Para remaja di Jawa Timur berkolaborasi untuk membuat terobosan dalam pemenuhan gizi bagi anak lewat program Pembaharu Gerakan Gizi (Saya PEMBERANI) yang digelar Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Ashoka Indonesia. 

Pada program Saya PEMBERANI yang digelar di SMA Khadijah Surabaya, Kamis, lima siswa sekolah tersebut membuat aplikasi gizi sehat yang bernama "Care With Straat Kinderen" untuk menyelamatkan asupan gizi bagi anak di sekolah.

Siswa SMA Khadijah itu terdiri dari Sabillah Nur Fitriyanah, Islah Farah, Citra Rossalia, Rohmah Minka, Ananta Daffa, M Ilham Arifin dan Reyhan Dani Indrianto

"Aplikasi Care With Straat Kinderen ini memberikan donasi makanan bergizi bagi anak jalanan yang ada di Kota Pahlawan. Karena dalam aplikasi kami bisa tahu makanan yang bergizi yang dijual di kantin-kantin sekolah," kata salah satu siswa SMA Khadijah, Citra Rossalia.

Ia melanjutkan, dalam aplikasi itu semua jenis makanan yang dijual di kantin sekolah akan terdata. Bahan makanan serta kandungan yang ada di dalamnya pun akan tertera dengan jelas. Sehingga siswa yang mau membeli makanan itu mengetahui kebutuhan gizi yang bisa diperolehnya.

"Sejak dulu jajanan sekolah selalu dipersepsikan kurang gizi. Kalau ada data yang jelas, kami bisa mengetahui makanan yang akan dibeli," ucapnya.

Para siswa ini pun bekerja sama dengan pihak koperasi sekolah yang membawai kantin-kantin yang menjual makanan. Termasuk para produsen jajanan itu yang wajib menyantumkan bahan yang dipakai untuk membuat jajanan tersebut.

"Aplikasi ini nanti akan terus dikembangkan untuk bisa dipakai di berbagai sekolah yang ada di Surabaya. Sehingga mereka bisa menjaga asupan gizi yang dibutuhkan bagi anak-anak di sekolah," ujarnya.

Selain itu, aplikasi ini juga memberikan bantuan permakanan bagi anak-anak jalanan. Caranya, mereka membagi sisa keuntungan dari koperasi atau kantin sekolah. Keuntungan itu akan dibelanjakan berupa makanan bergizi yang diberikan pada anak-anak jalanan.

"Misalnya ada keuntungan Rp500, maka Rp300 akan disisihkan untuk anak jalanan. Sisanya Rp100 dipakai untuk pengembangan sistem aplikasi dan Rp100 lainnya diberikan poin pada siswa tersebut," ujar siswa lainnya, Sabillah Nur Fitriyanah.

Dengan cara ini, para siswa di sekolah juga memiliki gerakan untuk berbagi dengan sesama. Mereka bisa melihat secara real time bantuan yang diberikan pada anak-anak jalanan.

"Para orang tua juga bisa melihat konsumsi jajanan yang dimakan anaknya melalui aplikasi ini," tuturnya.  

Country Director GAIN Ravi K. Menon mengungkapkan, program Saya PEMBERANI digelar berawal dari kekhawatiran akan banyaknya anak muda di Indonesia yang memiliki masalah gizi.

"Dari data yang ada, seperempat remaja putri berusia 15-24 tahun memiliki anemia, kemudian 34 persen remaja laki-laki dan perempuan memiliki gizi lebih dan obesitas," ujarnya.

Saya PEMBERANI adalah sebuah usaha untuk menggiatkan semangat perubahan bersama dengan para remaja untuk perbaikan pola makan dan lingkungan makanan yang lebih baik di Indonesia.

Program ini, kata Ravi, menargetkan remaja usia 12-20 tahun sebagai aktor sosial yang penting untuk mendorong perubahan di masyarakat demi kebaikan semua.

"Saya PEMBERANI mengidentifikasi remaja yang termotivasi dan terinspirasi untuk ikut andil untuk mengerakkan perubahan sosial terkait dengan gizi terutama di Kota Surabaya dan Kabupaten Jember dan di Jatim," kata dia.

Menurut dia, sebanyak 25 tim terpilih sudah diundang ke Jakarta untuk menghadiri Rangkaian Kegiatan Puncak Program Saya PEMBERANI pada tanggal 23-25 Februari 2020 yang meliputi lokakarya peningkatan kapasitas remaja untuk penajaman ide, dan presentasi akhir di depan panel juri yang terdiri dari pakar dan pemangku kepentingan di bidang gizi.

Selain itu, sebanyak 10 ide terbaik sudah dipilih dan mendapatkan dukungan finansial dan pengembangan kapasitas selama enam bulan ke depan. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020