Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan Museum Pendidikan di Jalan Genteng Kali, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin, bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional tahun 2019.
"Ternyata Tuhan mengabulkan doa saya. Dengan dibantu Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN), tanah bekas asing China ini sekarang sudah bisa dikelola pemkot. Saya ingin anak-anak tahu betapa beratnya pendidikan pada masa itu," kata Wali Kota Risma saat peresmian Museum Pendidikan tersebut.
Peresmian itu ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan melati di pintu masuk Museum Pendidikan. Saat itu, Wali Kota Risma juga sempat berkeliling menyaksikan 860 koleksi di museum baru tersebut.
Satu per satu ruangan eks-Taman Siswa itu dilihat oleh Wali Kota Risma. Bahkan, tak jarang ia memegang beberapa koleksi Museum Pendidikan sembari mengingat masa lalunya.
Dalam kesempatan itu, hadir pula jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, tim cagar budaya serta kepala sekolah dan guru SD-SMP se Kota Surabaya.
Risma mengatakan sebenarnya gedung eks Taman Siswa itu sudah ditaksir sejak lama untuk dijadikan museum. Bahkan, ia memastikan tak ada satu pun yang diubah dari bentuk aslinya, yang dilakukan pemkot hanya memperbaiki.
Menurut dia, dengan adanya museum ini, pihaknya ingin memberikan tonggak kepada anak-anak generasi milenial bahwa pendidikan pada masa itu sangatlah berat. Itu alasan mengapa Museum Pendidikan ini dibuat dengan tujuan untuk mengerti perjuangan para pendahulu dalam menuntut ilmu yang dapat terekam dari benda-benda bersejarah itu.
"Kalau mereka tahu perjuangan zaman dahulu, maka anak-anak kita akan berjuang menggapai cita-citanya tanpa kenal putus asa dan tidak mengeluh," ujarnya.
Untuk koleksi, Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini menjelaskan sebanyak 860 koleksi di pajang di museum itu, mulai dari pendidikan masa lampau sampai pendidikan masa kini. Bahkan, dalam memperoleh barang kuno itu, Pemkot Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) mencarinya dari berbagai tempat di berbagai kota.
"Beberapa dari koleksi itu ada yang kita dapatkan dari Yogyakarta," ujarnya.
Menurut Risma, meskipun koleksi Museum Pendidikan itu belum lengkap, namun ia berkomitmen untuk terus berupaya memenuhi isi dari museum itu. "Ini belum lengkap memang. Tapi kami masih terus berusaha untuk melengkapinya," katanya.
Dari semua itu, wali kota yang juga menjabat Presiden United Cities and Local Government (UCLG) – Asia Pasific ini berharap nantinya anak-anak Surabaya dapat bersaing tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga di tingkat dunia.
"Makanya, mereka itu kita siapkan supaya tidak jadi penonton, karena itu kita persiapkan dengan betul," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti menjelaskan proses pengerjaan museum ini kurang lebih sekitar 4-5 bulan. Sebab, pembenahan bangunan kuno ini perlu banyak diskusi dengan tim cagar budaya agar tidak merusak esensi dari bangunan aslinya.
"Perlu ada diskusi mendalam dengan cagar budaya agar bentuk bangunannya tidak berubah," ujarnya.
Antiek memastikan bahwa Museum Pendidikan itu dibuka setiap hari untuk umum dan tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. "Museum ini dibuka untuk umum, setiap hari dari pagi pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB," katanya. (ADV)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Ternyata Tuhan mengabulkan doa saya. Dengan dibantu Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN), tanah bekas asing China ini sekarang sudah bisa dikelola pemkot. Saya ingin anak-anak tahu betapa beratnya pendidikan pada masa itu," kata Wali Kota Risma saat peresmian Museum Pendidikan tersebut.
Peresmian itu ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan melati di pintu masuk Museum Pendidikan. Saat itu, Wali Kota Risma juga sempat berkeliling menyaksikan 860 koleksi di museum baru tersebut.
Satu per satu ruangan eks-Taman Siswa itu dilihat oleh Wali Kota Risma. Bahkan, tak jarang ia memegang beberapa koleksi Museum Pendidikan sembari mengingat masa lalunya.
Dalam kesempatan itu, hadir pula jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, tim cagar budaya serta kepala sekolah dan guru SD-SMP se Kota Surabaya.
Risma mengatakan sebenarnya gedung eks Taman Siswa itu sudah ditaksir sejak lama untuk dijadikan museum. Bahkan, ia memastikan tak ada satu pun yang diubah dari bentuk aslinya, yang dilakukan pemkot hanya memperbaiki.
Menurut dia, dengan adanya museum ini, pihaknya ingin memberikan tonggak kepada anak-anak generasi milenial bahwa pendidikan pada masa itu sangatlah berat. Itu alasan mengapa Museum Pendidikan ini dibuat dengan tujuan untuk mengerti perjuangan para pendahulu dalam menuntut ilmu yang dapat terekam dari benda-benda bersejarah itu.
"Kalau mereka tahu perjuangan zaman dahulu, maka anak-anak kita akan berjuang menggapai cita-citanya tanpa kenal putus asa dan tidak mengeluh," ujarnya.
Untuk koleksi, Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini menjelaskan sebanyak 860 koleksi di pajang di museum itu, mulai dari pendidikan masa lampau sampai pendidikan masa kini. Bahkan, dalam memperoleh barang kuno itu, Pemkot Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) mencarinya dari berbagai tempat di berbagai kota.
"Beberapa dari koleksi itu ada yang kita dapatkan dari Yogyakarta," ujarnya.
Menurut Risma, meskipun koleksi Museum Pendidikan itu belum lengkap, namun ia berkomitmen untuk terus berupaya memenuhi isi dari museum itu. "Ini belum lengkap memang. Tapi kami masih terus berusaha untuk melengkapinya," katanya.
Dari semua itu, wali kota yang juga menjabat Presiden United Cities and Local Government (UCLG) – Asia Pasific ini berharap nantinya anak-anak Surabaya dapat bersaing tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga di tingkat dunia.
"Makanya, mereka itu kita siapkan supaya tidak jadi penonton, karena itu kita persiapkan dengan betul," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti menjelaskan proses pengerjaan museum ini kurang lebih sekitar 4-5 bulan. Sebab, pembenahan bangunan kuno ini perlu banyak diskusi dengan tim cagar budaya agar tidak merusak esensi dari bangunan aslinya.
"Perlu ada diskusi mendalam dengan cagar budaya agar bentuk bangunannya tidak berubah," ujarnya.
Antiek memastikan bahwa Museum Pendidikan itu dibuka setiap hari untuk umum dan tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. "Museum ini dibuka untuk umum, setiap hari dari pagi pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB," katanya. (ADV)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019