Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Drg Darmawan Soetijanto menilai dokter gigi rawan dan berisiko tinggi tertular virus corona atau Covid-19.

Drg Darmawan Soetijanto saat Temu Ilmiah Nasional-International (Timnas) ke-8 FKG Unair di Surabaya, Kamis mengatakan jika dokter gigi berisiko tinggi tertular corona karena, ketika ada pasein dokter gigi hanya melihat persoalan gigi dan mulut.

"Karena penularan virus corona ini cepat. Bagi dokter gigi yang berkontak langsung bukan hanya tertular melalui ludah yang muncrat tapi juga saya menyemprotkan air saat perawatan gigi ini lebih berbahaya,” ujarnya.

Meski dinilai rawan tertular corona, Darmawan mengatakan jika pihaknya sejauh ini cukup berpengalaman dalam menangani penyakit menular seperti hepatitis dan HIV-AIDS. 

Sebab menurutnya, manajemen lingkungan tempat praktik, seperti dalam proses sterilisasi, selalu menggunakan autoklaf.

"Dalam forum (Timnas 8) ini kami menyerukan agar seluruh alumni perduli dan waspada dalam pencegahan penularan virus atau penyakit lainnya termasuk menjaga keselamatan pasien dan dokter gigi," ucapnya.

Sementara itu, Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Arief Bakhtiar SpP(K) menambahkan untuk menjaga kewaspadaan profesi kedokteran gigi agar tidak tertular virus atau penyakit menular. 

Salah satu nya adalah manajemen lingkungan atau setting ruang dokter yang rata-rata tertutup. Terlebih, dokter gigi berhadapan langsung dengan mulut pasien.

"Dari mulut pasien ini bisa terjadi penularan secara airborne (lewat udara), droplet (percikan) atau bahkan kontak. Artinya dokter gigi sangat rentan tertular penyakit dari saluran nafas ataupun daerah sekitar rongga mulut," katanya.

Karena itu, kewaspadaan bisa dilakukan dengan pengedalian secara administratif, pengendalian lingkungan dan perlindungan dengan menggunakan APD (alat pelindung diri).

Termasuk juga mendeteksi klinis dengan bertanya kepada pasien soal riwayat penyakit.

"Dalam prinsip pengendalian lingkungan  untuk penyakit menular ini ada prinsip delusi (pengenceran udara), prinsip filtrasi dan prinsip desinfeksi," tuturnya.

Sementara terkait prinsip-prinsip delusi dalam penularan airborne, kata Arief, bisa menggunakan penataan udara.

"Jadi jangan sampai udara tertutup. Harus ada sirkulasi udara bisa disiasati juga menggunakan kipas angin. Sebab, dengan adanya delusi ini konsentrasi kuman atau virus menjadi lebih sedikit dan encer sehingga sulit untuk tumbuh," tuturnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020