Pemerintah Kota Surabaya bersama Surabaya Creative Network (SCN) meresmikan Kampung Lawang Seketeng di Kelurahan Peneleh, Kota Surabaya, Jawa Timur menjadi salah satu destinasi wisata heritage saat peringatan Hari Pahlawan 2019.

"Ini semua 'support' dari teman-teman komunitas lainnya yang kerja sama dengan SCN," kata Ketua SCN Hafsoh Mubarok saat peresmian di Gang VI Lawang Seketeng, Surabaya, Senin.

Dia mengatakan lokasi bersejarah baru tersebut di dalamnya terdapat Langgar Dukur Kayu yang dahulu tempat mengaji Presiden Soekarno saat masih kecil. Selain itu ada Terakota, Sumur Tua, Makam Mbah Pitono, Makam Mbah Dimo, Makam Syekh Zen Zaini Assegaf, Rumah Kayu, Rumah Jengki dan Rumah Puing yang menjadi pusat daya tarik wisata.

Rangkaian peresmian itu digelar dengan sejumlah acara untuk memperkenalkan warga Surabaya, seperti Mlaku (Blusukan Kampung), Sowan Langgar Dukur Kayu, Incip-incip jajanan, dan foto mural viral.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti menjelaskan Langgar Dukur Kayu yang berdiri pada 1893 di kampung tersebut masih terjaga keasliannya sehingga dari sisi historisnya mampu menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Bahwa di sini ada tempat destinasi wisata yang menarik, yang khususnya memiliki berbagai objek mulai dari zaman kerajaan, peninggalan zaman kerajaan sampai zaman perjuangan bangsa Indonesia," katanya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi mengatakan Pemkot Surabaya saat ini sedang menyiapkan desain besar penataan kawasan kampung lawasan tersebut.

Ia menyebut banyak bukti autentik sejarah yang ditemukan di kawasan tersebut yang bakal dikoneksikan satu sama lain.

"Sehingga nantinya salah satu wisata yang ada di Lawang Seketeng ini bisa satu paket, termasuk bahwa di sini ada dua makam, yang sebelahnya masjid ada makam syekh, yang kedua makam Mbah Pitono," ujarnya.

Menurut dia, banyak masyarakat tidak mengetahui asal-usul makam Mbah Pitono di tengah perkampungan itu. Mbah Pitono diduga dahulu salah satu guru mengaji Presiden Soekarno dan Bung Tomo (Pahlawan Kemerdekaan).

Untuk itu, pihaknya ingin asal-usul sejarah itu diketahui masyarakat.

"Sehingga nanti sejarah itu akan teringat betul bahwa di sini ada punden (Makam Mbah Pitono, red.) itu sejarahnya seperti apa, ceritanya seperti apa," ujarnya.

Bangunan rumah-rumah di Kampung Lawang Seketeng juga masih terawat hingga sekarang. Untuk itu, pemkot juga bakal mengoneksikan kesan vintage rumah-rumah kuno itu dengan objek-objek sejarah.

Pemkot Surabaya juga bakal melakukan penataan kembali dinding-dinding di kawasan itu dengan sentuhan mural. Nantinya, desain mural disesuaikan dengan kondisi sekitar.

"Kalau di depannya langgar, maka bentuk muralnya itu bentuknya islami. Apa yang ada di dekatnya maka akan dibuat menjadi tematik," katanya. (*)
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019