Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono meminta pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kota Pahlawan, Jawa Timur, mengoptimalkan anggaran kelurahan dengan memanfaatkan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kelurahan untuk usul pembangunan.

"Plot anggaran kelurahan harus melalui rembuk pengurus kampung dan lurah, dalam forum Musrenbang Kelurahan. Maka, saran saya, manfaatkan forum Musrenbang untuk usul pembangunan yang menjadi aspirasi warga," kata Adi Sutarwijono di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, pada tahun 2020, di Kota Surabaya sudah digelontorkan anggaran kelurahan sebesar Rp576 miliar. Nilai tersebur merupakan 5 persen dari APBD tahun 2020 sebesar Rp10,3 triliun.

Anggaran itu, lanjut dia, dibagi 154 kelurahan, sehingga diproyeksikan per kelurahan rata-rata Rp3,5 miliar sampai Rp4 miliar. Jika anggaran itu dibagi jumlah RW, maka per RW kebagian pagu anggaran Rp300 juta sampai Rp400 juta.

Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya ini juga kembali mengingatkan bahwa pada tahun 2020, honor Ketua RT, Ketua RW dan Ketua LPMK di Kota Surabaya bakal naik Rp100 ribu sebulan. Untuk honor Ketua RT Rp500 ribu sebulan, Ketua RW Rp600 ribu dan Ketua LPMK Rp700 ribu.

"Itu sudah disepakati DPRD bersama Wali Kota Bu Risma dalam pengesahan APBD Surabaya 2020 pada 10 November 2019," kata Adi.

Selain itu, Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono berharap pengurus RT, RW, dan LPMK bisa terampil memimpin kampung dan sabar dalam mendampingi apa pun persoalan warga. Hal Itu disampaikan Adi Sutarwijono dalam acara pisah-sambut Ketua RW 02 Kelurahan Kedungbaruk, Kecamatan Rungkut, Senin (30/12) malam.

"Yang sabar ngemong warga. Bekerja dengan baik dan benar saja, masih ada yang maido (mencela karena tidak percaya). Apalagi kalau salah. Jadi, yang sabar," kata Adi.

Acara tersebut dihadiri Lurah Kedungbaruk Fajar Basuki, Ketua LPMK Sugiono dan Ketua-Ketua RW di wilayah Kedungbaruk, Ketua-Ketua RT, ibu-ibu kader PKK dan pemantau jentik, serta warga setempat. Juga hadir Babinsa dan Babinkamtibmas Kedungbaruk.

Adi mengutip ajaran kepemimpinan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro yakni "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo bangun karso, tut wuri handayani".

"Di depan, bisa menjadi teladan. Di tengah-tengah bisa membangun kehendak bersama, semangat bersama dan di belakang, bisa rendah hati mengikuti kehendak warga," ujarnya.

Adi mengaku banyak mendengar berbagai suka-duka menjadi Ketua RT dan Ketua RW di kampung. Apalagi menghadapi berbagai macam watak warga.

"Menjadi Ketua RT, Ketua RW, juga Ketua LPMK tidak bisa terlalu kencang atau keras. Juga tidak bisa terlalu kendor, acuh tak acuh. Jadi, secara terampil, harus terus-menerus mencari setelan yang pas, seperti kalau gitaris sedang menyetel senar gitarnya. Jadi, kalau tidak didasari jiwa pengabdian, melayani warga, tidak mungkin bakal tahan memimpin warga," kata Adi. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019