajibkan jaga jarak dan pihak panitia sudah menata meja serta kursi dengan jarak sekitar 2,5 meter. Selain itu, para tamu juga diwajibkan pakai masker dan sebelumnya telah menjalani tes swab dengan hasil negatif.
Saat pembukaan itu, puluhan ribu sorot mata dari belahan dunia tertuju ke panggung yang telah disiapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Panggung itu menjadi tempat penyerahan piagam penghargaan pemenang Scroll of Honour 2020 dan sekaligus menjadi tempat pagelaran seni budaya.
Pada kesempatan itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan via virtual. Ia mengucapkan selamat datang kepada seluruh delegasi yang menghadiri acara tersebut secara langsung di Surabaya. Menurutnya, sebuah kehormatan bagi rakyat Indonesia bahwa Kota Surabaya dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara The Global Observance of The World Habitat Day tahun 2020.
"Kita bertemu di Kota Surabaya ini untuk meyakinkan kepada dunia bahwa Agenda Baru Perkotaan, New Urban Agenda, tahun 2036 tidak bisa ditunda-tunda lagi. Saat ini 55 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Di tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 68 persen. Laju peningkatan tertinggi terjadi di Benua Asia dan Afrika," katanya.
Melalui acara Peringatan Global Hari Habitat Dunia 2020 ini, Presiden Joko Widodo berharap agar para delegasi dari seluruh negara dapat saling berbagi gagasan, bertukar pengetahuan, keahlian, dan pengalaman. Selain itu pula, dapat menjalin kerja sama dan memperkuat kolaborasi untuk meningkatkan ketangguhan kota menghadapi pandemi dan juga bencana lainnya.
Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres menyerukan tindakan segera untuk menyediakan perumahan yang terjangkau dengan jaminan kepemilikan dan akses air, sanitasi, transportasi dan layanan dasar lainnya yang mudah bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Kebutuhan tersebut dinilai semakin mendesak mengingat adanya pandemi COVID-19. "Akses ke air bersih dan sanitasi, bersama dengan jarak sosial, adalah respons utama terhadap pandemi. Namun, di daerah kumuh terbukti sulit untuk menerapkan langkah-langkah ini," kata Guterres.
Menurutnya, peningkatan risiko terinfeksi tidak hanya berada di permukiman kumuh, tetapi juga di seluruh kota yang sebagian besar dilayani oleh pekerja sektor informal berpenghasilan rendah, dan mereka tinggal di permukiman informal. Ia pun mendesak kemitraan yang lebih besar, kebijakan pro-kaum miskin, dan peraturan yang diperlukan untuk meningkatkan perumahan di kota.
"Saat ini kami berupaya untuk mengatasi pandemi, mengatasi kerapuhan dan ketidaksetaraan yang telah diekspos, dan memerangi perubahan iklim, sekaranglah waktunya untuk memanfaatkan potensi transformatif urbanisasi untuk kepentingan manusia dan bumi," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan menjadi tuan rumah Hari Habitat Dunia 2020 merupakan kesempatan yang patut dibanggakan. Makanya, ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Surabaya sebagai tuan rumah acara global ini.
"Namun, karena pandemi, kami harus menggelar acara ini secara hybrid. Pertemuan dilakukan secara virtual dan acara fisik di Surabaya," kata Wali Kota Risma.
Menurutnya, sepanjang tahun ini, hampir semua negara teruji dengan merebaknya pandemi COVID-19. Salah satu dampak pandemi ini adalah berpengaruhnya daya beli masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak.
Sedangkan Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki tantangan sama dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Khususnya dalam menangani wabah COVID-19.
"Sebelum pandemi, Surabaya menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat di atas angka provinsi dan nasional. Namun, kami juga mengalami penurunan sepanjang tahun ini akibat COVID-19. Sekarang, Alhamdulillah kami sudah bisa mengendalikan pandemi ini dan perekonomian mulai berangsur pulih," katanya.
Setelah pembukaan, keesokan harinya acara internasional itu digelar diskusi panel via virtual. Saat itu, ada tiga topik pembahasan, mulai dari Peluncuran Platform Urban Agenda, Menanggapi Pemulihan Ekonomi yang Tangguh, Inklusif di Pemukiman Informal, dan yang terakhir membahas tentang Pemukiman di Tengah Pandemi COVID-19.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma mengatakan permukiman di perkampungan menjadi salah satu kunci penyelesaian penanganan Covid-19 di Kota Surabaya. Dengan tidak mengubah budaya perkampungan di tengah kota, masyarakat lebih bisa bertanggung jawab untuk penanganan COVID-19 di lingkungan terdekatnya masing-masing.
"Kami merealisasikan ini dengan program yang namanya Kampung Tangguh. Jadi, bagaimana permukiman bisa dimanfaatkan juga sebagai sarana penanganan COVID-19," ujarnya.
Direktur Eksekutif UN Habitat Maimunah Mohd Sharif berterima kasih kepada semua negara dan kota yang tergabung dalam forum World Habitat Day ini, terutama Kota Surabaya yang telah menjadi tuan rumah yang baik. Kini, sudah banyak kota, pemerintah daerah, kelompok akar rumput serta berbagai sektor yang ingin bekerja dalam kemitraan.
"Ini penting untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG)," uajrnya.
Meskipun acara internasional itu sudah selesai, tapi beberapa delegasi masih bertahan di Surabaya. Pemkot pun terus memanjakan mereka dengan mengajak ke berbagai tempat wisata dan sejumlah kampung di Kota Pahlawan. Mereka pun senang dan nyaman berada di Surabaya. (ADV)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020