Sebanyak delapan tenaga kesehatan di Kota Probolinggo, Jawa Timur dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah menjalani masa isolasi selama kurang lebih 14 hari dan dua kali hasil swab dinyatakan negatif.
"Tenaga kesehatan yang merupakan orang tanpa gejala (OTG) itu akhirnya sembuh. Mereka adalah tenaga kesehatan di RSUD dr Mohamad Saleh," kata Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID 19 Kota Probolinggo dr Abraar HS Kuddah dalam rilis yang diterima di Kota Probolinggo, Sabtu.
Menurutnya ada sembilan pasien yang sembuh dari COVID-19 yang terdiri dari delapan tenaga kesehatan dan satu pasien lainnya merupakan warga Kelurahan Sumber Taman Kota Probolinggo yang dirawat di Kota Surabaya.
"Tenaga kesehatan RSUD dr Mohamad Saleh yang sembuh berasal dari Kelurahan Sukabumi, Jrebeng Wetan, Mayangan dan Jrebeng Lor. Semuanya sudah dalam kondisi sehat," tuturnya.
Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang masih dirawat di Kota Probolinggo sebanyak 70 orang, kemudian dirawat di Surabaya dua orang, dirawat di Kabupaten Situbondo satu orang, dan yang meninggal dunia sebanyak tiga orang, sehingga total pasien yang sembuh mencapai 55 orang dari jumlah keseluruhan pasien COVID-19 di Kota Probolinggo sebanyak 131 orang.
"Saya berharap tenaga kesehatan lebih berhati-hati dalam melakukan tugasnya. Kami imbau pasien jujur kepada tenaga kesehatan dan berikan keterangan sedetail atau selengkap mungkin saat berobat," katanya.
Delapan tenaga kesehatan yang sudah sembuh telah menjalani isolasi selama 14 hari hingga dua kali hasil swab terakhir dinyatakan negatif, sehingga mereka bisa menjalankan tugasnya kembali.
"Mereka diperbolehkan masuk hari Senin (13/7) dan kami sudah memastikan kondisi para tenaga kesehatan dengan peraturan yang lebih ketat. Kalau tidak betul-betul sembuh, kami tidak berani mengembalikan di tim jaga mereka," tuturnya.
Untuk masyarakat yang akan berobat di RSUD Mohamad Saleh harus dilakukan skrining, namun kadang masyarakat yang akan dirawat inap menolak dan merasa terbebani dengan pembiayaan skrining yang saat ini belum dicover oleh BPJS Kesehatan.
"Rawat inap pasien di RSUD akan lebih diperketat tujuannya bukan untuk mempersulit tapi saling menjaga antara pasien dan tenaga kesehatan agar tidak terpapar COVID-19,"ujarnya.
Ia menjelaskan pasien yang tidak ditemukan masalah saat skrining lalu terpapar COVID-19 di RSUD jelas akan membahayakan pasien dan tenaga kesehatan, sehingga sama-sama saling menjaga, perawat jaga dirinya demikian juga pasien.
"Kebijakan itu menjadi standar operasional prosedur (SOP) di RSUD mengingat kejadian sebelumnya banyak tenaga kesehatan yang terpapar virus Corona dari pasien," katanya.
Abraar mengatakan tujuan skrining bukan menakut-nakuti, tetapi untuk mengetahui kondisi dan menjaga tenaga kesehatan, agar tidak terpapar virus Corona, sehingga edukasi itu yang harus diberikan kepada masyarakat.
"Sejauh ini merupakan suatu risiko bagi tenaga kesehatan, tapi harus saling menjaga agar mereka tidak tertular dan menjaga masyarakat agar tidak tertular dan menularkan," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Tenaga kesehatan yang merupakan orang tanpa gejala (OTG) itu akhirnya sembuh. Mereka adalah tenaga kesehatan di RSUD dr Mohamad Saleh," kata Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID 19 Kota Probolinggo dr Abraar HS Kuddah dalam rilis yang diterima di Kota Probolinggo, Sabtu.
Menurutnya ada sembilan pasien yang sembuh dari COVID-19 yang terdiri dari delapan tenaga kesehatan dan satu pasien lainnya merupakan warga Kelurahan Sumber Taman Kota Probolinggo yang dirawat di Kota Surabaya.
"Tenaga kesehatan RSUD dr Mohamad Saleh yang sembuh berasal dari Kelurahan Sukabumi, Jrebeng Wetan, Mayangan dan Jrebeng Lor. Semuanya sudah dalam kondisi sehat," tuturnya.
Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang masih dirawat di Kota Probolinggo sebanyak 70 orang, kemudian dirawat di Surabaya dua orang, dirawat di Kabupaten Situbondo satu orang, dan yang meninggal dunia sebanyak tiga orang, sehingga total pasien yang sembuh mencapai 55 orang dari jumlah keseluruhan pasien COVID-19 di Kota Probolinggo sebanyak 131 orang.
"Saya berharap tenaga kesehatan lebih berhati-hati dalam melakukan tugasnya. Kami imbau pasien jujur kepada tenaga kesehatan dan berikan keterangan sedetail atau selengkap mungkin saat berobat," katanya.
Delapan tenaga kesehatan yang sudah sembuh telah menjalani isolasi selama 14 hari hingga dua kali hasil swab terakhir dinyatakan negatif, sehingga mereka bisa menjalankan tugasnya kembali.
"Mereka diperbolehkan masuk hari Senin (13/7) dan kami sudah memastikan kondisi para tenaga kesehatan dengan peraturan yang lebih ketat. Kalau tidak betul-betul sembuh, kami tidak berani mengembalikan di tim jaga mereka," tuturnya.
Untuk masyarakat yang akan berobat di RSUD Mohamad Saleh harus dilakukan skrining, namun kadang masyarakat yang akan dirawat inap menolak dan merasa terbebani dengan pembiayaan skrining yang saat ini belum dicover oleh BPJS Kesehatan.
"Rawat inap pasien di RSUD akan lebih diperketat tujuannya bukan untuk mempersulit tapi saling menjaga antara pasien dan tenaga kesehatan agar tidak terpapar COVID-19,"ujarnya.
Ia menjelaskan pasien yang tidak ditemukan masalah saat skrining lalu terpapar COVID-19 di RSUD jelas akan membahayakan pasien dan tenaga kesehatan, sehingga sama-sama saling menjaga, perawat jaga dirinya demikian juga pasien.
"Kebijakan itu menjadi standar operasional prosedur (SOP) di RSUD mengingat kejadian sebelumnya banyak tenaga kesehatan yang terpapar virus Corona dari pasien," katanya.
Abraar mengatakan tujuan skrining bukan menakut-nakuti, tetapi untuk mengetahui kondisi dan menjaga tenaga kesehatan, agar tidak terpapar virus Corona, sehingga edukasi itu yang harus diberikan kepada masyarakat.
"Sejauh ini merupakan suatu risiko bagi tenaga kesehatan, tapi harus saling menjaga agar mereka tidak tertular dan menjaga masyarakat agar tidak tertular dan menularkan," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020