Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat indeks tendensi konsumen (ITK) di wilayah setempat pada awal tahun 2020 kuartal pertama menurun menjadi 107,47 poin, dari kuartal sebelumnya sebesar 108,29 poin.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan di Surabaya, Selasa mengatakan penurunan ITK membuat penurunan optimisme konsumen, hal ini disebabkan pesimisnya konsumen terhadap pembelian barang tahan lama.
Meski menurun, Dadang mengatakan konsumen masih menaruh harapan untuk kuartal kedua tahun 2020, hal ini dikarenakan Indeks Pendapatan Mendatang (IPM) naik dari 110,88 poin pada kuartal keempat tahun 2019 menjadi 116,09 poin pada kuartal berikutnya.
"Fenomena ini ditengarai juga karena subsidi pemerintah yang dicairkan awal Januari 2020 dan akan berpengaruh pada IPM ke depan," katanya.
Dadang menyebutkan, subsidi pemerintah yang dicairkan awal Januari 2020 seperti bantuan sosial yang menyasar para penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Sejahtera dan dana desa.
"Pencairan bansos ini tidak bisa langsung dirasakan dan berbanding lurus dengan optimisme belanja konsumen, sebab indeks variabel optimisme belanja barang tahan lama hanya 92,43, atau menunjukkan pesimisme karena angkanya di bawah 100, hal ini karena pencairan bansos akan lebih banyak digunakan untuk keperluan pokok, seperti belanja kebutuhan makanan dan pendidikan," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah mengakui, optimisme pada awal tahun yang menurun akan membuka peluang kenaikan pada semester dua.
Hal itu didorong pengeluaran yang timbul dari pembelanjaan tengah tahun yang biasanya meningkat, di samping itu juga akan ada pendorong dari momentum peningkatan ekspor, peningkatan pertumbuhan industri.
"Pada kuartal kedua, daya beli masyarakat tidak hanya terbatas pada kebutuhan pokok saja, namun juga dapat melebar pada pembelian barang tahan lama. Oleh karena itu, pada tengah tahun bisa diharapkan optimisme konsumen maupun pelaku usaha akan terus membaik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan di Surabaya, Selasa mengatakan penurunan ITK membuat penurunan optimisme konsumen, hal ini disebabkan pesimisnya konsumen terhadap pembelian barang tahan lama.
Meski menurun, Dadang mengatakan konsumen masih menaruh harapan untuk kuartal kedua tahun 2020, hal ini dikarenakan Indeks Pendapatan Mendatang (IPM) naik dari 110,88 poin pada kuartal keempat tahun 2019 menjadi 116,09 poin pada kuartal berikutnya.
"Fenomena ini ditengarai juga karena subsidi pemerintah yang dicairkan awal Januari 2020 dan akan berpengaruh pada IPM ke depan," katanya.
Dadang menyebutkan, subsidi pemerintah yang dicairkan awal Januari 2020 seperti bantuan sosial yang menyasar para penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Sejahtera dan dana desa.
"Pencairan bansos ini tidak bisa langsung dirasakan dan berbanding lurus dengan optimisme belanja konsumen, sebab indeks variabel optimisme belanja barang tahan lama hanya 92,43, atau menunjukkan pesimisme karena angkanya di bawah 100, hal ini karena pencairan bansos akan lebih banyak digunakan untuk keperluan pokok, seperti belanja kebutuhan makanan dan pendidikan," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah mengakui, optimisme pada awal tahun yang menurun akan membuka peluang kenaikan pada semester dua.
Hal itu didorong pengeluaran yang timbul dari pembelanjaan tengah tahun yang biasanya meningkat, di samping itu juga akan ada pendorong dari momentum peningkatan ekspor, peningkatan pertumbuhan industri.
"Pada kuartal kedua, daya beli masyarakat tidak hanya terbatas pada kebutuhan pokok saja, namun juga dapat melebar pada pembelian barang tahan lama. Oleh karena itu, pada tengah tahun bisa diharapkan optimisme konsumen maupun pelaku usaha akan terus membaik," katanya.
Editor : Didik Kusbiantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020