Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan herd imunity atau kekebalan kawanan hanya bisa terbentuk dalam waktu yang sangat lama.
"Ada yang menyebut pemerintah sedang melakukan herd imunity. Itu akan perlu waktu bertahun-tahun dan tidak serta merta. Teorinya seperti itu," kata Wiku saat jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau dari akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Selasa.
Wiku mengatakan ketika satu orang terinfeksi virus kemudian di dalam tubuhnya terbentuk kekebalan, lalu orang-orang lain di lingkungannya juga mengalami hal serupa karena terinfeksi virus dari orang pertama, maka kekebalan yang terjadi di antara sekelompok orang itu yang disebut sebagai herd imunity dalam kelompok.
Apakah kekebalan kawanan bisa terjadi di Indonesia? Wiku mengatakan Indonesia memiliki kelompok-kelompok besar yang dipisahkan oleh pulau dan laut. Herd imunity hanya bisa terjadi bila terdapat interaksi tinggi di antara kelompok-kelompok tersebut.
Menurut Wiku, virus corona jenis baru penyebab COVID-19 menular melalui droplet yang bisa dicegah dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Meskipun seseorang berada di lingkungan yang terinfeksi, selama virus tidak masuk ke dalam tubuh maka tidak akan tertular.
"Kalau kita senggol-senggolan, tetapi kita menutup diri dengan masker, kemudian rajin mencuci tangan, herd imunity tidak akan terbentuk," ujarnya.
Wiku mengatakan kekebalan kawanan bisa dibuat dengan melakukan imunisasi terhadap masyarakat. Menurut teori, bila 70 persen masyarakat memiliki kekebalan, termasuk melalui imunisasi, maka virus tidak akan bisa menulari kelompok tersebut.
Namun, membuat vaksin memerlukan waktu yang lama. Karena itu, tidak perlu menunggu vaksin, yang paling penting adalah upaya preventif untuk mencegah interaksi dengan virus corona penyebab COVID-19 secara langsung.
"Menggunakan logika yang sama, bila 70 persen masyarakat melindungi diri dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan, virus juga tidak akan bisa menulari kelompok tersebut," tuturnya.
Karena itu, Wiku mengingatkan kembali arti penting protokol kesehatan yang selama ini sudah sering disosialisasikan. Kunci mencegah penularan COVID-19 adalah dengan disiplin dan tertib menjalankan protokol kesehatan.
"Protokol kesehatan harus dipraktikkan secara disiplin dan tertib secara individu dan kolektif. Selama kita bisa tertib dan disiplin terhadap protokol kesehatan, kita tetap akan bisa beraktivitas secara produktif dan aman dari COVID-19," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Ada yang menyebut pemerintah sedang melakukan herd imunity. Itu akan perlu waktu bertahun-tahun dan tidak serta merta. Teorinya seperti itu," kata Wiku saat jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau dari akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Selasa.
Wiku mengatakan ketika satu orang terinfeksi virus kemudian di dalam tubuhnya terbentuk kekebalan, lalu orang-orang lain di lingkungannya juga mengalami hal serupa karena terinfeksi virus dari orang pertama, maka kekebalan yang terjadi di antara sekelompok orang itu yang disebut sebagai herd imunity dalam kelompok.
Apakah kekebalan kawanan bisa terjadi di Indonesia? Wiku mengatakan Indonesia memiliki kelompok-kelompok besar yang dipisahkan oleh pulau dan laut. Herd imunity hanya bisa terjadi bila terdapat interaksi tinggi di antara kelompok-kelompok tersebut.
Menurut Wiku, virus corona jenis baru penyebab COVID-19 menular melalui droplet yang bisa dicegah dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Meskipun seseorang berada di lingkungan yang terinfeksi, selama virus tidak masuk ke dalam tubuh maka tidak akan tertular.
"Kalau kita senggol-senggolan, tetapi kita menutup diri dengan masker, kemudian rajin mencuci tangan, herd imunity tidak akan terbentuk," ujarnya.
Wiku mengatakan kekebalan kawanan bisa dibuat dengan melakukan imunisasi terhadap masyarakat. Menurut teori, bila 70 persen masyarakat memiliki kekebalan, termasuk melalui imunisasi, maka virus tidak akan bisa menulari kelompok tersebut.
Namun, membuat vaksin memerlukan waktu yang lama. Karena itu, tidak perlu menunggu vaksin, yang paling penting adalah upaya preventif untuk mencegah interaksi dengan virus corona penyebab COVID-19 secara langsung.
"Menggunakan logika yang sama, bila 70 persen masyarakat melindungi diri dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan, virus juga tidak akan bisa menulari kelompok tersebut," tuturnya.
Karena itu, Wiku mengingatkan kembali arti penting protokol kesehatan yang selama ini sudah sering disosialisasikan. Kunci mencegah penularan COVID-19 adalah dengan disiplin dan tertib menjalankan protokol kesehatan.
"Protokol kesehatan harus dipraktikkan secara disiplin dan tertib secara individu dan kolektif. Selama kita bisa tertib dan disiplin terhadap protokol kesehatan, kita tetap akan bisa beraktivitas secara produktif dan aman dari COVID-19," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020