Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya merancang lampu LED 405nm IUV yang dapat melakukan sterilisasi di ruang isolasi penanganan pasien COVID-19.
Dosen Departemen Fisika ITS Endarko MSi PhD di Surabaya, Rabu, mengatakan bahwa lampu IUV tersebut bekerja dengan mengeluarkan sinar yang memiliki panjang gelombang sebesar 405 nanometer (nm) yang lebih aman bagi manusia.
"Sehingga dapat melakukan sterilisasi ruangan tanpa harus mengosongkan orang-orang yang berada di dalamnya," katanya.
Dia menjelaskan, lampu IUV ini dapat digunakan secara terus menerus dan hanya memerlukan daya listrik sebesar 40 watt. Lampu ini juga bisa bertahan hingga 50 ribu jam. Selain itu, lampu tersebut juga telah dimodifikasi dengan menyeimbangkan sinar yang dipancarkan.
Endarko mengakui, awalnya sinar yang dipancarkan lampu tersebut berwarna violet, sehingga dapat membuat pusing jika dilihat. Namun, dengan adanya modifikasi lampu penyeimbang, dapat menghasilkan sinar yang nyaman untuk penglihatan.
"ITS telah menciptakan sebanyak 15 unit lampu LED IUV yang rencananya akan langsung digunakan di selasar RSUA. Proses pembuatannya tidak memakan banyak waktu. Namun, keberadaan komponen yang masih jarang di Indonesia menjadi salah satu kendalanya," ujarnya.
Wakil Rektor IV ITS Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Hubungan Internasional Bambang Pramujati menyatakan, pada prinsipnya lampu IUV ini hampir sama dengan Robot Violeta ITS yang juga digunakan untuk sterilisasi.
"Selain lebih aman digunakan, lampu IUV ini juga mudah dipasang permanen di plafon-plafon ruangan," tuturnya.
Hal tersebut dinilai sangat efektif karena dapat melakukan sterilisasi terus menerus dan tidak memerlukan isi ulang seperti cairan disinfektan.
Selain itu, lampu IUV ini juga tidak meninggalkan noda atau residu pada area yang disterilkan, sehingga tidak mengganggu kebersihannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Dosen Departemen Fisika ITS Endarko MSi PhD di Surabaya, Rabu, mengatakan bahwa lampu IUV tersebut bekerja dengan mengeluarkan sinar yang memiliki panjang gelombang sebesar 405 nanometer (nm) yang lebih aman bagi manusia.
"Sehingga dapat melakukan sterilisasi ruangan tanpa harus mengosongkan orang-orang yang berada di dalamnya," katanya.
Dia menjelaskan, lampu IUV ini dapat digunakan secara terus menerus dan hanya memerlukan daya listrik sebesar 40 watt. Lampu ini juga bisa bertahan hingga 50 ribu jam. Selain itu, lampu tersebut juga telah dimodifikasi dengan menyeimbangkan sinar yang dipancarkan.
Endarko mengakui, awalnya sinar yang dipancarkan lampu tersebut berwarna violet, sehingga dapat membuat pusing jika dilihat. Namun, dengan adanya modifikasi lampu penyeimbang, dapat menghasilkan sinar yang nyaman untuk penglihatan.
"ITS telah menciptakan sebanyak 15 unit lampu LED IUV yang rencananya akan langsung digunakan di selasar RSUA. Proses pembuatannya tidak memakan banyak waktu. Namun, keberadaan komponen yang masih jarang di Indonesia menjadi salah satu kendalanya," ujarnya.
Wakil Rektor IV ITS Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Hubungan Internasional Bambang Pramujati menyatakan, pada prinsipnya lampu IUV ini hampir sama dengan Robot Violeta ITS yang juga digunakan untuk sterilisasi.
"Selain lebih aman digunakan, lampu IUV ini juga mudah dipasang permanen di plafon-plafon ruangan," tuturnya.
Hal tersebut dinilai sangat efektif karena dapat melakukan sterilisasi terus menerus dan tidak memerlukan isi ulang seperti cairan disinfektan.
Selain itu, lampu IUV ini juga tidak meninggalkan noda atau residu pada area yang disterilkan, sehingga tidak mengganggu kebersihannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020