Di tangan Feri Koirul Arif, warga Kabupaten Jombang, Jawa Timur, limbah kayu lapis atau triplek bisa disulap menjadi miniatur kereta api yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sejak tiga tahun lalu, pria 28 tahun di Jombang yang awalnya kerja serabutan itu mulai menekuni kerajinan miniatur kereta api dari limbah kayu, karena melihat banyak limbah triplek yang tidak terpakai.
"Awal buat miniatur kereta api dari kayu itu tidak sengaja. Karena bapak kan dulu tukang kayu, jadi ada banyak potongan triplek tidak terpakai di belakang rumah. Trus kepikiran coba-coba buatkan mainan anak saya," jelas Feri, saat ditemui di rumahnya, Sambong Duran gang 2 RT 08 RW 03, Kecamatan Jombang, Rabu.
"Setelah itu saya foto dan saya tunjukkan ke temen-temen serta pegawai PT KAI di Stasiun Jombang, waktu saya main musik di sana (stasiun). Alhamdulillah, akhirnya ada yang pesan miniatur kereta dari kayu," kata pria yang juga pemain musik ini menambahkan.
Dari situlah, Feri mulai menekuni kerajinan miniatur kereta api dari limbah kayu triplek yang diambilnya dari galangan kayu.
Selain memanfaatkan limbah kayu triplek untuk kerajinan miniatur kereta api, Feri hanya menggunakan peralatan sangat sederhana dan dikerjakan secara manual hanya menggunakan silet lipat atau cutter, gergaji, pensil, dan penggaris.
"Caranya sederhana kok, semua serba manual karena tidak punya alat yang menggunakan mesin. Awalnya triplek saya ukur, kemudian potong menggunakan pisau cutter, gergaji dan saya bentuk. Itu saja," ungkap Feri.
Feri mengaku sangat bersyukur, hasil kerajinan dari limbah tersebut bisa menopang perekonomian keluarga di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Untuk pembuatan satu buah lokomotif dan gerbong berukuran kurang lebih 1 meter, ia membutuhkan waktu selama satu minggu. "Pengerjaannya biasanya rata-rata satu minggu, tergantung tingkat kesulitan, ukuran maupun skalanya," kata Feri.
Selain pembeli dari dalam kota, pemesan karya miniatur kereta api limbah kayu berasal dari berbagai kota di Jawa Timur, di antaranya Madiun dan Bandung.
"Kebanyakan orang PT KAI yang pesan, ada juga umum. Kemarin baru kirim ke Bandung. Untuk harganya mulai Rp300 ribu sampai Rp1 juta, itu tergatung besar kecil maupun kesulitan detailnya. Kalau pemesannya minta detail kayak aslinya atau skalanya kecil, harganya beda lagi di atas Rp1 juta. Selesainya juga gak bisa satu minggu," tuturnya.
Dalam waktu dekat ini, Feri yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas itu ingin mengembangkan usahanya untuk mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Jombang.
"Saya ingin mengembangkan usaha kerajinan miniatur kereta api ini, beli alat pemotong yang menggunakan mesin biar bisa cepat menyelesaikan pesanan. Kan bahan bakunya melimpah, bisa juga buka lapangan pekerjaan baru," pungkas Feri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Sejak tiga tahun lalu, pria 28 tahun di Jombang yang awalnya kerja serabutan itu mulai menekuni kerajinan miniatur kereta api dari limbah kayu, karena melihat banyak limbah triplek yang tidak terpakai.
"Awal buat miniatur kereta api dari kayu itu tidak sengaja. Karena bapak kan dulu tukang kayu, jadi ada banyak potongan triplek tidak terpakai di belakang rumah. Trus kepikiran coba-coba buatkan mainan anak saya," jelas Feri, saat ditemui di rumahnya, Sambong Duran gang 2 RT 08 RW 03, Kecamatan Jombang, Rabu.
"Setelah itu saya foto dan saya tunjukkan ke temen-temen serta pegawai PT KAI di Stasiun Jombang, waktu saya main musik di sana (stasiun). Alhamdulillah, akhirnya ada yang pesan miniatur kereta dari kayu," kata pria yang juga pemain musik ini menambahkan.
Dari situlah, Feri mulai menekuni kerajinan miniatur kereta api dari limbah kayu triplek yang diambilnya dari galangan kayu.
Selain memanfaatkan limbah kayu triplek untuk kerajinan miniatur kereta api, Feri hanya menggunakan peralatan sangat sederhana dan dikerjakan secara manual hanya menggunakan silet lipat atau cutter, gergaji, pensil, dan penggaris.
"Caranya sederhana kok, semua serba manual karena tidak punya alat yang menggunakan mesin. Awalnya triplek saya ukur, kemudian potong menggunakan pisau cutter, gergaji dan saya bentuk. Itu saja," ungkap Feri.
Feri mengaku sangat bersyukur, hasil kerajinan dari limbah tersebut bisa menopang perekonomian keluarga di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Untuk pembuatan satu buah lokomotif dan gerbong berukuran kurang lebih 1 meter, ia membutuhkan waktu selama satu minggu. "Pengerjaannya biasanya rata-rata satu minggu, tergantung tingkat kesulitan, ukuran maupun skalanya," kata Feri.
Selain pembeli dari dalam kota, pemesan karya miniatur kereta api limbah kayu berasal dari berbagai kota di Jawa Timur, di antaranya Madiun dan Bandung.
"Kebanyakan orang PT KAI yang pesan, ada juga umum. Kemarin baru kirim ke Bandung. Untuk harganya mulai Rp300 ribu sampai Rp1 juta, itu tergatung besar kecil maupun kesulitan detailnya. Kalau pemesannya minta detail kayak aslinya atau skalanya kecil, harganya beda lagi di atas Rp1 juta. Selesainya juga gak bisa satu minggu," tuturnya.
Dalam waktu dekat ini, Feri yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas itu ingin mengembangkan usahanya untuk mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Jombang.
"Saya ingin mengembangkan usaha kerajinan miniatur kereta api ini, beli alat pemotong yang menggunakan mesin biar bisa cepat menyelesaikan pesanan. Kan bahan bakunya melimpah, bisa juga buka lapangan pekerjaan baru," pungkas Feri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019