Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres pada sesi pengarahan di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (14/4), mengingatkan masyarakat agar mewaspadai kabar bohong dan informasi salah yang diedarkan melalui media sosial demi memantik ketakutan dan kepanikan di tengah pandemi COVID-19.
"Di saat dunia berjuang menghadapi pandemi COVID-19 -- krisis paling menantang yang dihadapi kemanusiaan sejak Perang Dunia II -- kita juga menghadapi pandemi lain, bahaya pandemi informasi salah," kata Guterres dalam pidatonya yang ditayangkan di laman resmi PBB yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu (15/4).
Guterres menyampaikan keprihatinannya terhadap tips kesehatan yang keliru, teori-teori konspirasi mengenai penyebaran virus, ungkapan kebencian, dan kabar bohong mengenai COVID-19 yang beredar di media sosial. Menurut dia, penyebaran informasi salah dan kabar bohong dapat membuat sekelompok orang menjadi korban kebencian dan prasangka.
"Dunia harus bersatu melawan penyakit ini. Percaya pada vaksin. Pertama, percaya pada ilmu pengetahuan. Saya mengapresiasi para wartawan dan lembaga pemeriksa fakta yang meluruskan unggahan-unggahan menyesatkan di media sosial," ucap Guterres seraya meminta operator media sosial untuk meningkatkan usahanya menghapus informasi sesat.
Terkait konteks itu, Guterres mengumumkan PBB meluncurkan inisiatif baru yang bertujuan meluruskan kabar bohong serta informasi salah mengenai COVID-19.
"Hari ini (14/4) saya mengumumkan peluncuran inisiatif tanggap komunikasi PBB yang bertugas mengunggah data dan temuan ilmu pengetahuan demi melawan derasnya arus informasi salah dan sesat yang menempatkan hidup kita dalam bahaya," ujar Guterres.
Sebelum ada inisiatif baru PBB itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyiarkan daftar jawaban yang menyangkal kabar bohong atau myth busters mengenai COVID-19 dalam laman resminya.
WHO melaporkan per Rabu jumlah pasien positif COVID-19 mencapai 1.914.916 jiwa dan 123.010 di antaranya dinyatakan meninggal dunia, sementara sekitar 490.000 orang lainnya berhasil pulih.
Amerika Serikat sejauh ini masih jadi negara dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak dengan 614.246 jiwa, disusul oleh Spanyol dengan 177.633 kasus, dan Italia dengan 162.488 kasus. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Di saat dunia berjuang menghadapi pandemi COVID-19 -- krisis paling menantang yang dihadapi kemanusiaan sejak Perang Dunia II -- kita juga menghadapi pandemi lain, bahaya pandemi informasi salah," kata Guterres dalam pidatonya yang ditayangkan di laman resmi PBB yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu (15/4).
Guterres menyampaikan keprihatinannya terhadap tips kesehatan yang keliru, teori-teori konspirasi mengenai penyebaran virus, ungkapan kebencian, dan kabar bohong mengenai COVID-19 yang beredar di media sosial. Menurut dia, penyebaran informasi salah dan kabar bohong dapat membuat sekelompok orang menjadi korban kebencian dan prasangka.
"Dunia harus bersatu melawan penyakit ini. Percaya pada vaksin. Pertama, percaya pada ilmu pengetahuan. Saya mengapresiasi para wartawan dan lembaga pemeriksa fakta yang meluruskan unggahan-unggahan menyesatkan di media sosial," ucap Guterres seraya meminta operator media sosial untuk meningkatkan usahanya menghapus informasi sesat.
As the world fights #COVID19, we are also fighting an epidemic of harmful falsehoods & lies.
— António Guterres (@antonioguterres) April 14, 2020
I'm announcing a new @UN Communications Response initiative to spread facts & science, countering the scourge of misinformation - a poison putting more lives at risk. pic.twitter.com/3S8KZDjbcb
Terkait konteks itu, Guterres mengumumkan PBB meluncurkan inisiatif baru yang bertujuan meluruskan kabar bohong serta informasi salah mengenai COVID-19.
"Hari ini (14/4) saya mengumumkan peluncuran inisiatif tanggap komunikasi PBB yang bertugas mengunggah data dan temuan ilmu pengetahuan demi melawan derasnya arus informasi salah dan sesat yang menempatkan hidup kita dalam bahaya," ujar Guterres.
Sebelum ada inisiatif baru PBB itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyiarkan daftar jawaban yang menyangkal kabar bohong atau myth busters mengenai COVID-19 dalam laman resminya.
WHO melaporkan per Rabu jumlah pasien positif COVID-19 mencapai 1.914.916 jiwa dan 123.010 di antaranya dinyatakan meninggal dunia, sementara sekitar 490.000 orang lainnya berhasil pulih.
Amerika Serikat sejauh ini masih jadi negara dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak dengan 614.246 jiwa, disusul oleh Spanyol dengan 177.633 kasus, dan Italia dengan 162.488 kasus. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020