Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi menegaskan jika pendidikan boarding school atau sekolah asrama di wilayah setempat tetap melakukan pelayanan meski kegiatan belajar mengajar periode 16-29 Maret diliburkan.
Wahid ketika ditemui di Surabaya, Senin, mengatakan, jika satuan pendidikan tetap memberikan pelayanan sesuai dengan standar harian dan berlaku bagi para siswa yang memilih untuk tetap tinggal di lingkungan asrama sekolah.
"Di SMA Taruna ini banyak siswanya yang berasal dari berbagai daerah. Bagi siswa yang pulang mereka akan mengikuti proses pembelajaran secara daring. Tapi yang tidak pulang kami minta sekolah untuk tetap memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar harian," ujar Wahid.
Wahid mengatakan, pelayanan tetap dilakukan dengan catatan sekolah tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk menjamin kebersihan dan kesehatan di sekolah. Minimal di semua sekolah menyediakan keran air untuk mencuci tangan.
"Tak hanya itu, tempat cuci tangan juga harus dilengkapi sabun dan menyediakan hand sanitizer yang ada di setiap kelas. Kami juga meminta sekolah juga pesantren untuk menggunakan petugas yang terampil mejalankan tugas pembersihan dan gunakan bahan pembersih yang sesuai untuk keperluan tersebut," ujarnya.
Bagi pendidikan di wilayah kewenangan Kementerian Agama, seperti Madrasah Aliyah, pihaknya juga mengeluarkan surat edaran agar melakukan proses pembelajaran dari rumah.
"Sedangkan untuk pesantren-pesantren kebijakannya diserahkan kepada pengasuh pesantren. Namun, pengasuh pesantren juga harus menjamin bahwa santri-santri yang tetap berada di pesantren agar terjaga dari virus korona ini," ujar dia.
Sementara terkait kebijakan bagi siswa inklusi di jenjang SMA/SMK, Wahid menuturkan jika sekolah tetap bisa memberikan pelayanan terapis dan pemeriksaan setiap hari. Seperti hari-hari sebelumnya.
"Pendidikan layanan khusus seperti SMANOR (SMA Olahraga), kalau misalnya mereka butuh latihan harian karena akan menghadapi event-event tertentu juga dipersilakan melakukan kegiatannya seperti hari-hari normal," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Wahid ketika ditemui di Surabaya, Senin, mengatakan, jika satuan pendidikan tetap memberikan pelayanan sesuai dengan standar harian dan berlaku bagi para siswa yang memilih untuk tetap tinggal di lingkungan asrama sekolah.
"Di SMA Taruna ini banyak siswanya yang berasal dari berbagai daerah. Bagi siswa yang pulang mereka akan mengikuti proses pembelajaran secara daring. Tapi yang tidak pulang kami minta sekolah untuk tetap memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar harian," ujar Wahid.
Wahid mengatakan, pelayanan tetap dilakukan dengan catatan sekolah tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk menjamin kebersihan dan kesehatan di sekolah. Minimal di semua sekolah menyediakan keran air untuk mencuci tangan.
"Tak hanya itu, tempat cuci tangan juga harus dilengkapi sabun dan menyediakan hand sanitizer yang ada di setiap kelas. Kami juga meminta sekolah juga pesantren untuk menggunakan petugas yang terampil mejalankan tugas pembersihan dan gunakan bahan pembersih yang sesuai untuk keperluan tersebut," ujarnya.
Bagi pendidikan di wilayah kewenangan Kementerian Agama, seperti Madrasah Aliyah, pihaknya juga mengeluarkan surat edaran agar melakukan proses pembelajaran dari rumah.
"Sedangkan untuk pesantren-pesantren kebijakannya diserahkan kepada pengasuh pesantren. Namun, pengasuh pesantren juga harus menjamin bahwa santri-santri yang tetap berada di pesantren agar terjaga dari virus korona ini," ujar dia.
Sementara terkait kebijakan bagi siswa inklusi di jenjang SMA/SMK, Wahid menuturkan jika sekolah tetap bisa memberikan pelayanan terapis dan pemeriksaan setiap hari. Seperti hari-hari sebelumnya.
"Pendidikan layanan khusus seperti SMANOR (SMA Olahraga), kalau misalnya mereka butuh latihan harian karena akan menghadapi event-event tertentu juga dipersilakan melakukan kegiatannya seperti hari-hari normal," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020