Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengingatkan seluruh petugas kesehatan selalu bersiaga dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar dalam menangani semua pasien dengan apapun jenis penyakitnya.

"Ini agar tenaga kesehatan lebih terlindungi dan kesehatannya terjamin, terutama dari COVID-19," ujar Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi ketika dikonfirmasi di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, para petugas kesehatan yang terpapar COVID-19 mayoritas tidak tertular dari pasien COVID-19, tapi dari pasien yang sedang berobat karena penyakit lain.

Dia mencontohkan seorang petugas kesehatan dari salah satu rumah sakit di Kota Surabaya yang meninggal dunia, jabatannya adalah koordinator perawat.

"Koordinator perawat malah sangat jarang melakukan kontak langsung dengan pasien. Artinya, bisa jadi penularannya dari orang tanpa gejala (OTG) di rumah sakit tempatnya bekerja," ucapnya.

Di negara-negara lain, kata dia, kasus petugas kesehatan tertular COVID-19 memang banyak berasal dari kontak pasien yang sedang berobat untuk penyakit lain.

"Artinya, semua harus selalu waspada terhadap penularan COVID-19 dari orang-orang yang berstatus OTG. Maka sebenarnya saat terjadi pandemi seperti sekarang ini tidak ada yang namanya pasien emergency," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data Pemprov Jatim hingga Kamis (16/4), sebanyak 46 tenaga kesehatan di wilayah setempat tertular COVID-19.

Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim dr Kohar Hari Santoso merinci, petugas kesehatan yang tertular COVID-19 terdiri dari 16 dokter, 27 perawat, dua orang petugas laboratorium dan seorang apoteker.

"Kami juga turut berduka karena seorang di antaranya meninggal dunia," kata Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RS Saiful Anwar Malang tersebut.

Kabar baiknya, lanjut dia, 19 petugas kesehatan telah sembuh dan sisanya, sebanyak 26 orang masih dirawat.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim Prof Dr H Nursalam meminta pemerintah bersedia memberikan pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test atau swab pada setiap perawat, baik yang merawat pasien maupun petugas administratif.

"Perawat itu bukan hanya merawat pasien, bisa jadi dia terpapar saat registrasi pasien atau saat memberikan penyuluhan. Saat tidak merawat pasien biasanya APD tidak lengkap," katanya.

Ia berharap perawat dapat diedukasi untuk memakai APD berstandar, minimal masker yang digunakan adalah masker N95.

"Sebab selama ini perawat minim memakai APD, padahal perawat juga tidak tahu pasien yang ditemui positif COVID-19 atau tidak," tuturnya.

Pewarta: Fiqih Arfani/Hanif Nashrullah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020