Ahli pertanian dari "Indonesia Country Coordinator International Food Policy Research Institute-Program For Biosafety Systems (IFPRI-PBS)" Prof Sidi Asmono menyebutkan gangguan anomali iklim yang terjadi mengancam Indonesia kekurangan pangan.

"Hama tikus yang selama ini menyerang tanaman juga telah mengalami perubahan karena anomali iklim. Oleh karenanya perlu inovasi untuk meminimalisir hama ini menyerang lebih luas lagi," kata Sidi, Jumat.

Sidi dalam acara temu wicara kontak tani tingkat kabupaten di Pendopo Lokatantra, Kabupaten Lamongan mengatakan, dengan sisa konsumsi perkapita per tahun yang sangat sedikit, Indonesia rentan terhadap kekurangan pangan untuk masa depan, bilamana terjadi gangguan anomali iklim dan hama.

Baca juga: Unej hadirkan pakar hadapi kekurangan pangan melalui bioteknologi

Sementara itu, kata dia, teknologi yang ada saat ini belum diterapkan dengan maksimal, sebab belum menyentuh sampai tingkat bawah agar dapat berhasil.

"Selain itu perlu adanya perbaikan benih lebih unggul agar tahan terhadap hama," katanya, menjelaskan.

Acara temu wicara kontak tani, juga menghadirkan narasumber peneliti utama bidang hama dan penyakit tanaman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Prof Moh Cholil Mahfud, dan Peneliti Madya Bidang Pedologi serta Pengindraan Jarak Jauh BPTP, Ir Chendy Tafakresnanto.

Baca juga: Kekeringan tak pengaruhi produksi padi di Jatim

Sementara Bupati Lamongan, Fadeli yang membuka acara itu melihat adanya penurunan semangat dalam membantu petani untuk bercocok secara benar, khususnya menggunakan teknologi pertanian.

"Saya melihat ada penurunan semangat di tahun ini. Mari kita pompa semangat sehingga pertanian modern dapat kita aplikasikan. Jangan pernah merasa pintar, mari kita terus belajar memperbaiki keadaan," katanya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Rujito mengatakan, acara tersebut merupakan pertemuan strategi dibidang pertanian, tujuannya untuk peningkatan produktivitas pertanian di Lamongan khususnya jagung.

Ia mengatakan, produktivitas jagung di wilayah setempat pada tahun 2019 mencapai 10 hingga 12 ton perhektare.

"Ini sangat luar biasa. Selain itu padi juga mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga secara bisnis petani mengalami pertumbuhan pendapatan," katanya.

Selain itu, temu ini juga bertujuan mewujudkan sumber daya manusia atau petani milenial menuju industri 4.0 bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

"Agenda tahunan ini merupakan forum diskusi antara pemerintah sebagai perencana dengan masyarakat petani sebagai eksekutor secara langsung," katanya.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019