Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga Surabaya mengeluarkan lima pernyataan sikap menanggapi berbagai isu yang berkembang menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI pada 20 Oktober mendatang.
Presiden BEM Unair Agung Tri Putra bersama Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di kampus setempat, Jumat, menyatakan melalui pernyataan sikap tersebut pihaknya ingin menjaga kondusivitas sosial politik di Indonesia.
"Sikap pertama ialah BEM Unair secara mendalam ikut prihatin atas kondisi kebangsaan terkini dan mendesak kepada pemerintah untuk menuntaskan agenda reformasi," kata Agung.
Baca juga: Rektor Unair ajak semua pihak sukseskan pelantikan Presiden
Kedua, BEM Unair ikut mendukung suasana harmoni, damai, dan kondusif, serta menolak dan mengutuk segala bentuk tindak kekerasan, kriminaslisasi, dan antitoleransi.
Menurutnya, demokrasi tidak dibangun atas dasar antitoleransi. Paham antitoleransi harus diusir jauh dari bumi Indonesia.
Ketiga, BEM Unair mengajak seluruh pihak potensial bangsa untuk bersama mencari solusi problematika kerakyatan, keamanan, pangan, krisis air, politik, sosial, terutama ekonomi, dalam prespektif di era revolusi industri 4.0 guna mempersempit kesenjangan sosial dan mengorbankan perang terhadap agenda kemiskinan.
"Keempat, BEM Unair mengajak kepada seluruh eksponen bangsa, terutama pada kaum politisi, untuk mengembangkan jiwa kenegarawanan yang semakin menjauh dengan mengutamakan kepentingan keselamatan bangsa dan negara daripada mengembangkan dan menumbuhkan politik golongan dan kelompok," ujarnya.
Baca juga: BEM Unair pertanyakan motif BEM SI tolak undangan dialog Presiden Jokowi
Terakhir, BEM Unair mendesak kepada pemerintah untuk segera cepat dan simultan dan ekstra serius untuk menyiapkan regenerasi bangsa secara apik, konferhensif untuk menyiapkan generasi unggul untuk menuju Indonesia jaya.
"Intinya kita harus mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia atas segala hal. Bagaimana caranya kita bisa menyelesaikan masalah dengan hal-hal yang bisa mempersatukan," ujarnya.
"Jadi, kita harus tanamkan adalah semangat berbangsa dan bernegara dan merawat kesatuan bangsa Indonesia. Jadi, semangatnya adalah memepersatukan Indonesia," ucapnya.
Pada kesempatan itu, Rektor Unair Mohammad Nasih juga mengimbau seluruh pihak tetap mengedepankan sikap saling menghormati dan sikap kedewasaan dalam menyikapi keberbedaan.
Dia berharap pelantikan pada tanggal 20 Oktober 2019 akan berjalan dengan sukses dan lancar, tanpa tercederai oleh peristiwa kurang dewasa yang justru merugikan bangsa Indonesia.
"Bagaimanapun, Kita sudah 74 tahun merdeka. Kita juga sudah berkali-kali melakukan hal yang sama (pelantikan). Dan, dunia pasti selalu melihat dan meneropong kita. Seberapa dewasa sebenarnya bangsa Indonesia," kata dia.
"Mari kita tunjukkan kedewasaan kita dalam berpolitik, kedewasaan kita berdemokrasi, kedewasaan kita berakademisi, dan kedewasaan kita dalam berbangsa dan bernegara," ujarnya, menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Presiden BEM Unair Agung Tri Putra bersama Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di kampus setempat, Jumat, menyatakan melalui pernyataan sikap tersebut pihaknya ingin menjaga kondusivitas sosial politik di Indonesia.
"Sikap pertama ialah BEM Unair secara mendalam ikut prihatin atas kondisi kebangsaan terkini dan mendesak kepada pemerintah untuk menuntaskan agenda reformasi," kata Agung.
Baca juga: Rektor Unair ajak semua pihak sukseskan pelantikan Presiden
Kedua, BEM Unair ikut mendukung suasana harmoni, damai, dan kondusif, serta menolak dan mengutuk segala bentuk tindak kekerasan, kriminaslisasi, dan antitoleransi.
Menurutnya, demokrasi tidak dibangun atas dasar antitoleransi. Paham antitoleransi harus diusir jauh dari bumi Indonesia.
Ketiga, BEM Unair mengajak seluruh pihak potensial bangsa untuk bersama mencari solusi problematika kerakyatan, keamanan, pangan, krisis air, politik, sosial, terutama ekonomi, dalam prespektif di era revolusi industri 4.0 guna mempersempit kesenjangan sosial dan mengorbankan perang terhadap agenda kemiskinan.
"Keempat, BEM Unair mengajak kepada seluruh eksponen bangsa, terutama pada kaum politisi, untuk mengembangkan jiwa kenegarawanan yang semakin menjauh dengan mengutamakan kepentingan keselamatan bangsa dan negara daripada mengembangkan dan menumbuhkan politik golongan dan kelompok," ujarnya.
Baca juga: BEM Unair pertanyakan motif BEM SI tolak undangan dialog Presiden Jokowi
Terakhir, BEM Unair mendesak kepada pemerintah untuk segera cepat dan simultan dan ekstra serius untuk menyiapkan regenerasi bangsa secara apik, konferhensif untuk menyiapkan generasi unggul untuk menuju Indonesia jaya.
"Intinya kita harus mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia atas segala hal. Bagaimana caranya kita bisa menyelesaikan masalah dengan hal-hal yang bisa mempersatukan," ujarnya.
"Jadi, kita harus tanamkan adalah semangat berbangsa dan bernegara dan merawat kesatuan bangsa Indonesia. Jadi, semangatnya adalah memepersatukan Indonesia," ucapnya.
Pada kesempatan itu, Rektor Unair Mohammad Nasih juga mengimbau seluruh pihak tetap mengedepankan sikap saling menghormati dan sikap kedewasaan dalam menyikapi keberbedaan.
Dia berharap pelantikan pada tanggal 20 Oktober 2019 akan berjalan dengan sukses dan lancar, tanpa tercederai oleh peristiwa kurang dewasa yang justru merugikan bangsa Indonesia.
"Bagaimanapun, Kita sudah 74 tahun merdeka. Kita juga sudah berkali-kali melakukan hal yang sama (pelantikan). Dan, dunia pasti selalu melihat dan meneropong kita. Seberapa dewasa sebenarnya bangsa Indonesia," kata dia.
"Mari kita tunjukkan kedewasaan kita dalam berpolitik, kedewasaan kita berdemokrasi, kedewasaan kita berakademisi, dan kedewasaan kita dalam berbangsa dan bernegara," ujarnya, menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019