TNI AU mengirimkan peralatan Basarnas berupa multibeam eco-sounder (MBES), yakni sonar yang akan dipergunakan untuk membantu operasi SAR kapal MV Nur Allya yang tenggelam di Perairan Halmahera Maluku Utara.
"Misi operasi dukungan angkutan udara tersebut adalah misi operasi kemanusiaan TNI AU dan Basarnas," kata Kepala Basarnas Kepri Mu'min Maulana di Batam Kepulauan Riau, Selasa.
Alat itu diangkut menggunakan pesawat TNI AU CN 295 dengan tail number A2907.
Kadisops Lanud Hang Nadim Batam Mayor Lek Wardoyo mengatakan pengiriman alat itu berdasarkan surat permohonan bantuan angkutan udara, agar TNI AU menyiapkan 1 pesawat CN 295 yg terbang dari Lanud Halim dan akan di terbangkan sampai lanud terdekat di Ternate.
Peralatan multibeam eco-sounder adalah alat yang bekerja seperti sonar yang memancarkan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi objek berupa barang, logam, manusia di dasar laut dengan tampilan 3D (tiga dimensi) dengan jarak jangkauan sampai dengan kedalaman 10 km.
Bersama dengan pesawat, sebanyak tujuh orang operator Basarnas turut serta, untuk kemudian bergabung bersama tim di Maluku.
Sebelumnya kapal kargo berbendera Indonesia bermuatan nikel tersebut hilang kontak di perairan Utara Pulau Buru, Maluku pada 20 Agustus 2019. Kapal kargo milik PT Gurita Lintas Samudra diawaki 25 orang, yang berlayar dari rute Pulau Weda, Maluku Utara dengan tujuan Pelabuhan Morosi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
MV Nur Allya adalah kapal kargo raksasa buatan perusahaan Jepang Sanoyas Hishino Meiso Corp pada 2002, dengan kapasitas 52.400 deadweight tonnes (dwt), artinya mampu mengangkut beban hingga 52.400 ton, tidak termasuk berat kapal itu sendiri yang mencapai 8.394 metrik ton.
Pemerintah telah mengerahkan sekitar 21 lembaga dan instansi terkait seperti Basarnas Ternate, Direktorat Komunikasi Basarnas Pusat, Direktorat Polairud Polda Maluku Utara, perusahaan pemilik kapal, dan Bakamla Pusat. untuk mencari keberadaan kapal selama 13 hari.
Area pencarian dipusatkan di perairan Maluku Utara, yang menjadi titik koordinat awal kapal tersebut terpantau. Tim juga menyisir perairan laut Obi, Maluku Utara dan perairan Pulau Buru, Maluku. Termasuk juga menyisir jalur pelayaran kapal di perairan Poge Sanana, Taliabo, dan perairan Morosi.
Pencarian juga dilakukan melalui udara, namun tidak membuahkan hasil. Misteri keberadaan kapal kargo MV Nur Allya sedikit terkuak saat tim SAR menemukan sekoci rusak dari kapal tersebut di pesisir Desa Gambaru, Kecamatan Obi Selatan. Perusahaan pemilik MV Nur Allya sudah mengkonfirmasi sekoci tersebut merupakan bagian dari kapal yang tenggelam. Tumpahan minyak ditemukan di bagian selatan perairan Pulau Obi, Maluku Utara pada 30 Agustus 2019.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Misi operasi dukungan angkutan udara tersebut adalah misi operasi kemanusiaan TNI AU dan Basarnas," kata Kepala Basarnas Kepri Mu'min Maulana di Batam Kepulauan Riau, Selasa.
Alat itu diangkut menggunakan pesawat TNI AU CN 295 dengan tail number A2907.
Kadisops Lanud Hang Nadim Batam Mayor Lek Wardoyo mengatakan pengiriman alat itu berdasarkan surat permohonan bantuan angkutan udara, agar TNI AU menyiapkan 1 pesawat CN 295 yg terbang dari Lanud Halim dan akan di terbangkan sampai lanud terdekat di Ternate.
Peralatan multibeam eco-sounder adalah alat yang bekerja seperti sonar yang memancarkan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi objek berupa barang, logam, manusia di dasar laut dengan tampilan 3D (tiga dimensi) dengan jarak jangkauan sampai dengan kedalaman 10 km.
Bersama dengan pesawat, sebanyak tujuh orang operator Basarnas turut serta, untuk kemudian bergabung bersama tim di Maluku.
Sebelumnya kapal kargo berbendera Indonesia bermuatan nikel tersebut hilang kontak di perairan Utara Pulau Buru, Maluku pada 20 Agustus 2019. Kapal kargo milik PT Gurita Lintas Samudra diawaki 25 orang, yang berlayar dari rute Pulau Weda, Maluku Utara dengan tujuan Pelabuhan Morosi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
MV Nur Allya adalah kapal kargo raksasa buatan perusahaan Jepang Sanoyas Hishino Meiso Corp pada 2002, dengan kapasitas 52.400 deadweight tonnes (dwt), artinya mampu mengangkut beban hingga 52.400 ton, tidak termasuk berat kapal itu sendiri yang mencapai 8.394 metrik ton.
Pemerintah telah mengerahkan sekitar 21 lembaga dan instansi terkait seperti Basarnas Ternate, Direktorat Komunikasi Basarnas Pusat, Direktorat Polairud Polda Maluku Utara, perusahaan pemilik kapal, dan Bakamla Pusat. untuk mencari keberadaan kapal selama 13 hari.
Area pencarian dipusatkan di perairan Maluku Utara, yang menjadi titik koordinat awal kapal tersebut terpantau. Tim juga menyisir perairan laut Obi, Maluku Utara dan perairan Pulau Buru, Maluku. Termasuk juga menyisir jalur pelayaran kapal di perairan Poge Sanana, Taliabo, dan perairan Morosi.
Pencarian juga dilakukan melalui udara, namun tidak membuahkan hasil. Misteri keberadaan kapal kargo MV Nur Allya sedikit terkuak saat tim SAR menemukan sekoci rusak dari kapal tersebut di pesisir Desa Gambaru, Kecamatan Obi Selatan. Perusahaan pemilik MV Nur Allya sudah mengkonfirmasi sekoci tersebut merupakan bagian dari kapal yang tenggelam. Tumpahan minyak ditemukan di bagian selatan perairan Pulau Obi, Maluku Utara pada 30 Agustus 2019.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019