Turunnya harga daging ayam ras memicu deflasi di Kabupaten Jember pada September 2019 dengan angka 0,29 persen yang ditunjukkan oleh penurunan indeks harga konsumen dari bulan Agustus 2019 sebesar 132,50 persen turun menjadi 132,12 persen pada September 2019.
"Sejak minggu pertama bulan September, harga komoditas daging ayam ras mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya hingga 7 persen," kata Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Bhirawa di Kantor BPS Jember, Jawa Timur, Selasa.
Menurutnya penurunan harga daging ayam ras karena melimpahnya stok di pasaran, sedangkan permintaan cukup stabil, sehingga menyebabkan harga komoditas daging ayam ras tersebut turun.
"Selain daging ayam ras, deflasi di Jember juga dipicu turunnya harga telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit yang mengalami penurunan harga hingga 30 persen dari bulan sebelumnya," tuturnya.
Sedangkan komoditas penyumbang inflasi pada September 2019 yakni tarif perguruan tinggi seiring dengan memasuki tahun ajaran baru, kemudian komoditas yang memberikan andil inflasi yang lain yakni jeruk, minyak goreng, pisang, dan kue basah.
Pada September 2019 di Kabupaten Jember, komponen inti (core inflation) mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dan kelompok komponen bergejolak (volatile foods) mengalami deflasi sebesar 1,83 persen, sedangkan komponen yang diatur pemerintah (administered) mengalami inflasi sebesar 0,07 persen.
"Selama tujuh tahun terakhir pada bulan September yakni periode 2013 hingga 2019 terjadi inflasi sebanyak empat kali dan tiga kali deflasi, dengan deflasi terendah terjadi pada tahun ini, sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 0,41 persen," katanya.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,29 persen, diikuti oleh Kota Kediri (0,27 persen), Kota Madiun (0,19 persen), Kota Probolinggo (0,14 persen), Kabupaten Sumenep (0,13 persen), Kabupaten Banyuwangi (0,05 persen), Kota Malang (0,03 persen), dan Kota Surabaya (0,02 persen).
"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di beberapa kota IHK di Jatim yakni daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, dan cabai karena stok komoditas tersebut melimpah di pasaran," tuturnya.
Berdasarkan data BPS Jember tercatat Jawa Timur pada September 2019 mengalami deflasi sebesar 0,07 persen dan nasional mengalami deflasi 0,27 persen.
"Kami berharap Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember mewaspadai sejumlah komoditas pangan yang diprediksi harganya akan mengalami kenaikan pada Oktober 2019 di antaranya daging ayam ras, beras, telur ayam ras, bawang merah, dan cabai, sehingga laju inflasi dapat terkendali," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Sejak minggu pertama bulan September, harga komoditas daging ayam ras mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya hingga 7 persen," kata Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Bhirawa di Kantor BPS Jember, Jawa Timur, Selasa.
Menurutnya penurunan harga daging ayam ras karena melimpahnya stok di pasaran, sedangkan permintaan cukup stabil, sehingga menyebabkan harga komoditas daging ayam ras tersebut turun.
"Selain daging ayam ras, deflasi di Jember juga dipicu turunnya harga telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit yang mengalami penurunan harga hingga 30 persen dari bulan sebelumnya," tuturnya.
Sedangkan komoditas penyumbang inflasi pada September 2019 yakni tarif perguruan tinggi seiring dengan memasuki tahun ajaran baru, kemudian komoditas yang memberikan andil inflasi yang lain yakni jeruk, minyak goreng, pisang, dan kue basah.
Pada September 2019 di Kabupaten Jember, komponen inti (core inflation) mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dan kelompok komponen bergejolak (volatile foods) mengalami deflasi sebesar 1,83 persen, sedangkan komponen yang diatur pemerintah (administered) mengalami inflasi sebesar 0,07 persen.
"Selama tujuh tahun terakhir pada bulan September yakni periode 2013 hingga 2019 terjadi inflasi sebanyak empat kali dan tiga kali deflasi, dengan deflasi terendah terjadi pada tahun ini, sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 0,41 persen," katanya.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,29 persen, diikuti oleh Kota Kediri (0,27 persen), Kota Madiun (0,19 persen), Kota Probolinggo (0,14 persen), Kabupaten Sumenep (0,13 persen), Kabupaten Banyuwangi (0,05 persen), Kota Malang (0,03 persen), dan Kota Surabaya (0,02 persen).
"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di beberapa kota IHK di Jatim yakni daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, dan cabai karena stok komoditas tersebut melimpah di pasaran," tuturnya.
Berdasarkan data BPS Jember tercatat Jawa Timur pada September 2019 mengalami deflasi sebesar 0,07 persen dan nasional mengalami deflasi 0,27 persen.
"Kami berharap Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember mewaspadai sejumlah komoditas pangan yang diprediksi harganya akan mengalami kenaikan pada Oktober 2019 di antaranya daging ayam ras, beras, telur ayam ras, bawang merah, dan cabai, sehingga laju inflasi dapat terkendali," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019