Puluhan pedagang di Pasar Simo dan Pasar Simo Gunung, Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis, menjalani rapid test atau tes cepat deteksi COVID-19, setelah ada temuan salah satu pedagang setempat terkonfirmasi positif terjangkit virus corona dan sudah meninggal dunia.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Pemkot Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, rapid test ini digelar demi menjaga dan melindungi pedagang dan pembeli di dua pasar itu dari penularan virus corona.
"Hari ini kita lakukan rapid test. Sambil kita menunggu hasilnya," kata Agus Hebi.
Menurut dia, rapid test kali ini diikuti sekitar 20 pedagang di Pasar Simo, 10 pedagang Pasar Simo Gunung, dan 10 pedagang pasar tumpahan.
Hebi mengatakan, jika dari hasil rapid test tersebut tidak ditemukan ada yang reaktif, maka pasar tersebut kembali dibuka dan beroperasi seperti biasa.
Akan tetapi, ia menegaskan, sesuai informasi yang diperoleh dari camat setempat bahwa ada salah satu pedagang pasar tumpah yang setelah dilakukan rapid test hasilnya adalah reaktif.
"Tetapi, kemarin saya dapat info dari Pak Camat bahwa pasar yang tumpah ini kemarin di-rapid test ada satu yang positif dan kita tindak lanjuti swab," ujarnya.
Oleh karena itu, Hebi menyatakan bahwa sesuai protokol yang ditetapkan, maka kedua pasar tersebut untuk sementara waktu harus dilakukan karantina wilayah dan isolasi mandiri selama 14 hari, terhitung mulai 7–20 Mei 2020.
Saat ini, pihaknya sudah berkoordinasi dengan satgas untuk terus melakukan tracing atau pelacakan penularan virus corona atau COVID-19.
"Mereka memang tidak boleh beraktivitas di pasar tersebut untuk beberapa waktu ini. Namun, tetap masih boleh berdagang dengan cara belanja daring," katanya.
Selain melakukan tracing, Hebi juga menyatakan bahwa pihaknya sudah mendata para pedagang yang terdampak dan akan bersurat kepada Dinas Sosial Surabaya untuk diberikan intervensi berupa bantuan.
"Kita data untuk pedagang yang ada di PD Pasar Surya. Kemudian, warga yang terdampak kita minta kecamatan untuk mendata. Kemudian dikirim ke Dinsos supaya ada intervensi dari pemkot," katanya.
Hebi menambahkan, sebenarnya pedagang yang terpapar COVID-19 itu rumahnya persis di depan pasar. Namun, pasangan suami istri (pasutri) itu juga beraktivitas di dalam pasar lantaran memiliki stan di kedua pasar tersebut.
"Jadi, rumah penderita yang meninggal ini di depan pasar. Ia juga beraktivitas di dalam pasar. Nah, yang kita rapid test ini tetangga dari stan dan sama tetangga rumah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Pemkot Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, rapid test ini digelar demi menjaga dan melindungi pedagang dan pembeli di dua pasar itu dari penularan virus corona.
"Hari ini kita lakukan rapid test. Sambil kita menunggu hasilnya," kata Agus Hebi.
Menurut dia, rapid test kali ini diikuti sekitar 20 pedagang di Pasar Simo, 10 pedagang Pasar Simo Gunung, dan 10 pedagang pasar tumpahan.
Hebi mengatakan, jika dari hasil rapid test tersebut tidak ditemukan ada yang reaktif, maka pasar tersebut kembali dibuka dan beroperasi seperti biasa.
Akan tetapi, ia menegaskan, sesuai informasi yang diperoleh dari camat setempat bahwa ada salah satu pedagang pasar tumpah yang setelah dilakukan rapid test hasilnya adalah reaktif.
"Tetapi, kemarin saya dapat info dari Pak Camat bahwa pasar yang tumpah ini kemarin di-rapid test ada satu yang positif dan kita tindak lanjuti swab," ujarnya.
Oleh karena itu, Hebi menyatakan bahwa sesuai protokol yang ditetapkan, maka kedua pasar tersebut untuk sementara waktu harus dilakukan karantina wilayah dan isolasi mandiri selama 14 hari, terhitung mulai 7–20 Mei 2020.
Saat ini, pihaknya sudah berkoordinasi dengan satgas untuk terus melakukan tracing atau pelacakan penularan virus corona atau COVID-19.
"Mereka memang tidak boleh beraktivitas di pasar tersebut untuk beberapa waktu ini. Namun, tetap masih boleh berdagang dengan cara belanja daring," katanya.
Selain melakukan tracing, Hebi juga menyatakan bahwa pihaknya sudah mendata para pedagang yang terdampak dan akan bersurat kepada Dinas Sosial Surabaya untuk diberikan intervensi berupa bantuan.
"Kita data untuk pedagang yang ada di PD Pasar Surya. Kemudian, warga yang terdampak kita minta kecamatan untuk mendata. Kemudian dikirim ke Dinsos supaya ada intervensi dari pemkot," katanya.
Hebi menambahkan, sebenarnya pedagang yang terpapar COVID-19 itu rumahnya persis di depan pasar. Namun, pasangan suami istri (pasutri) itu juga beraktivitas di dalam pasar lantaran memiliki stan di kedua pasar tersebut.
"Jadi, rumah penderita yang meninggal ini di depan pasar. Ia juga beraktivitas di dalam pasar. Nah, yang kita rapid test ini tetangga dari stan dan sama tetangga rumah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020