Pada peringatan Hari Raya Karo pada awal September lalu, masyarakat Suku Tengger khususnya di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang melakukan serangkaian persiapan yakni salah satunya kegiatan 'udek jenang' atau mengaduk jenang secara bersama-sama.
Membuat jenang bersama merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan masyarakat Tengger secara gotong royong setiap menjelang Hari Raya Karo dan jenang tersebut nantinya digunakan masyarakat untuk menjamu tamu yang berkunjung kerumah-rumah untuk silaturahim pada perayaan hari raya tersebut.
Meskipun sempat hilang, budaya udek jenang kini kembali dilakukan dan diinisiasi oleh Kepala Desa Ranupani Untung Raharjo sebagai upaya melestarikan budaya lelehur dan meningkatkan gotong royong warga, sehingga kegiatan itu dipusatkan di kediaman Kepala Desa Ranupani.
Warga Suku Tengger secara bersama bergantian mengaduk adonan jenang pada loyang besar selama kurang lebih 8 jam. Para pemuda dan bapak-bapak memiliki tugas mengaduk jenang, sedangkan ibu-ibu menyiapkan makanan.
Kegiatan udek jenang sudah dilakukan sejak zaman dulu untuk menyambut Hari Raya Karo karena pada prinsipnya udek jenang memiliki makna kebersamaan gotong royong, sehingga semua persiapan yang dilakukan termasuk mengumpulkan bahan juga hasil swadaya masyarakat.
"Bahan jenang tersebut beras, gula merah, dan kelapa yang dimasak secara tradisional diatas tungku menggunakan kayu bakar. Warga secara swadaya mengumpulkan semua bahan untuk udek jenang, bahkan termasuk kayu bakarnya," kata Kepala Desa Ranupani Untung Raharjo.
Ia berharap para pemuda generasi penerus masyarakat Tengger tetap bisa melaksanakan semua rangkaian kegiatan Hari Raya Karo sesuai dengan budaya yang telah diwariskan pada leluhur terdahulu, seperti udek jenang yang mewarisi semangat gotong royong.
Sementara Romo Dukun Desa Ranupani Bambang Sutejo menjelaskan jenang merupakan salah satu hidangan acara andon mangan yakni acara silaturahmi dari rumah kerumah antar warga Suku Tengger.
"Bahkan dalam setiap acara selamatan, jenang pasti dibuat sebelum pelaksanaan acara. Hal itu menunjukan kerukunan dan kebersamaan yang diwariskan oleh orang tua zaman dulu," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Membuat jenang bersama merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan masyarakat Tengger secara gotong royong setiap menjelang Hari Raya Karo dan jenang tersebut nantinya digunakan masyarakat untuk menjamu tamu yang berkunjung kerumah-rumah untuk silaturahim pada perayaan hari raya tersebut.
Meskipun sempat hilang, budaya udek jenang kini kembali dilakukan dan diinisiasi oleh Kepala Desa Ranupani Untung Raharjo sebagai upaya melestarikan budaya lelehur dan meningkatkan gotong royong warga, sehingga kegiatan itu dipusatkan di kediaman Kepala Desa Ranupani.
Warga Suku Tengger secara bersama bergantian mengaduk adonan jenang pada loyang besar selama kurang lebih 8 jam. Para pemuda dan bapak-bapak memiliki tugas mengaduk jenang, sedangkan ibu-ibu menyiapkan makanan.
Kegiatan udek jenang sudah dilakukan sejak zaman dulu untuk menyambut Hari Raya Karo karena pada prinsipnya udek jenang memiliki makna kebersamaan gotong royong, sehingga semua persiapan yang dilakukan termasuk mengumpulkan bahan juga hasil swadaya masyarakat.
"Bahan jenang tersebut beras, gula merah, dan kelapa yang dimasak secara tradisional diatas tungku menggunakan kayu bakar. Warga secara swadaya mengumpulkan semua bahan untuk udek jenang, bahkan termasuk kayu bakarnya," kata Kepala Desa Ranupani Untung Raharjo.
Ia berharap para pemuda generasi penerus masyarakat Tengger tetap bisa melaksanakan semua rangkaian kegiatan Hari Raya Karo sesuai dengan budaya yang telah diwariskan pada leluhur terdahulu, seperti udek jenang yang mewarisi semangat gotong royong.
Sementara Romo Dukun Desa Ranupani Bambang Sutejo menjelaskan jenang merupakan salah satu hidangan acara andon mangan yakni acara silaturahmi dari rumah kerumah antar warga Suku Tengger.
"Bahkan dalam setiap acara selamatan, jenang pasti dibuat sebelum pelaksanaan acara. Hal itu menunjukan kerukunan dan kebersamaan yang diwariskan oleh orang tua zaman dulu," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020