Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bersama sekitar 150 pelaku wisata setempat menyepakati pengembangan pariwisata di Pulau Tabuhan mengedepankan konservasi dan sekaligus memastikan dampak ekonomi dapat dirasakan langsung oleh warga.

Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Mujiono menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para pelaku wisata yang sejak beberapa tahun terakhir telah bergotong-royong bersama memajukan pariwisata di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.

"Terima kasih atas dukungannya. Tentu ini akan memperkuat komitmen kita bersama bahwa pengembangan Pulau Tabuhan harus berdampak pada kesejahteraan warga dan memastikan konservasi bisa dijalankan dengan baik," kata Mujiono, saat berdiskusi dengan 150 orang perwakilan pelaku wisata di Banyuwangi, Selasa.

Menurut ia, rencana pengembangan pariwisata di Pulau Tabuhan telah dimulai sejak 2015 dan sempat ada investor swasta dari Italia yang tertarik mengembangkannya. Namun, batal dilakukan setelah pihak swasta tersebut mengetahui mahalnya pengembangan pulau untuk wisata.

Kemudian, lanjut dia, muncul EBD Paragon pada tahun 2019 dan menawarkan untuk investasi di Pulau Tabuhan melalui perjanjian sewa.

"Kami melihat track record yang bagus dari perusahaan ini. EBD Paragon juga dipercaya pemerintah pusat menjadi salah satu pengembang kawasan wisata Mandalika di NTB, dan Labuan Bajo," ucapnya.

Mujiono mengatakan, dengan hadirnya EBD Paragon yang akan berinvestasi di Pulau Tabuhan, sudah sesuai dengan keinginan pemerintah daerah dan pelaku wisata setempat.

"Sebagaimana pengembangan wisata di tempat lain, ujungnya adalah ekonomi warga lokal dan dengan tetap menjunjung kearifan lokal, termasuk melakukan konservasi," tuturnya.

Karena saat ini baru tahap penandatanganan nota kesepahaman antara Pemkab Banyuwangi dan pihak investor, katanya, maka apa yang menjadi keinginan nelayan dan masyarakat nanti akan dimasukkan ke dalam perjanjian kerja sama (PKS) antara Pemkab Banyuwangi dan investor.

"Insya Allah jika pariwisata makin ramai, ekonomi warga akan semakin sejahtera," ujarnya.

Diskusi mengenai pengembangan Pulau Tabuhan ini, diikuti 150 orang perwakilan pelaku wisata di Banyuwangi, di antaranya kelompok sadar wisata (pokdarwis) Grand Watu Dodol, Pantai Cacalan, Pantai Cemara, Bangsring Underwater, Kampe, Bengkak, Pantai Boom, Pantai Mustika, Ringin Putih dan Pulau Merah, serta dari perwakilan Asosiasi Travel Masyarakat Pesisir Wongsorejo, Kelompok Usaha Jasa Penyeberangan dan kuliner pesisir.

Dalam diskusi itu, asosiasi pelaku wisata meminta Pemkab Banyuwangi agar mengakomodasi keinginan mereka terkait pengembangan Pulau Tabuhan, mulai soal konservasi hingga menggerakkan ekonomi lokal.

Para pelaku wisata meminta dalam pengembangan Pulau Tabuhan juga melibatkan kapal angkutan warga lokal, dan pembangunan pulau dilakukan dengan menggunakan perspektif laut, bukan daratan. Selain itu, agar aktivitas nelayan yang menjadikan Pulau Tabuhan sebagai area fishing ground utama bisa terlindungi.

"Kami juga berharap atraksi wisata seperti diving dan snorkeling langsung melibatkan kami. Kalau itu semua dipenuhi, kami semua akan bergandeng tangan dengan pengembang untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan setempat. Bahkan kami akan ikut menanam terumbu karang di sana (Pulau Tabuhan)," kata Ikhwan, salah seorang perwakilan pokdarwis. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020