Festival Kuwung di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan digelar pada Sabtu (7/12) malam dan menghadirkan beragam budaya khas Banyuwangi serta budaya beberapa kabupaten lain bahkan dari Jembrana (Bali) dan Provinsi Kalimantan Timur.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jumat, mengatakan Festival Kuwung merupakan salah satu ajang festival tertua di Banyuwangi, dan festival ini digelar untuk menampilkan beragam budaya Banyuwangi dalam sebuah parade seni budaya.
"Festival Kuwung adalah etalase kebudayaan dan seni asli Banyuwangi. Festival ini dihadirkan untuk menjadi panggung eksistensi seni dan budaya asli Banyuwangi yang beragam untuk tetap lestari," kata Bupati Anas.
Festival budaya yang akan digelar malam hari ini, lanjutnya, sebagaimana maknanya kuwung adalah pelangi. Festival ini akan menjadikan suasana malam di Banyuwangi bagaikan bertabur warna.
"Kostum beraneka warna yang dikenakan, berbagai alat musik tradisional Banyuwangi yang digunakan hingga lampu hias warna-warni yang semakin menyemarakkan parade tersebut," papar Anas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda mengatakan bahwa tahun ini Festival Kuwung mengangkat tema Gumelare Bumi Blambangan atau hamparan Bumi Blambangan. Segala potensi seni dan budaya yang ada di Banyuwangi ditampilkan dalam bentuk tarian dan sebuah cerita.
Menurut ia, parade seni ini akan dibagi dalam dua kelompok besar, masing-masing tim menggelar sub-sub tema yang menggambarkan potensi wilayahnya. Kelompok pertama membawakan legenda Gontang Gelintang, yakni tentang asal-usul Desa Gintangan.
"Ini terkait kisah dibukanya lahan hutan untuk pemukiman penduduk. Namun dalam perjalanannya, timbul konflik antara manusia dan mahluk astral penunggu hutan tersebut, yang diakhiri dengan persetujuan bahwa jin mau menyingkir asalkan manusia mengganti pohon-pohon yang ditebang dengan menanam pohon Gontang di tepi-tepi sungai, yang kini dikenal dengan Gintangan," kata Bramuda.
Kelompok kedua, lanjutnya, akan tampil dengan menampilkan sejarah Berengos Perada Bara di Rajeg Wesi. Lalu kelompok berikutnya mengangkat tradisi "Mongso Ketigo" yang diikuti kelompok mengangkat kisah Tutur Ki Wongsokaryo menyusul.
"Sebagai penutup, pertunjukan agrowisata "Semriwing Kembang Kopi" yang diinspirasi dengan melimpahnya kekayaan kopi Banyuwangi," ujarnya.
Parade seni-budaya ini akan diawali dari depan Kantor Pemkab Banyuwangi hingga finis di Taman Blambangan.
"Kabupaten lain juga menampilkan seni budaya khasnya masing-masing. Wisatawan akan dimanjakan dengan puluhan tontonan ragam seni budaya," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jumat, mengatakan Festival Kuwung merupakan salah satu ajang festival tertua di Banyuwangi, dan festival ini digelar untuk menampilkan beragam budaya Banyuwangi dalam sebuah parade seni budaya.
"Festival Kuwung adalah etalase kebudayaan dan seni asli Banyuwangi. Festival ini dihadirkan untuk menjadi panggung eksistensi seni dan budaya asli Banyuwangi yang beragam untuk tetap lestari," kata Bupati Anas.
Festival budaya yang akan digelar malam hari ini, lanjutnya, sebagaimana maknanya kuwung adalah pelangi. Festival ini akan menjadikan suasana malam di Banyuwangi bagaikan bertabur warna.
"Kostum beraneka warna yang dikenakan, berbagai alat musik tradisional Banyuwangi yang digunakan hingga lampu hias warna-warni yang semakin menyemarakkan parade tersebut," papar Anas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda mengatakan bahwa tahun ini Festival Kuwung mengangkat tema Gumelare Bumi Blambangan atau hamparan Bumi Blambangan. Segala potensi seni dan budaya yang ada di Banyuwangi ditampilkan dalam bentuk tarian dan sebuah cerita.
Menurut ia, parade seni ini akan dibagi dalam dua kelompok besar, masing-masing tim menggelar sub-sub tema yang menggambarkan potensi wilayahnya. Kelompok pertama membawakan legenda Gontang Gelintang, yakni tentang asal-usul Desa Gintangan.
"Ini terkait kisah dibukanya lahan hutan untuk pemukiman penduduk. Namun dalam perjalanannya, timbul konflik antara manusia dan mahluk astral penunggu hutan tersebut, yang diakhiri dengan persetujuan bahwa jin mau menyingkir asalkan manusia mengganti pohon-pohon yang ditebang dengan menanam pohon Gontang di tepi-tepi sungai, yang kini dikenal dengan Gintangan," kata Bramuda.
Kelompok kedua, lanjutnya, akan tampil dengan menampilkan sejarah Berengos Perada Bara di Rajeg Wesi. Lalu kelompok berikutnya mengangkat tradisi "Mongso Ketigo" yang diikuti kelompok mengangkat kisah Tutur Ki Wongsokaryo menyusul.
"Sebagai penutup, pertunjukan agrowisata "Semriwing Kembang Kopi" yang diinspirasi dengan melimpahnya kekayaan kopi Banyuwangi," ujarnya.
Parade seni-budaya ini akan diawali dari depan Kantor Pemkab Banyuwangi hingga finis di Taman Blambangan.
"Kabupaten lain juga menampilkan seni budaya khasnya masing-masing. Wisatawan akan dimanjakan dengan puluhan tontonan ragam seni budaya," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019