Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mempermudah akses informasi cuaca maritim melalui Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS) yakni sistem informasi cuaca maritim interaktif dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna transportasi laut.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo dalam keterangan tertulis di Surabaya, Jumat mengatakan sistem itu dapat diakses untuk mengetahui informasi maritim selama sepuluh hari ke depan.

"Juga bisa memberi informasi perencanaan pelayaran port to port untuk semua jenis kapal termasuk kapal penangkap ikan, dan juga menyediakan informasi daerah tangkapan ikan," katanya.

Semua kapal yang terpantau INA-WIS ini akan terpantau score risk nya terhadap spek kapal dan cuaca yang menyatakan presentasi tingkat risiko.

"Di INA-WIS ini juga terpantau kondisi awan di perairan menggunakan satelit cuaca HIMAWARI," katanya.

Pada beberapa tahun terakhir, kondisi cuaca dan iklim yang sangat beragam merupakan tantangan utama dalam pengelolaan di berbagai sektor, termasuk di sektor kemaritiman.

"Angin kencang, gelombang tinggi, badai tropis, dan banjir pesisir atau rob rentan terjadi dan memberikan dampak terhadap berbagai aktivitas kemaritiman," kata dia.

Untuk itu, perlu dikembangkan sistem yang tidak lagi hanya menginformasikan analisis dan prakiraan cuaca namun dikembangkan menjadi sistem prediksi cuaca berbasis dampak (impact based forecasting) dan peringatan dini berbasis resiko (risk based early warning).

"Sektor-sektor di bidang kemaritiman di Indonesia cukup beragam, sehingga perlu dikembangkan prediksi berbasis dampak yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sektor, agar informasi dapat lebih bermanfaat dan mendukung keselamatan dan efisiensi operasional di lapangan," kata Eko.

Menurutnya, sistem prediksi cuaca maritim berbasis dampak tidak lagi hanya menginformasikan analisis dan prakiraan cuaca maritim namun dikembangkan menjadi sebuah sistem prediksi cuaca maritim yang disesuaikan dengan pengelolaan risiko dampak pada tiap sektor terkait, sehingga dapat mengurangi intensitas dari dampak yang akan timbulkan.

"Peringatan dini yang efektif setidaknya membutuhkan empat keandalan yaitu keandalan dalam sistem deteksi, monitor, dan prediksi adanya bencana dan atau potensi dampaknya keandalan dalam analisis risiko dari bencana tersebut," ucapnya. (*)
 

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020