Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Dr Kohar Hari Santoso mengimbau masyarakat agar tak terlalu khawatir akan isu telur ayam mengandung salah satu bahan kimia terlarang dan berbahaya.

"Telur mengandung bahan kimia ini bisa jadi disebabkan oleh pembakaran sampah plastik yang kurang sempurna sehingga menyebabkan zat keluar bernama dioksin," kata Kohar dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.

Baca juga: Gubernur imbau masyarakat tak khawatirkan telur ayam produksi peternak Jatim (Video)

Dioksin secara kimiawi bernama TCC. Zat dioksin juga bisa ada di makanan dalam jumlah rendah ataupun banyak.

Kohar menyatakan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan jumlah ambang batas manusia boleh mengonsumsi zat dioksin.

"Jadi tidak bisa dipukul rata, ayam ini deket sampah, ada dioksin. harus dilihat dalam kadar dioksinnya berapa. Yang harus dilihat lebih lanjut adalah ayamnya. Ternyata telur yang mengandung dioksin dari ayam lepasan. Beda masalahnya jika ayam peternakan yang memang untuk sentra produksi telur. Mereka sudah diperiksa dan aman," ujar Kohar.

Baca juga: Telur produksi Kabupaten Malang dijamin bebas kontaminasi dioksin

Dia mengakui, dioksin yang dikonsumsi dalam kadar cukup tinggi bisa berpengaruh pada kesehatan. Pengaruhnya mulai kelainan di kulit, bisa menyebabkan keluhan pada lapisan dalam rahim wanita, menyebabkan nyeri dan bahkan kanker.

"Tapi jangan terlalu beropini, harus dilihat kandungan berapa sesuai yang ditetapkan WHO. Karena zat dioksin tidak hanya dari plastik tapi juga dari gas pencemaran udara," kata dia.

Baca juga: Beredar isu telur mengandung bahan kimia, Disnak Situbondo sidak peternak ayam petelur

Untuk pengobatannya, Kohar mengatakan tergantung penyakit yang diderita setelah mengonsumsi makanan mengandung zat dioksin. Jika di kulit maka perlu pengobatan di kulit.

"Kalau kanker, tergantung jenis kankernya juga. Dioksin banyak di makanan berlemak. Karena karakter dioksin senang lemak tapi tidak senang air," ucapnya.

Mengenai pencegahan agar tak makan makanan mengandung dioksin, Kohar menyarankan tidak mengonsumsi telur secara berlebihan.

"Karena terlalu banyak mengonsumsi telur tidak bagus. Kemudian harus memperhatikan kualitas makanan. Kadar paling tinggi zat dioksin bisa dari daging yang berlemak," katanya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019