Hama ulat jenis baru yang diidentifikasi berasal dari Amerika, Fall Armyworm (FAW) atau ulat tentara, mulai menyerang belasan hektare tanaman jagung petani di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Koordinator POPT Dinas Pertanian Tulungagung Gatot Rahayu di Tulungagung, Senin, mengungkapkan, ulat tentara yang memiliki nama latin Spidoptera frugiperda ini ditemukan di hampir semua wilayah pertanian jagung di Tulungagung.
Meski dampak serangan hama mirip ulat grapyak ini belum fatal menyebabkan gagal panen dalam skala besar, namun dinas pertanian perlu melakukan langkah antisipasi.
"Itu (ulat) menyerang titik tumbuh pangkal bagian atas tanaman," ujar Gatot Rahayu.
Gatot menjelaskan, di wilayahnya yang sudah teridentifikasi serangan ulat tentara secara masif ada di Kecamatan Kalidawir dan Rejotangan. Tiga kecamatan lainnya yakni Ngunut, Pakel, dan Bandung, meski terserang, namun belum begitu parah.
"Dari lima kecamatan luasnya sekitar 5,48 hektare," ungkapnya.
Secara kasat mata, ulat ini tampak di daun jagung. Daun yang diserang oleh ulat ini akan robek-robek.
Lantaran menyerang daun, Distan Tulungagung akan menggunakan varietas jagung lainnya yang berdaun lebih kaku.
Tahun sebelumnya belum pernah ditemukan serangan ulat jenis ini di Kabupaten Tulungagung.
Serangan hama ulat spesies baru itu sebenarnya sudah pernah dilaporkan oleh petani pada awal Maret 2019.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh dinas pertanian untuk meminimalisasi dampak dari serangan Ulat itu. Termasuk dengan memerintahkan petani untuk menanam jagung secara serempak dan mengondisikan ekosistem yang bagus.
Namun, upaya itu terkendala dengan banyaknya lahan yang bukan milik pribadi atau sewa, sehingga petani hanya berfikir untuk mencari keuntungan dari tanamannya tanpa melihat dampaknya.
Setelah mengalami pupa atau menjadi kepompong, ulat ini nantinya akan berubah menjadi ngengat berwarna coklat.
Ulat ini mempunyai musuh alami seperti burung kutilang sebagai predator atau menggunakan mikroba seperti lekanisium dan metarisium.
"Itu (mikro organisme) penyakit yang bisa untuk membasmi hama," katanya.
Menurut ia, ulat jenis ini telah mewabah dari Benua Amerika pada tahun 2016, masuk ke Benua Afrika dan menyebar di wilayah Asia hingga kini sudah masuk ke Indonesia.
FAW atau Spidoptera frugiperda merupakan salah satu jenis ulat grayak yang mempunyai jelajah tinggi. Bahkan imago-nya bisa terbang jauh, bahkan jika terbawa angin bisa mencapai 100 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Koordinator POPT Dinas Pertanian Tulungagung Gatot Rahayu di Tulungagung, Senin, mengungkapkan, ulat tentara yang memiliki nama latin Spidoptera frugiperda ini ditemukan di hampir semua wilayah pertanian jagung di Tulungagung.
Meski dampak serangan hama mirip ulat grapyak ini belum fatal menyebabkan gagal panen dalam skala besar, namun dinas pertanian perlu melakukan langkah antisipasi.
"Itu (ulat) menyerang titik tumbuh pangkal bagian atas tanaman," ujar Gatot Rahayu.
Gatot menjelaskan, di wilayahnya yang sudah teridentifikasi serangan ulat tentara secara masif ada di Kecamatan Kalidawir dan Rejotangan. Tiga kecamatan lainnya yakni Ngunut, Pakel, dan Bandung, meski terserang, namun belum begitu parah.
"Dari lima kecamatan luasnya sekitar 5,48 hektare," ungkapnya.
Secara kasat mata, ulat ini tampak di daun jagung. Daun yang diserang oleh ulat ini akan robek-robek.
Lantaran menyerang daun, Distan Tulungagung akan menggunakan varietas jagung lainnya yang berdaun lebih kaku.
Tahun sebelumnya belum pernah ditemukan serangan ulat jenis ini di Kabupaten Tulungagung.
Serangan hama ulat spesies baru itu sebenarnya sudah pernah dilaporkan oleh petani pada awal Maret 2019.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh dinas pertanian untuk meminimalisasi dampak dari serangan Ulat itu. Termasuk dengan memerintahkan petani untuk menanam jagung secara serempak dan mengondisikan ekosistem yang bagus.
Namun, upaya itu terkendala dengan banyaknya lahan yang bukan milik pribadi atau sewa, sehingga petani hanya berfikir untuk mencari keuntungan dari tanamannya tanpa melihat dampaknya.
Setelah mengalami pupa atau menjadi kepompong, ulat ini nantinya akan berubah menjadi ngengat berwarna coklat.
Ulat ini mempunyai musuh alami seperti burung kutilang sebagai predator atau menggunakan mikroba seperti lekanisium dan metarisium.
"Itu (mikro organisme) penyakit yang bisa untuk membasmi hama," katanya.
Menurut ia, ulat jenis ini telah mewabah dari Benua Amerika pada tahun 2016, masuk ke Benua Afrika dan menyebar di wilayah Asia hingga kini sudah masuk ke Indonesia.
FAW atau Spidoptera frugiperda merupakan salah satu jenis ulat grayak yang mempunyai jelajah tinggi. Bahkan imago-nya bisa terbang jauh, bahkan jika terbawa angin bisa mencapai 100 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019