Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menganggarkan dana sebesar Rp3 miliar untuk perbaikan sejumlah fasilitas umum di kawasan objek wisata Monumen Kresek guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata sejarah tersebut.

Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Madiun Isbani mengatakan penataan monumen yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu itu merupakan program prioritasnya. Pembangunannya akan dilakukan pada 2020.

"Anggaran yang disiapkan mencapai Rp3 miliar. Penataan ini juga salah satu bentuk upaya pemkab dalam mempersiapkan diri menyambut pembangunan kawasan wisata di Selingkar Wilis," ujar Isbani kepada wartawan di Madiun,  Sabtu.

Menurut dia, anggaran tersebut akan digunakan untuk penataan pada sejumlah fasilitas seperti pembangunan kios baru bagi pedagang kuliner dan oleh-oleh di lokasi tersebut, serta pendirian masjid, perluasan lahan parkir, pembangunan loket masuk, taman, dan toilet.

Kawasan Monumen Kresek termasuk salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Madiun. Karena itu, pemda setempat telah menyusun rencana penataan untuk mempercantik objek wisata sejarah tersebut.

Nantinya, wisata sejarah tentang peringatan para korban keganasan pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 itu akan dijadikan satu paket dengan penambahan wisata kuliner dan cendera mata.

Ia menjelaskan, upaya perbaikan tersebut juga dalam rangka menjawab peluang wisata yang ada, sebab kawasan Monumen Kresek itu juga telah masuk sebagai kawasan strategis pengembangan pariwisata (KSPP) Provinsi Jatim.

"Fokus kami menyambut program nasional itu, salah satunya adalah dengan memaksimalkan potensi di Monumen Kresek yang ada," katanya.

Ia menambahkan, penataan tidak hanya menyangkut soal infrastruktur, namun juga untuk optimalisasi di bidang sumber daya manusia (SDM).

Pihaknya ingin penataan yang akan dilakukan Pemkab Madiun di kawasan Monumen Kresek nantinya bisa mengubah pandangan masyarakat tentang stigma menakutkan dan negatif tentang PKI di Madiun.

"Kami ingin meluruskan kesan negatif dengan keberadaan pemandu wisata sejarah, bahwa pelaku-pelaku pemberontakan PKI pada saat itu bukan orang asli Madiun. Kami ingin angkat sisi sejarahnya, bukan negatifnya," katanya.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020