Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang, Jawa Timur, sejak didirikan oleh KH Hasyim Asyari di tahun 1899, banyak melahirkan tokoh yang pemikirannya sangat berpengaruh di Tanah Air.
Ponpes Tebuireng kini masih diselimuti suasana duka setelah kepergian KH Salahudin Wahid.
Video oleh Hanif Nashrullah
Hari Sabtu, 8 Februari kemarin, tepat tujuh hari pengasuh Ponpes Tebuireng yang akrab disapa Gus Sholah itu wafat.
Peziarah terlihat terus berdatangan ke pemakaman yang berada di dalam kompleks ponpes terbesar di wilayah Kabupaten Jombang tersebut.
Pihak ponpes mencatat jumlah peziarah mencapai tujuh ribu orang per hari, yang datang bergelombang terhitung selama enam hari terakhir.
Para peziarah tersebut tidak hanya dari kalangan masyarakat yang datang dari berbagai daerah, melainkan juga para pejabat dan tokoh masyarakat.
Seperti terlihat kemarin, terdapat rombongan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Jawa Timur Partai Nasdem, selain juga rombongan pejabat dari Bank Indonesia yang hadir di antara ribuan peziarah.
Ponpes tertua
Ponpes Tebuireng Jombang adalah salah satu yang tertua dalam sejarah lembaga pendidikan Islam Indonesia.
KH Hasyim Asyari mendirikannya di tahun 1899 setelah pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka di Mekkah, Arab Saudi.
Beliau pula yang mendirikan organisasi massa (ormas) Islam terbesar "Nahdlatul Ulama". Namanya hingga kini abadi sebagai pahlawan nasional.
Konon, dusun di lokasi Ponpes Tebuireng yang berdiri sampai sekarang, dulunya adalah sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran, serta berbagai perilaku barbar lainnya di wilayah Kabupaten Jombang.
Hasyim Asyari bersama santri-santrinya kemudian secara bertahap berhasil merubah pola kehidupan masyarakat dusun tersebut dari semula berperilaku buruk menjadi lebih baik.
Seiring perubahan zaman, pondok pesantren ini banyak melahirkan tokoh yang pemikirannya sangat berpengaruh di Tanah Air.
Sebutlah salah satunya adalah Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur, yang merupakan putra dari Menteri Agama pertama RI Wahid Hasyim, dan tak lain adalah cucu Hasyim Asyari.
Perjuangan Gus Dur yang semasa hidupnya menanamkan pluralisme di Indonesia sangat jelas diteruskan oleh adik kandungnya Gus Sholah, yang wafat pada 2 Februari lalu.
Niscaya tokoh-tokoh berpengaruh lainnya masih akan bermunculan dari para santri yang saat ini sedang menuntut ilmu di Ponpes Tebuireng Jombang, begitu menurut penilaian para politisi yang duduk di kepengurusan DPP dan DPW Jawa Timur Partai Nasdem saat dikonfirmasi usai bersilaturahim dengan Keluarga Besar Hasyim Asyari di sela bertakziah ke makam Gus Sholah.
"Tadi saya dengar sendiri dari Gus Kikin, betapa suksesi di Ponpes Tebuireng sudah dipersiapkan sejak dini. Jadi kami yakin Tebuireng kedepan, sepeninggal Gus sholah, akan tetap berjaya dan terus mengembangkan nila- nilai pendidikan, moral dan kebangsaan," ujar Ketua DPP Partai Nasdem Bidang Media dan Komunikasi Publik Charles Meikyansah, saat dikonfirmasi usai berziarah ke Makam Gus Sholah
Santri berkualitas
Gus Kikin adalah sapaan akrab KH Abdul Hakim Mahfudz. Cicit KH Hasyim Asyari itu dipercaya sebagai Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang yang telah ditunjuk semasa Gus Sholah masih hidup melalui musyawarah keluarga yang dirasa sangat demokratis di tahun 2016.
"Sebelumnya saya adalah Wakil Gus Sholah, yaitu sebagai Wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng. Sekarang saya dipercaya untuk menggantikan beliau," ucapnya saat dikonfirmasi di sela peringatan tujuh hari wafatnya Gus Sholah di Jombang, Sabtu.
Di raut wajahnya terpancar optimisme bahwa kedepan mampu mencetak santri-santri Tebuireng yang berkualitas seperti Gus Dur dan Gus Sholah lainnya, yang akan selalu mengembangkan nilai-nilai pendidikan, moral dan kebangsaan di negeri ini.
"Sebetulnya garis kurikulum pendidikan yang kita jalankan di Ponpes Tebuireng ini memang sudah diletakkan oleh pendiri KH Hasyim Asyari. Kita akan melanjutkan itu terutama di pendidikan, kemudian bagaimana menetapkan moral dan akhlak para santri. Itu yang sekarang kita angkat kembali, terutama bagaimana anak-anak harus ditingkatkan akhlaknya dan mengasah kebangsaannya," ujarnya.
Sebagaimana Gus Kikin telah dipersiapkan untuk menggantikan Gus Sholah sebagai pengasuh Ponpes Tebuireng sejak 2016, dia kini siap mengasah santri-santrinya agar kedepan dapat memberi pengaruh positif bagi masyarakat Indonesia yang lebih baik. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Ponpes Tebuireng kini masih diselimuti suasana duka setelah kepergian KH Salahudin Wahid.
Video oleh Hanif Nashrullah
Hari Sabtu, 8 Februari kemarin, tepat tujuh hari pengasuh Ponpes Tebuireng yang akrab disapa Gus Sholah itu wafat.
Peziarah terlihat terus berdatangan ke pemakaman yang berada di dalam kompleks ponpes terbesar di wilayah Kabupaten Jombang tersebut.
Pihak ponpes mencatat jumlah peziarah mencapai tujuh ribu orang per hari, yang datang bergelombang terhitung selama enam hari terakhir.
Para peziarah tersebut tidak hanya dari kalangan masyarakat yang datang dari berbagai daerah, melainkan juga para pejabat dan tokoh masyarakat.
Seperti terlihat kemarin, terdapat rombongan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Jawa Timur Partai Nasdem, selain juga rombongan pejabat dari Bank Indonesia yang hadir di antara ribuan peziarah.
Ponpes tertua
Ponpes Tebuireng Jombang adalah salah satu yang tertua dalam sejarah lembaga pendidikan Islam Indonesia.
KH Hasyim Asyari mendirikannya di tahun 1899 setelah pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka di Mekkah, Arab Saudi.
Beliau pula yang mendirikan organisasi massa (ormas) Islam terbesar "Nahdlatul Ulama". Namanya hingga kini abadi sebagai pahlawan nasional.
Konon, dusun di lokasi Ponpes Tebuireng yang berdiri sampai sekarang, dulunya adalah sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran, serta berbagai perilaku barbar lainnya di wilayah Kabupaten Jombang.
Hasyim Asyari bersama santri-santrinya kemudian secara bertahap berhasil merubah pola kehidupan masyarakat dusun tersebut dari semula berperilaku buruk menjadi lebih baik.
Seiring perubahan zaman, pondok pesantren ini banyak melahirkan tokoh yang pemikirannya sangat berpengaruh di Tanah Air.
Sebutlah salah satunya adalah Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur, yang merupakan putra dari Menteri Agama pertama RI Wahid Hasyim, dan tak lain adalah cucu Hasyim Asyari.
Perjuangan Gus Dur yang semasa hidupnya menanamkan pluralisme di Indonesia sangat jelas diteruskan oleh adik kandungnya Gus Sholah, yang wafat pada 2 Februari lalu.
Niscaya tokoh-tokoh berpengaruh lainnya masih akan bermunculan dari para santri yang saat ini sedang menuntut ilmu di Ponpes Tebuireng Jombang, begitu menurut penilaian para politisi yang duduk di kepengurusan DPP dan DPW Jawa Timur Partai Nasdem saat dikonfirmasi usai bersilaturahim dengan Keluarga Besar Hasyim Asyari di sela bertakziah ke makam Gus Sholah.
"Tadi saya dengar sendiri dari Gus Kikin, betapa suksesi di Ponpes Tebuireng sudah dipersiapkan sejak dini. Jadi kami yakin Tebuireng kedepan, sepeninggal Gus sholah, akan tetap berjaya dan terus mengembangkan nila- nilai pendidikan, moral dan kebangsaan," ujar Ketua DPP Partai Nasdem Bidang Media dan Komunikasi Publik Charles Meikyansah, saat dikonfirmasi usai berziarah ke Makam Gus Sholah
Santri berkualitas
Gus Kikin adalah sapaan akrab KH Abdul Hakim Mahfudz. Cicit KH Hasyim Asyari itu dipercaya sebagai Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang yang telah ditunjuk semasa Gus Sholah masih hidup melalui musyawarah keluarga yang dirasa sangat demokratis di tahun 2016.
"Sebelumnya saya adalah Wakil Gus Sholah, yaitu sebagai Wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng. Sekarang saya dipercaya untuk menggantikan beliau," ucapnya saat dikonfirmasi di sela peringatan tujuh hari wafatnya Gus Sholah di Jombang, Sabtu.
Di raut wajahnya terpancar optimisme bahwa kedepan mampu mencetak santri-santri Tebuireng yang berkualitas seperti Gus Dur dan Gus Sholah lainnya, yang akan selalu mengembangkan nilai-nilai pendidikan, moral dan kebangsaan di negeri ini.
"Sebetulnya garis kurikulum pendidikan yang kita jalankan di Ponpes Tebuireng ini memang sudah diletakkan oleh pendiri KH Hasyim Asyari. Kita akan melanjutkan itu terutama di pendidikan, kemudian bagaimana menetapkan moral dan akhlak para santri. Itu yang sekarang kita angkat kembali, terutama bagaimana anak-anak harus ditingkatkan akhlaknya dan mengasah kebangsaannya," ujarnya.
Sebagaimana Gus Kikin telah dipersiapkan untuk menggantikan Gus Sholah sebagai pengasuh Ponpes Tebuireng sejak 2016, dia kini siap mengasah santri-santrinya agar kedepan dapat memberi pengaruh positif bagi masyarakat Indonesia yang lebih baik. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020