Petrokimia Gresik pada tahun 2019 membukukan laba Rp1,2 triliun atau 100 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun ini (anaudited), dengan kinerja keuangan total meraih pendapatan sebesar Rp29 triliun.

"Walaupun sebagian pabrik telah berusia lebih dari 25 tahun, melalui berbagai upaya yang dilakukan, kami berhasil menjaga produktivitasnya tetap baik," kata Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi di Gresik, Jawa Timur, Selasa.

Pada acara Tasyakuran Kinerja Produksi Tahun 2019, Rahmad juga menyampaikan bahwa perusahaan berhasil menutup tahun dengan capaian produksi pupuk sebesar 4,61 juta ton atau 99 persen dari RKAP 2019, sedangkan untuk produksi nonpupuk menembus angka 3 juta ton atau 105 persen dari RKAP 2019.



Ia mengakui pabrik yang telah berusia tersebut menjadi tantangan strategis perusahan, di samping tantangan strategis lainnya, seperti kondisi ekonomi-politik global, ketersediaan gas, pengalihan subsidi pupuk, dan sebagainya.

"Kami menyikapinya dengan menggagas program Transformasi Bisnis Petrokimia Gresik (TBPG) yang telah dijalankan sejak awal tahun 2019, dimana salah satu program utamanya adalah efisiensi produksi untuk mengubah tantangan menjadi kesempatan untuk meningkatkan keandalan perusahaan," katanya.

Dengan tantangan itu juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan kompetensi dan menambah jam terbang perusahaan dalam mengoperasikan mesin-mesin pabrik.

Memasuki tahun 2020, Petrokimia tetap berkomitmen mendukung pemenuhan alokasi pupuk subsidi nasional penugasan pemerintah, sekaligus memperkuat posisi perusahaan di pasar komersil, baik domestik maupun ekspor.

"Selain penugasan pemerintah melalui pupuk subsidi, Petrokimia Gresik juga tengah serius menggarap pasar pupuk komersil," ujar Rahmad.



Hal ini, kata Rahmad, mengingat adanya wacana pengalihan subsidi pupuk oleh pemerintah. Sehingga Petrokimia Gresik harus siap bersaing dengan produk pupuk komersil lainnya.

"Kekuatan Petrokimia Gresik di sektor pupuk komersil adalah kemampuan dalam memenuhi kebutuhan spesifik konsumen, baik spesifik lokasi maupun komoditi," katanya.

Rahmad optimistis Petrokimia mampu memperluas pangsa pasar pupuk komersil, terutama untuk jenis pupuk NPK di mana perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia, yaitu 2,7 juta ton per tahun.



Selain itu, Petrokimia Gresik juga telah berpengalaman hampir 20 tahun dalam memproduksi dan memasarkan pupuk NPK.

"Untuk pupuk NPK subsidi market share kami sekitar 85 persen, namun sektor retail komersil masih 10 hingga 15 persen. Kami ingin memperkuat di sektor retail komersil, karena peluangnya masih sangat besar,” ujarnya.

Selain produk pupuk, Petrokimia Gresik juga memiliki rangkaian produk lainnya seperti benih, pembenah tanah, dekomposer, probiotik, serta didukung anak perusahaan (Petrosida Gresik dan Petrokimia Kayaku) yang memiliki kompetensi dalam pengendalian hama.

"Sehingga pengawalan Petrokimia Gresik sangat lengkap, sesuai dengan asanya untuk menjadi solusi bagi sektor agroindustri," tutur Rahmad, menjelaskan. (*)
 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019