Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus mematangkan konsep pariwisata di era normal baru dan basis utamanya dalam penerapan protokol kesehatan ketat di berbagai lini pariwisata.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sambil menunggu instruksi dari pemerintah pusat, dan Banyuwangi terus melakukan simulasi penerapan era normal baru di sejumlah sektor termasuk pariwisata. Dan bahkan Banyuwangi telah membuat timeline tahapan pemulihan sektor pariwisata daerah.
"Sambil jalan, aturan kami buat sambil terus simulasi, karena ini kan hal baru yang saat ini kami hadapi. Kami membaginya dengan tahapan emergency, recovery, hingga penerapan normal baru. Ini berlaku di berbagai sektor termasuk pariwisata, terus kami simulasikan untuk penyempurnaannya," katanya di Banyuwangi, Minggu.
Sebelumnya, hal tersebut disampaikan Bupati Anas saat menjadi panelis dalam seminar dalam jaringan (webinar) pariwisata di era pandemi yang digelar salah satu penerbit nasional.
Seminar daring tersebut menghadirkan sejumlah panelis lain, yakni mantan Menteri Pariwisata I Gede Ardika, Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra, dan pemerhati pariwisata berkelanjutan Valerina Daniel. Seminar daring itu juga diikuti para pelaku pariwisata dari berbagai daer noah di Indonesia.
Bupati Anas melanjutkan tahapan emergency telah dilewati oleh Banyuwangi, dimana hal tersebut dilakukan dengan penutupan lokasi pariwisata, sejak awal merebaknya pandemi COVID-19 di daerah.
Saat ini Banyuwangi memasuki fase pemulihan yang diisi dengan edukasi dan sosialisasi tentang "kebiasaan anyar" atau kebiasaan baru yang bakal berlaku di masa normal baru kepada para pemangku kepentingan pariwisata daerah, dan fase ini berlangsung dari Juni hingga Agustus 2020.
"Kami terus mengedukasi para pelaku wisata tentang bagaimana SOP protokol kesehatan yang benar, yang harus diterapkan. Seperti kewajiban menggunakan masker, pelindung wajah dan sarung tangan, menjaga jarak aman, serta menjaga higenitas semua benda yang berpotensi dijangkau oleh pengunjung. Bahkan para penari gandrung kami edukasi agar tidak lagi menggunakan alat rias yang berbarengan, tapi membawa sendiri," paparnya.
Menurut Bupati Anas, Pemkab Banyuwangi juga gencar melakukan sosialisasi tentang standar kesehatan kepada para pelaku bisnis kuliner.
"Tentunya hal tersebut butuh pembiasaan dan pengawasan yang terus menerus. Karena itu kami memberikan sertifikat bagi warung dan restoran yang telah menerapkan standar protokol Kesehatan dengan baik. Dan akan dievaluasi secara berkala untuk keberlanjutan kelayakannya," katanya.
Sementara itu, pemerhati pariwisata berkelanjutan Valeria Daniel mengapresiasi langkah yang dilakukan Banyuwangi, jika standar kesehatan menjadi acuan utama dalam pariwisata di era normal. Untuk merespons pandemi Covid-19, menurut dia, pemerintah telah menyusun konsep wisata bersih, sehat, dan aman.
"Peraturan dan acuan sudah ada. Tinggal bagaimana ini disosialisasikan dan dipahami. Jika diterapkan dengan benar, maka kita bisa mengantisipasi hantaman terhadap pariwisata," ujarnya.
Menteri Pariwisata periode 2000-2004 dan penulis buku Kepariwisataan Berkelanjutan, Rintis Jalan Lewat Komunitas, I Gede Ardika, mengatakan bahwa pandemi mendorong semua pemangku kepentingan untuk introspeksi diri.
Katanya, pariwisata tidak lagi bisa dimaknai hanya dari segi ekonomi, melainkan juga lingkungan, budaya, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan.
"Kita perlu melihat pariwisata dari paradigma baru, selain penerapan protokol kesehatan, aspek kuantitas sekarang harus bergerak ke aspek kualitas. Ini penting untuk membangun pariwisata yang berkelanjutan," kata Ardika. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sambil menunggu instruksi dari pemerintah pusat, dan Banyuwangi terus melakukan simulasi penerapan era normal baru di sejumlah sektor termasuk pariwisata. Dan bahkan Banyuwangi telah membuat timeline tahapan pemulihan sektor pariwisata daerah.
"Sambil jalan, aturan kami buat sambil terus simulasi, karena ini kan hal baru yang saat ini kami hadapi. Kami membaginya dengan tahapan emergency, recovery, hingga penerapan normal baru. Ini berlaku di berbagai sektor termasuk pariwisata, terus kami simulasikan untuk penyempurnaannya," katanya di Banyuwangi, Minggu.
Sebelumnya, hal tersebut disampaikan Bupati Anas saat menjadi panelis dalam seminar dalam jaringan (webinar) pariwisata di era pandemi yang digelar salah satu penerbit nasional.
Seminar daring tersebut menghadirkan sejumlah panelis lain, yakni mantan Menteri Pariwisata I Gede Ardika, Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra, dan pemerhati pariwisata berkelanjutan Valerina Daniel. Seminar daring itu juga diikuti para pelaku pariwisata dari berbagai daer noah di Indonesia.
Bupati Anas melanjutkan tahapan emergency telah dilewati oleh Banyuwangi, dimana hal tersebut dilakukan dengan penutupan lokasi pariwisata, sejak awal merebaknya pandemi COVID-19 di daerah.
Saat ini Banyuwangi memasuki fase pemulihan yang diisi dengan edukasi dan sosialisasi tentang "kebiasaan anyar" atau kebiasaan baru yang bakal berlaku di masa normal baru kepada para pemangku kepentingan pariwisata daerah, dan fase ini berlangsung dari Juni hingga Agustus 2020.
"Kami terus mengedukasi para pelaku wisata tentang bagaimana SOP protokol kesehatan yang benar, yang harus diterapkan. Seperti kewajiban menggunakan masker, pelindung wajah dan sarung tangan, menjaga jarak aman, serta menjaga higenitas semua benda yang berpotensi dijangkau oleh pengunjung. Bahkan para penari gandrung kami edukasi agar tidak lagi menggunakan alat rias yang berbarengan, tapi membawa sendiri," paparnya.
Menurut Bupati Anas, Pemkab Banyuwangi juga gencar melakukan sosialisasi tentang standar kesehatan kepada para pelaku bisnis kuliner.
"Tentunya hal tersebut butuh pembiasaan dan pengawasan yang terus menerus. Karena itu kami memberikan sertifikat bagi warung dan restoran yang telah menerapkan standar protokol Kesehatan dengan baik. Dan akan dievaluasi secara berkala untuk keberlanjutan kelayakannya," katanya.
Sementara itu, pemerhati pariwisata berkelanjutan Valeria Daniel mengapresiasi langkah yang dilakukan Banyuwangi, jika standar kesehatan menjadi acuan utama dalam pariwisata di era normal. Untuk merespons pandemi Covid-19, menurut dia, pemerintah telah menyusun konsep wisata bersih, sehat, dan aman.
"Peraturan dan acuan sudah ada. Tinggal bagaimana ini disosialisasikan dan dipahami. Jika diterapkan dengan benar, maka kita bisa mengantisipasi hantaman terhadap pariwisata," ujarnya.
Menteri Pariwisata periode 2000-2004 dan penulis buku Kepariwisataan Berkelanjutan, Rintis Jalan Lewat Komunitas, I Gede Ardika, mengatakan bahwa pandemi mendorong semua pemangku kepentingan untuk introspeksi diri.
Katanya, pariwisata tidak lagi bisa dimaknai hanya dari segi ekonomi, melainkan juga lingkungan, budaya, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan.
"Kita perlu melihat pariwisata dari paradigma baru, selain penerapan protokol kesehatan, aspek kuantitas sekarang harus bergerak ke aspek kualitas. Ini penting untuk membangun pariwisata yang berkelanjutan," kata Ardika. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020